"Nemenin Jombang belanja nih. Lagi banyak duit dia."
Fajar sedang melakukan live instagram. Mereka jalan-jalan di mall menghabiskan malam minggu. Tadinya Rian mau pergi sama Kevin. Tapi ternyata Kevin bawa ceweknya. Rian mana mau jadi obat nyamuk. Jadi ia ikut teman-teman yang lain. Tak lupa ia paksa Fajar bangun dari tidurnya dan menyeretnya kesini. Padahal Fajar sudah berencana akan menghabiskan malam minggu dengan tidur lebih cepat. Tapi ia tidak bisa menolak permintaan Rian.
"Tuh liat belanjaannya Jombang. Dia gitu tuh, kalo lagi kalap. Gak kira-kira."
Fajar berjalan di belakang Rian. Tangan kanannya mengarahkan kamera handphone ke Rian di depannya, sementara tangan kirinya menenteng paper bag berisi sepatu. Ya, pada akhirnya ia ikut belanja juga. Tapi tidak banyak seperti Rian. Ditangan Rian sudah ada masing-masing 3 paper bag. Ada baju, sepatu, sandal, parfum, dompet, dan ikat pinggang. Tadinya Fajar kira itu sudah cukup. Ternyata Rian masih belum puas dan mengajak Fajar keliling lagi. Sekarang mereka berada di deretan toko baju. Mata Rian jelalatan seperti kucing lapar. Fajar hanya bisa geleng-geleng. Ia putuskan untuk menyelesaikan live instagtamnya. Capek.
"Udah atuh, Jom. Ngantuk gue."
Fajar gusar. Ia sudah menguap lebar. Ia mau cepat-cepat ketemu kasur, bantal sama guling. Tapi Rian sepertinya tidak perduli. Ia berdiri di depan dua manequin. Yang satu memakai kaos lengan panjang warna putih. Yang satu warna hitam lengan pendek. Polos, tapi Rian suka.
"Ambil yang mana aja cepetan."
Rian geleng. Ia menengok ke Fajar.
"Lu mau yang warna item gak?"
Fajar diam sebentar. Ia tidak salah dengar kan? Atau ia salah menangkap pertanyaan itu?
"Jar, mau gak?" tanya Rian lagi dengan nada mulai kesal karena Fajar kelamaan mikir.
"E-eh. Boleh deh kalo lu maksa.haha."
"Sekalian celananya?"
Rian bertanya enteng. Fajar bengong. Ini Rian lagi bikin prank atau memang lagi banyak duit?
"Diem berarti iya."
Rian serahkan semua paper bag ditangannya ke Fajar lalu mendekati meja kasir sambil menunjuk pakaian yang dimaksud. Fajar sempat melirik harga yang tertempel dibaju itu dan matanya langsung melebar. Hampir dua juta? Kalau beli dua berarti hampir empat juta? Belum lagi celananya. Fajar bergidik. Ia bukan tipe orang yang suka barang bermerk. Pakaiannya semua yang biasa saja. Ada beberapa yang mahalan, tapi bisa dihitung pakai jari. Jarang dipakai juga. Beda dengan Rian. Koleksi barang-barangnya branded semua. Suka gaya. Kalau Fajar sih yang penting tidak telanjang saja.
Tak lama, Rian datang. Ia menarik lagi belanjaanya dari tangan Fajar lalu menyerahkan satu paper bag baru yang berisi baju tadi.
"Nih, buat lu."
"Gila Jombang beliin baju sama celana. Lu lagi dapet arisan apa gimana?"
"Ngawur!"
Rian malas jawab. Ia jalan lebih dulu. Terus nengok lagi ke belakang.
"Cepetan woi!"
"Yeuuuu....Lu kali yang dari tadi bikin lama. Anak-anak udah di bawah pasti."
Mereka memang pergi ramai-ramai. Satu pasukan Jomblo pelatnas. Ada Wahyu, Hardi, Apri dan Jojo. Sisanya sibuk malam mingguan sama pacar masing-masing. Kecuali Ginting. Ia sedang ada syuting iklan produk minuman.
Fajar kira teman-temannya sudah ada di parkiran. Ternyata nihil. Tidak ada siapa-siapa.
"Lu telpon siapa gitu. Suruh cepat," perintah Rian. Sekarang malah ia yang nampak ingin cepat-cepat pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME
FanfictionFajar Alfian harus mundur dari dunia bulutangkis karena penyakitnya. Ia berharap, disisa waktunya ia bisa melakukan sesuatu untuk orang terdekatnya, termasuk dengan menyatukan kedua temannya.