Masih di acara wisudaan Yudhis, sesi foto bersama geng Graha Biru telah selesai. Orang-orang mulai bubar dari formasi foto. Termasuk Yudhis yang sedari tadi menempel di sebelah Rindai. Lelaki itu mengikuti ke manapun Rindai melangkah.
"Kenapa sih?" tanya Rindai yang kebingungan.
Yudhis menggaruk tengkuknya hingga membuat Rindai mengangkat alis. Dia ragu-ragu tersenyum, "mau foto sama gue, Rindai?"
Mata Rindai melirik ke tempat yang tadi digunakan untuk berfoto bersama, "di sana? Berdua?"
"Emang lo mau foto di sana?" tanya Yudhis.
Rindai langsung menggeleng. Dia tidak mau menjadi pusat perhatian orang-orang karena hanya dia dan Yudhis yang berfoto di sana, "foto pakai hape lo aja kalau gitu. Selfie aja ya."
Kepala Yudhis mengangguk pelan. Dia langsung mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Namun saat mereka sudah siap akan berpose di depan kamera, Ijang merebut ponsel Yudhis hingga membuat Yudhis memelototkan matanya.
"Sini gue fotoin. Foto kenang-kenangan kok selfie. Gak berkualitas!" ucap Ijang santai.
Walau awalnya Rindai dan Yudhis tidak terima, namun akhirnya mereka dengan tanpa disuruh Ijang sudah berpose di depan kamera. Keduanya berdiri bersebelahan. Padahal Ijang saat itu sudah akan memotret mereka. Namun ponsel Yudhis itu diturunkan kembali dari pandangan matanya.
"Kaku amat sih. Kayak foto KTP," kritik Ijang lagi. "Bergaya kek!"
Bibir Rindai sudah cemberut. Ijang tetaplah Ijang. Dia adalah suatu spesies lelaki paling cerewet yang Rindai kenal di dunia ini.
Ada jeda yang cukup lama sebelum mereka berpose kembali. Rindai bingung harus bergaya seperti apa. Sebab dia bukan orang yang pandai bergaya di depan kamera. Sementara Yudhis, entah kenapa lelaki itu terlihat sama bingungnya dengan dirinya.
"Buruan foto, Jang. Gak usah rewel. Gue lapar ini!" omel Rindai.
Yudhis yang berdiri di sebelah Rindai menahan tawa sambil menatap matanya. Saat itulah Ijang memotret momen keduanya. Rindai merasa terkejut ketika Ijang bilang bahwa Rindai dan Yudhis sudah difoto oleh Ijang tadi.
"Ini gue udah dapat foto candid kalian yang bagus banget," ucap Ijang sambil berjalan mendekat ke Rindai. "Gue lihat-lihat kok kayak foto ala-ala prewed yang pakai tema foto wisudaan ya?"
Yudhis langsung merebut ponselnya dari Ijang untuk mengecek hasil jepretan Ijang. Kemudian dia tersenyum sambil melirik Rindai, "bagus deh, buat latihan nanti."
"Latihan apa?" tanya Rindai.
"Latihan prewed," jawab Yudhis singkat sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
Ijang yang berdiri di depan mereka langsung berdeham. Sementara Rindai segera menolehkan kepalanya ke samping. Saat menoleh, dia melihat kedua orangtua Yudhis berjalan mendekat ke mereka.
"Dhis, pulang yuk! Mamak capek," ucap Ibu Yudhis. Di wajahnya memang terlihat wanita itu seperti kelelahan.
Yudhis mengedarkan pandangan ke teman-teman yang ada di sekitarnya, "kalian juga mau balik ke kosan?"
"Bisa jadi," jawab Rindai singkat.
Jawaban Rindai yang singkat itu menimbulkan tanda tanya bagi orang-orang yang mendengarnya. Mereka semua terdiam. Rindai baru menyadarinya saat Yudhis mengangkat alisnya bingung.
"Oh, maksudnya kan siapa tahu ada yang pengin ngisi perut dulu karena lapar. Kita mungkin bakal mampir ke restoran dulu sebelum balik ke kosan," jelas Rindai lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Turtle Meets A Dog
Literatura FemininaKlien adalah manusia paling random bagi seorang marketing officer radio seperti Rindai. Entah itu soal reaksi yang muncul, bagaimana bentuk wajahnya, dan di mana keberadaan seorang klien semuanya seperti alur cerita yang unpredictable. Mencari klien...