"Nanti kalau sudah mantap, saya akan hubungi anda."Rindai mengangguk, "oke. Terimakasih, Pak."
Seusai pemilik butik itu pergi, Rindai langsung berdiri. Perutnya terasa mules sejak tadi. Hanya saja dia tahan untuk pergi ke toilet dalam rangka bersikap jaim di depan calon kliennya.
Perutnya kini terasa lebih lega seusai keluar dari toilet. Sambil berjalan, Rindai mengamati sekitar. Butik ini sangat besar. Terdapat dua lantai. Lantai atas untuk busana pria, lantai bawah untuk busana wanita. Rindai iseng membalikkan price tag sebuah blouse simpel yang menarik perhatiannya.
"Harganya bisa buat beli indomie sekardus nih," Rindai bermonolog ria.
Langkah Rindai kembali bergerak menuju pintu keluar. Namun kakinya terhenti saat melihat seorang wanita yang sedang berdiri di depan pintu. Wajahnya familiar namun tampilannya seperti baru pertama kali dia lihat. Apakah mungkin dia?
"Vanya!" teriak Rindai memanggil wanita itu.
Wanita itu meliriknya. Dia tampak terkejut namun berusaha dia tutupi. "Hei, Dai!"
Dari sudut matanya, Rindai meneliti penampilan Vanya. Atasan sabrina berwarna putih yang memperlihatkan bahu mulus dipadukan rok mini warna hitam berbahan brokat. Di atas kepalanya bertengger kacamata hitam menambah kesan seksi. Mengapa tampilan Vanya sangat berbeda dari biasanya?
Rindai kepo, "lagi ngapain, Van?"
"Lo sendiri?" tanya Vanya.
"Urusan kerjaan. Biasa," balas Rindai sok misterius
Vanya tersenyum sebentar, "oh iya, tadi malam gue titipin kue buat lo ke Erkan lho."
"Pas Erkan ngasih, langsung gue habisin. Thanks ya!"
Kedua mata Rindai juga tak luput memperhatikan seseorang yang berada di samping Vanya. Seorang lelaki yang sedang asyik memainkan ponsel. Di lehernya terdapat kamera yang tergantung.
"Lagi ada program baru ya di Ztv?"
Vanya menggeleng, "gue lagi ada pemotretan, Dai."
"Pemotretan apa nih? Prewed lo bareng Erkan?" tanya Rindai asal.
Vanya tertawa lebar, "ngaco!"
Vanya melirik lelaki di sebelahnya. Lalu dia menyuruh lelaki itu untuk pergi meninggalkan dirinya.
"Tadi itu teman gue. Kebetulan dia saudaranya yang punya butik ini. Dan yang dipakai gue sekarang adalah produknya," terang Vanya.
Rindai masih belum ngerti, "lo jadi modelnya gitu?"
Vanya mengangguk singkat.
Mata Rindai membulat sempurna. Dia terkejut seusai mendengar penjelasan Vanya. Wanita ini - bagaimana Rindai menjelaskannya?
Semenjak menjalin hubungan dengan Erkan, Vanya vakum dari dunia model. Dia beralih profesi menjadi tim kreatif di tempat di mana Erkan bekerja. Dia memfokuskan dirinya di sana.
Namun hari ini, entah bagaimana Vanya memulai lagi menjadi model. Membuat Rindai menjadi kebingungan. Ada banyak pertanyaan yang muncul di benaknya. Dari banyak pertanyaan yang memenuhi pikirannya, hanya satu yang keluar dari mulut Rindai, "Erkan tahu soal ini?"
Vanya hanya mengedikkan bahu, "Off the record ya Dai," ucap Vanya sambil mengedipkan matanya sebelah.
Setidaknya Rindai mengerti soal itu karena pernah memperlajarinya di bangku kuliah. Off the record dalam dunia jurnalistik mengisyaratkan bahwa jawaban yang diberikan oleh si penanya memiliki kesan rahasia. Artinya tidak semua orang boleh tahu. Hanya dirinya di sini yang boleh tahu. Lalu bagaimana dengan Erkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
A Turtle Meets A Dog
ChickLitKlien adalah manusia paling random bagi seorang marketing officer radio seperti Rindai. Entah itu soal reaksi yang muncul, bagaimana bentuk wajahnya, dan di mana keberadaan seorang klien semuanya seperti alur cerita yang unpredictable. Mencari klien...