Erkan membuktikan ucapannya sore ini. Bahkan saking seriusnya dia mengajak Rindai untuk dilibatkan dalam proyek wedding proposal itu, Erkan rela menunggunya sejam karena Rindai ketiduran setelah balik dari kantor.
Kepala Rindai terasa pening sangat luar biasa. Beginilah efek kalau dia tidur di saat sore setelah sholat ashar. Sudah banyak artikel yang membahas bagaimana bahayanya tidur sore. Entah itu menurut pandangan ilmu agama atau menurut kesehatan. Di antara salah satu bahayanya yaitu bisa membuat kepala sakit, meningkatkan kolestrol, membuat badan lemas dan banyak lagi.
Tapi untungnya Rindai hanya ketiduran kali ini. Dia tidak menjadikan tidur sore sebagai sebuah kebiasaan karena Rindai merasakan sendiri bagaimana dampak negatifnya. Rindai punya cara sendiri untuk menghilangkan rasa peningnya. Sambil menghirup aroma minyak kayu putih di tangannya, Rindai duduk di sebelah Erkan yang mulai membuka folder video dari laptopnya.
"Gimana nih enaknya?" tanya Erkan sambil menengokkan kepalanya. "Mau nonton dulu satu-satu videonya sampai habis atau langsung edit aja?"
"Tonton dulu aja. Biar gue ngerti alurnya kayak gimana," jawab Rindai sambil menaruh minyak kayu putih di atas meja.
Pekerjaan edit-mengedit video dimulai ketika Erkan menggeser laptop ke arahnya. Ada lebih dari 50 file video di dalam folder itu. Rindai harus menontonnya satu-satu. Setelah menonton, tahap berikutnya adalah tahap seleksi. Memilih video mana yang cocok untuk dimasukkan ke dalam daftar video yang akan dia edit. Kalau sudah selesai tahap seleksi, baru dia akan mulai mengeditnya.
Walau tugas ngedit video ini diberikan kepada Rindai, Erkan tidak serta merta membiarkan dirinya berkutat dengan aplikasi edit video itu sendirian atau bahkan sampai meninggalkan dirinya. Erkan masih setia duduk di samping Rindai untuk mengawasinya sambil memegang Macbook yang baru dia ambil dari kamarnya.
"Gue baru lihat ada konsep wedding proposal yang kayak gini," ucap Rindai dengan mata berbinar memandangi layar laptop. "Ini terinspirasi dari kisah nyata teman lo sendiri, Kan?"
"Bisa dibilang iya sih. Tapi kebanyakan gue nyontek konsepnya dari sebuah lagu western yang jadul banget."
"Serius? Judul lagunya apa kalau boleh tahu?" tanya Rindai semangat.
"Tie a Yellow Ribbon Round The Ole Oak Tree," Erkan mengucapkan secara lengkap lagu yang terdengar asing bagi Rindai itu. "Yang nyanyi Tonny Orlando dan Dawn."
Rindai hanya angguk-angguk sok ngerti, "like seriously, kenapa ambil konsep yang kayak gini?"
"Karena kisah asmara teman gue mirip sama cerita yang ada di dalam lagu ini."
Rindai segera menutup mulutnya yang menganga, "teman lo seorang narapidana?"
Erkan langsung menggeleng cepat, "bukan. Teman gue yang ceweknya. Calon suami teman gue itu dituduh sama rekan kerjanya atas kasus penggelapan dana anggaran sebuah event di perusahaannya gitu. Nah sampai sekarang teman gue yang cewek ini setia banget menanti cowoknya pulang dari rutan karena dia yakin kalau calon suaminya gak salah. Itu cuma fitnah katanya."
"Dan lo percaya sama teman lo itu?"
"Bodo amat, Rindai. Masalah percaya atau enggak gue nggak terlalu peduli. Yang penting ketika teman gue minta bantuan buat dibikinin proyek ini ya gue ayok aja," jawab Erkan lugas.
Rindai melipat bibirnya. Padahal dia belum juga membuka aplikasi adobe premiere tapi sudah banyak tanya ke Erkan.
Tak lama kemudian Erkan menyodorkan Macbooknya di depan Rindai, "baca dulu nih makna lirik lagunya. Dan lo bakal ngerti gimana bikin susunan komposisi video yang bakal lo edit entar. Nah, nanti baru deh lo bisa merangkai alur ceritanya." Erkan berdiri, "gue mau ke bawah dulu. Mau minum apa, Rindai?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Turtle Meets A Dog
ChickLitKlien adalah manusia paling random bagi seorang marketing officer radio seperti Rindai. Entah itu soal reaksi yang muncul, bagaimana bentuk wajahnya, dan di mana keberadaan seorang klien semuanya seperti alur cerita yang unpredictable. Mencari klien...