Dan lalu...
Rasa itu tak mungkin lagi kini
Tersimpan di hati
Bawa aku pulang, rindu!
Bersamamu!Dan lalu...
Air mata tak mungkin lagi kini
Bicara tentang rasa
Bawa aku pulang, rindu!
Segera!Jelajahi waktu
Ke tempat berteduh hati kala biruLagu berjudul Pulang yang dinyanyikan Float mengalun merdu lewat earphone yang terpasang. Rindai menghadapkan kepalanya menengok ke arah jendela. Menikmati pemandangan kota yang seakan mengikuti perjalanannya kali ini. Kini dia sedang berada di kereta dalam kepulangannya menuju Bandung.
Ke Bandung naik kereta?
Beberapa jam lalu Rindai akhirnya menerima ajakan Erkan. Tentu saja keputusannya dilakukan setelah melalui pergulatan batin yang cukup lama. Toh memang benar apa yang dikatakan lelaki itu. Dia dan Erkan pergi ke luar kota bersama bukan untuk bersenang-senang. Mereka punya tujuan masing-masing.
"Naik apa kita ke sana?" tanya Rindai pada pria itu.
"Gue cek aplikasi buat beli tiket online, ternyata ada promo naik kereta Bandung-Jakarta. Seumur-umur gue belum pernah naik kereta buat ke Bandung," jelas Erkan. "What do you think, Rindai? You wanna try?" tanya Erkan.
Ini terdengar seperti usulan yang unik. Ya, karena Rindai sendiri juga belum pernah pergi ke Bandung naik kereta. Setidaknya kereta menurutnya sedikit lebih baik daripada naik bus. Poin plusnya bisa menghindari macet, panas, desak-desakan, dan tentunya bau ketiak kondektur bus yang bikin perut mual.
"Oke!" jawab Rindai semangat.
Satu kata yang membuat Erkan tersenyum lebar kala itu. Dia langsung membooking tempat duduk dari aplikasi pemesanan tiket online. Mereka duduk berhadapan dan sama-sama memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela.
"Kok lo ikutan duduk di samping jendela kayak gue?" tanya Rindai penasaran.
"Kayaknya seru ya kalau gue juga duduk di samping jendela?" Erkan memasang pose seperti sedang memotret dengan jari-jarinya. "Perjalanan ini bakal gue dokumentasiin deh lewat kamera gue."
"Mau ditaruh di Youtube?" Rindai menanyakan hal itu karena Erkan sering mengunggah video project wedding proposal di Youtube temannya yang dia shot sendiri.
Erkan menggeleng cepat, "no. Cuma buat dokumentasi pribadi gue."
Sambil mengayunkan kepala ke kanan dan ke kiri, Rindai curi-curi pandang melihat Erkan yang duduk berhadapan dengannya. Lelaki itu sedang sibuk dengan kameranya. Entah itu membidik objek yang menurutnya menarik atau mengecek hasil bidikannya. Hingga tidak sadar bahwa sudut bibir Rindai tertarik ke atas. Erkan seksi juga kalau lagi serius.
Astaghfirullahaladzim!
Dengan sengaja Rindai membenturkan kepalanya ke jendela, "aw!"
Erkan menoleh sambil menatapnya aneh, "kenapa sih?"
Rindai hanya menggelengkan kepala.
Untuk menutupi rasa malunya, tangan Rindai terulur mengambil sebuah botol Aqua di depannya. Setelah mengucap bismillah, Rindai langsung menenggaknya.
"Cowok yang waktu itu ke kosan, mantan lo ya?" tanya Erkan tiba-tiba.
Karena terkejut, air mineral yang ada di dalam mulut Rindai tersembur begitu saja. Pasti Erkan juga terkena cipratan semburan air dari mulutnya. Ew, menjijikan pasti. Rindai merasa tidak enak. Dia langsung mengambil tisu dari dalam tasnya, "sorry, Kan. Sorry gue gak sengaja."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Turtle Meets A Dog
ChickLitKlien adalah manusia paling random bagi seorang marketing officer radio seperti Rindai. Entah itu soal reaksi yang muncul, bagaimana bentuk wajahnya, dan di mana keberadaan seorang klien semuanya seperti alur cerita yang unpredictable. Mencari klien...