"Geser kanan dikit."
"Itu yang di belakang gak keliatan."
"Masnya yang bajunya beda sendiri kekiri lagi."
"Maju, maju,.."
"Yak, tahan. 1...2...3..."
Rusuh.
Sesi foto berlangsung cukup lama. Dan yang paling menyita waktu adalah bagian tim tunggal putra serta ganda putra. Mereka semua sibuk sendiri, paling ribut, paling susah di atur. Hanya satu kali sang fotografer berhasil mengambil gambar dengan pose yang diinginkannya. Sedang sisanya mereka bergaya sesuka hati. Hanya Fajar yang tak pindah posisi dengan duduk dikursi roda di depan Rian dan Rani. Kalau ia sehat, sih, pasti ia yang paling heboh.
"Wes bubar bubar sana!" usir Rian agar teman-temannya segera menjauh. Ia pusing sendiri melihat kelakuan mereka. Dan sekarang mereka sedang antri makan seperti bocah TK.
"Halo guys. Ini gue lagi sama Jombang yang baru lamaran."
Kenas, salah satu kawan Rian yang dulu merupakan atlet pelatnas juga datang membawa kameranya. Setahun ke belakang anak itu aktif menjadi vlogger di youtube. Dan sepertinya sekarang ia tidak menyia-nyiakan momen ini untuk dimasukkan ke channelnya.
Rian memutar bola matanya. "Oalah Nas...Nas...sempet-sempetnya."
Kenas yang terkenal medok ini tidak peduli. Ia tetap mengarahkan kamera ke Rian dan Rani.
"Selamat Jom, buat acara lamarannya. Dibalap nih gue," ujarnya sambil menjabat tangan Rian.
"Gimana tadi gugup gak?"
Rian tersenyum. Ia dan Rani saling lempar pandangan. Tapi Rani memberi kode agar Rian lekas menjawab.
"Gak gugup tadi, biasa aja."
"Biasa pala lu!" timpal Kevin sambil menoyor kepala Rian. Anak itu lari. Entah ia muncul darimana.
"Lu gemeter tadi, Jom!" seru Mas Gyon, tim fisioteraphy PBSI.
"Mukanya kaya orang nahan pipis," tambah Abey.
"Telat lu, Nas. Harusnya tadi lu rekam tuh mukanya Jombang."
"Gimana pas ijab qabul ya ntar? Hahaha."
Rian hanya geleng-geleng kepala menerima serangan dari teman-temannya. Ia memberi kode pada Kenas untuk menyudahi rekamannya.
"Nanti lah, Jom. Jawab dulu pertanyaan gue!"
"Apalagi?" tanya Rian dengan nada malas.
"Udah ada tanggal belum nih buat akad? Pasti udah dong? Iya dong?"
Rian menatap Rani, menyuruh Rani menjawab. Tapi Rani lagi-lagi menggeleng.
"Ayo jawab, Jom. Biar semua BL bisa siapin hati."
"Gak jelas lu."
"Ya makanya jawab. Gak usah rahasia segala deh."
Rian menghela nafas. "Iya iya.. akadnya insyaallah bulan Juli, satu minggu habis Indonesia Open. Doain ya semuanya."
Rian dan Rani melambai - lambai ke kamera. Tak ingin memperpanjang obrolan, Rian menjauh. Memilih untuk mendekati ibunya.
Sementara Kenas beralih ke kumpulan teman-temannya di deretan kursi sebelah kanan dekat meja. Mereka asyik menyantap beragam hidangan seperti orang yang tidak makan seminggu.
Masih dengan kamera, Kenas duduk di sebelah Jojo yang sedang makan juga.
"Halo, Jo. Say hay dong!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME
FanfictionFajar Alfian harus mundur dari dunia bulutangkis karena penyakitnya. Ia berharap, disisa waktunya ia bisa melakukan sesuatu untuk orang terdekatnya, termasuk dengan menyatukan kedua temannya.