Part 14

873 82 7
                                    

"Jadi...Fajar udah tau?"

Rian menggigit bibirnya. Ia berdiri menghadap keluar jendela.

"Aku cuma bilang soal kita. Aku gak bilang alasannya. Tapi kayanya percuma. Tanpa aku ngomong pun dia udah bisa nebak."

Benar. Fajar tidak bisa dibohongi. Yang ada justru pihak yang berbohong yang akan mati kutu di depannya.

"Ya udah gak apa-apa. Mungkin bentar lagi dia bakal nelpon aku."

Rian coba menenangkan Rani. Padahal ia sendiri tak yakin apa ia punya nyali berhadapan dengan Fajar lalu mendengar Fajar bertanya soal alasannya memutuskan Rani. Ia tak yakin ia siap sekarang.

"Yan..." panggil Rani dengan lembut.

Rian memejamkan matanya sejenak. Ia tidak bisa mengatakan betapa ia rindu dengan panggilan seperti itu dari Rani. Ia hanya bisa menggumam.

"Hm.."

"Aku minta maaf soal tadi. Aku gak maksud mainin perasaan Fajar."

Rian tersenyum. Ia memang kecewa. Tapi sesungguhnya mana bisa ia marah lama-lama pada Rani. Bentakannya tadi hanya untuk membuat Rani sadar akan tindakannya.

"Kamu gak perlu minta maaf sama aku. Yang penting sekarang kamu sadar."

Rian berbalik. Duduk di tepi tempat tidur dan melihat Kevin beserta Ginting masuk ke kamarnya.

"Aku tutup ya. Nanti aku kabarin lagi kalo Fajar udah hubungin aku."

Mendengar nama Fajar, Ginting mengernyit. Tanpa basa basi ia bertanya, "Kenapa lagi? Lu sama Rani mau ngapain lagi ke Fajar?"

Rian tak paham. "Maksud lu apa?"

"Gue dari kemaren-kemaren udah nahan ini ya. Gue tau maksud lu bedua itu baik. Tapi cara kalian salah. Ujung-ujungnya kalian cuma nyakitin Fajar!"

"Lu ngomong apa? Jangan sok tahu!"

"Lu yang sok tahu!"

Rian berdiri. Bersiap menjawab Ginting. Tapi Kevin menahannya.

"Udah deh. Jangan ribut! Duduk dulu."

"Ogah. Gue berangkat sekarang aja ke apartemen Fajar. Sini kunci mobil lu, Vin."

Kevin memberikan kunci mobilnya pada Ginting. Ia dan teman-teman yang lain sudah sepakat bahwa mulai malam ini mereka akan bergantian menginap di apartemen Fajar. Mengingat kondisi Fajar, dan juga karena disana hanya ada ibunya, mereka tak mungkin bisa tidur nyenyak di asrama.

Tidak ada jadwal khusus. Siapa yang tidak punya kesibukan, akan bermalam di sana. Fajar pun belum tahu soal ini. Dan benar saja, ia terkejut saat membuka pintu dan menemukan Ginting membawa bantal kesayangannya. Bantal berwarna biru muda yang sudah lusuh dan mungkin aromanya tidak karuan.

"Asrama kebanjiran lagi?" tanya Fajar saat Ginting langsung duduk di sofa, mencium tangan ibunya lalu memeluk bantalnya.

"Gak. Gue lagi males sama Jombang."

Fajar memainkan alisnya. "Terus apa hubungannya? Lu kan sekamar sama Jojo."
Ginting tersenyum memperlihatkan deretan giginya. Diperjalanan tadi ia sempat berpikir Fajar takkan mengenalinya lagi begitu ia datang. Ternyata Fajar mengenalnya dan ingat hal-hal detail lainnya.

"Gue nanya woy!"

Ginting bersandar. Ia ambil remote tv dan mengganti channelnya. Ia memilih tayangan kuis saja.

"Ya pokoknya gue lagi males sama Jombang. Jadi gue gak mau deket-deket dia."

"Asrama kalian juga beda, dodol!"

TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang