Sudah lima hari Erkan tidak memberinya kabar. Entah itu lewat chat atau telepon. Kalaupun lelaki itu sedang ada di Graha Biru, Rindai sudah pasti akan mengetuk pintu kamar untuk langsung menanyakan bagaimana keputusannya. Tetapi sepertinya dia sedang ada kerjaan di luar kota.
Bisa dibayangkan bagaimana Rindai ketar-ketir sendiri oleh nasibnya. Sebuah kebodohan yang sering dia lakukan, yaitu menunggu sesuatu yang tidak pasti.
Sepertinya ajakan nikah yang diutarakan beberapa hari lalu oleh Rindai kepada Erkan hanyalah bagaikan angin lewat. Lelaki itu seakan sudah lupa dengan ajakan seriusnya. Bagaimana agar dia tidak usah menunggu jawaban Erkan dan melupakan ajakan tersebut seperti yang Erkan lakukan padanya?
Walau Erkan tidak menolaknya secara langsung, tetapi Rindai merasa harga dirinya semakin jatuh. Ajakan seserius itu hanya diabaikan tanpa sebuah kejelasan oleh lelaki itu. Padahal Rindai telah melewati tiga hari lebih dengan pikiran dan hati yang tidak pernah tenang. Tidak bisakah Erkan melihat ke arahnya? Maksudnya, tidak bisakah sedikit pun ada ruang untuknya di hati lelaki itu?
Jika dibilang terlalu ngebet agar bisa menikah dengan lelaki itu, sebenarnya memang tidak salah juga. Awalnya Rindai mengajak nikah lelaki itu karena dia pikir cuma Erkan cowok di Graha Biru yang tahu tentang masa lalu yang traumatis baginya. Jadi dia tidak perlu menutup-nutupi atau bahkan bercerita panjang lebar pada orang lain sambil menghela nafas berat setiap kali menceritakan adegan demi adegan yang membuat tubuhnya bergetar ketakutan.
Namun akhirnya ada sebuah pendorong kuat untuk mengajak nikah lelaki itu padahal dia baru saja putus dari pacarnya. Rindai sadar dia memang serakah dan egois. Tidak mempedulikan Erkan yang masih belum bisa menata hatinya seusai putus dari Vanya. Oke, sampai sini Rindai mencoba untuk memahami alasan kenapa lelaki itu justru menolaknya secara tidak langsung dengan mengabaikannya.
Akhir dari kekalutannya hari ini adalah Rindai ingin menenangkan diri. Dia ingin pergi ke suatu tempat. Bandung mungkin? atau Malang?
Tempat tujuan untuk dia pergi saja Rindai sendiri belum tahu. Tapi yang jelas Rindai ingin pergi meninggalkan kosan dan kota Jakarta agar dia bisa melupakan semua kejadian tidak mengenakkan yang sedang dialaminya kini.
Ada sebuah kursi kosong di kereta api kelas bisnis untuk perjalanan menuju Jakarta-Malang. Rindai langsung memesan tiket di aplikasi booking tiket online itu. Setelah itu dia menyiapkan segala sesuatu yang akan dia bawa menuju kampung halamannya. Rindai sudah rindu dengan udara sejuk di Malang.
Perjalanan yang cukup panjang dengan menaiki kereta kali ini dia lakukan sendiri. Dia jadi ingat bahwa Erkan lah yang merekomendasikannya untuk naik kereta ketika pergi ke Bandung waktu itu. Rindai seperti merasa kesepian ketika di dalam kereta. Biasanya dia akan selalu mengawasi gerak-gerik Erkan karena apapun yang dilakukan lelaki itu snagat menarik baginya. Tetapi kali ini tidak.
Sialan, kenapa move on itu gak segampang nyari jalan tikus sih?
Sambil melirik ke arah jendela, Rindai jadi ingat ketika dia keluar dari kost Graha Biru sebelum keberangkatannya menuju stasiun, seorang petugas sampah yang biasa mengangkut sampah baru kali ini menjadi pusat perhatiannya. Bukan karena hal lain tetapi karena sebuah benda yang terlihat dalam tumpukan sampah yang ada di dalam trash bag berwarna putih. Rindai tentu tidak lupa. Tas kecil itu adalah tas belanjaan Yudhis berisi kalung yang dibeli beberapa hari lalu saat bersamanya.
Apa lamaran Yudhis sudah diterima oleh wanita yang dia cintai?
Syukur kalau begitu.
Ketika sudah sampai di stasiun, Rindai segera menenteng tasnya. Dia berjalan dan mencari-cari seorang driver Grab car yang sudah dia order lewat aplikasi Grab. Setelah ketemu, dia langsung memasukkan kopernya ke dalam mobil tersebut. Tujuannya kali ini adalah rumahnya yang ada di Ketawanggede.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Turtle Meets A Dog
ChickLitKlien adalah manusia paling random bagi seorang marketing officer radio seperti Rindai. Entah itu soal reaksi yang muncul, bagaimana bentuk wajahnya, dan di mana keberadaan seorang klien semuanya seperti alur cerita yang unpredictable. Mencari klien...