6

2.5K 65 1
                                    

Iqbaal berkali-kali mengurut pangkal hidungnya. Duduk di sofa dengan laptop di pangkuannya. Tapi pikirannya sama sekali tidak tentang pekerjaan.

Sejak tragedi adik Iqbaal bangun kemarin sore fokusnya terbagi hingga sekarang. Kemarin sempat diam tegang dan sadar beberapa detik kemudian. Dia langsung mengusir teman-temannya yang sedang tertawa terbahak-bahak sampai si Fadel muntah-muntah sangking ngakaknya. Nggak, itu bercanda.

Jujur saja, ketika Terry membahas tentang baju tipis untuk Lele, Iqbaal sudah membayangkan tubuh Lele saat itu. Kurang ajar emang. Ditambah lagi waktu Fadel yang nyaranin untuk langsung grepe-grepe. Iqbaal semakin kurang ajarnya membayangkan ketika dia dan Lele bercinta. Astagfirullah. Padahal harusnya dia marah karena secara ga langsung teman-temannya itu sedang melecehkan Lele. Anggap saja begitu.

Tau apa yang membuat Iqbaal benar-benar turn on? Waktu Lele jatuh ke pangkuannya dan tidak sengaja menekan adik nya. Lele sungguh keterlaluan.

Iqbaal butuh pertanggung jawaban. Sungguh.

"Baal?"

Iqbaal menoleh mendapati Lele yang sedang berjalan menghampirinya dengan handuk yang membalut kepalanya. Dia baru selesai mandi sepertinya. "Kamu ga kerja?"Tanya Lele sambil duduk di sofa. Dia menyila kakinya diatas sofa. Celana pendeknya sedikit naik. Eh. Iqbaal salah fokus.

Iqbaal menggeleng, kemudian beralih menatap laptopnya lagi. Berusaha menjauhkan pikirannya yang sekarang sedang menebak-nebak warna daleman Lele. Sekurang ajar itu cowo kalau sudah nafsu.

Iqbaal menoleh melihat Lele yang ternyata juga sedang menatapnya. Mata mereka beradu. Mata Iqbaal yang menyala karena nafsu dan mata Lele yang memancarkan kebingungan. Iqbaal berdeham.

"Sini."Iqbaal menepuk pahanya setelah meletakkan laptop di meja. Tangannya meraih tangan Lele untuk membantu cewe itu berdiri. Setelah Lele berdiri, Iqbaal juga membantu Lele untuk duduk di pahanya agar menghadap ke arah Iqbaal. Lele hanya menurut.

"Mau ngapain?"Tanya Lele. Iqbaal meraih bibir Lele dengan bibirnya. Hanya kecupan kecil, kemudian dilepasnya lagi untuk melihat reaksi Lele. Lele hanya diam melihat Iqbaal. "Ikutin gerakan gue."Suruh Iqbaal.

Iqbaal kembali mencium Lele, memperdalam ciumannya. Tangan Iqbaal bergerak untuk menekan kedua pipi Lele agar mulutnya terbuka. Mereka berciuman.

Iqbaal melepaskan ciumannya lagi ketika dirasanya cukup. Turun menciumi leher Lele dan lengan Lele. "Ge—li."Kata Lele sambil menutup matanya. Tangan Iqbaal sudah masuk ke dalam baju Lele, menelusuri seluruh tubuh Lele.

Iqbaal merubah posisi mereka setelah membuka bajunya. Menidurkan Lele dulu baru mencium Lele dari atas. Ketika baju Lele sudah dibukanya, Iqbaal turun mencium dan menjelajahi Lele. Bersyukur karena tidak ada perlawanan dari Lele.

BRAK.

Mereka berdua menoleh cepat. Mencari sumber suara. Dan di dekat pintu ada Leo yang sedang menganga menatap mereka. Kotak makan yang tadi dipegangnya sudah jatuh di lantai. Beruntung kotak makan yang lumayan besar itu tidak terbuka.

Iqbaal menatap Lele yang sedang menutup bagian depannya dengan tangan. Gadis itu menggigit bibirnya sendiri dan menyadarkan Iqbaal untuk segera menjauh sambil berdeham. "Keluar lo buruan!"Iqbaal teriak ketika sadar bahwa ada Lele yang sudah setengah terlanjang.

Leo keluar dan menutup pintu dengan cepat setelah mengambil kotak makan yang jatuh tadi. Dia shock sungguh. Bersandar di daun pintu yang tadi ditutupnya dengan kencang. "Ma, jangan masuk dulu ma." Kata Leo, ketika Mama Iqbaal dengan kotak makan yang lebih kecil di tangannya baru mau masuk.

What Should I Do?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang