Pertemuan, Perkenalan, dan Perpisahan.

4K 561 35
                                    

Seorang klien meminta Rindai menemuinya di cafe 90's retro. Bu Lea bilang Rindai hanya perlu memberikan surat kontrak kepada klien tersebut sebab penawaran sudah terlebih dahulu dilakukan Bu Lea. Setelah obrolan serba sepik dengan klien selesai, Rindai belum mau beranjak dari tempat duduknya. Ada kegiatan yang lebih seru dibandingkan dengan basa-basi dengan klien, yaitu scrolling sosmed. Rindai sangat menyukai melihat Instastory orang lain.

Instastory yang tidak pernah terlewatkan untuk dilihatnya adalah Instastory yang dibuat Vanya di akun pribadinya. Kali ini wanita itu sepertinya sedang berada di dalam gereja. Entah Vanya sedang melakukan apa karena di sana terlalu ramai. Yang terdengar jelas di kuping Rindai sepertinya Vanya dengan jemaat lain sedang menyanyikan puji-pujian rohani.

Ditengah asyiknya Rindai mengintip keseharian orang lain lewat Instastory, ada notifikasi chat Whatsapp masuk. Rindai buru-buru membukanya.

Yudhis Wibisana : Reminder biar lo ga lupa. Hari minggu gue wisuda.

Padahal Yudhis sudah beberapa hari yang lalu memberitahunya tentang hal yang sama sampai Rindai bosan. Hingga akhirnya timbul sebuah keisengan di otak Rindai untuk mengerjai lelaki itu.

Rindai Alota : Tujuannya ngechat gt biar apa si?

Yudhis Wibisana : Apa td chat gw terlihat kayak cewe yg ngode ke temennya biar dikasih sebucket bunga pas wisudaan?

Rindai Alota : 😆
Rindai Alota : Cuma gue nih yg disuruh hadir?

Yudhis Wibisana : Ga dong. Yg lain jg udh gue bilang buat ikutan. Biar rame gitu, Dai.

Rindai Alota : Ijang jg ikut?

Tawa Rindai meledak saat melihat Yudhis hanya meninggalkan dua centang biru pada chat terakhir yang dikirimkan olehnya. Perlahan Rindai menggelengkan kepala. Kapan mereka akan berbaikan? 

Barangkali orang lain akan menganggapnya gila karena ketawa-ketawa sendiri, Rindai celingukan ke kanan dan ke kiri. Saat menoleh ke kanan Rindai hanya fokus memperhatikan sesosok wanita yang tengah duduk sambil menunggu pesanan di depannya. Dari bentuk tubuhnya Rindai sangat merasa familiar dengan wanita itu. Dia pasti tidak salah lagi.

Rindai segera memanggil wanita itu. "Vanya!"

Benar saja. Wanita itu segera menoleh ketika dipanggilnya.

"Hei, Dai!" Sapa Vanya sambil melambai.

Kaki Rindai perlahan mendekati wanita itu. Vanya langsung menyambutnya dengan sebuah pelukan pertemanan yang hangat, "habis ketemu klien apa cuma nongki aja, Dai?"

"Dua-duanya sih," balas Rindai dengan tertawa kecil. Kemudian Rindai balik  bertanya agar pertemuan tidak disengajanya itu tidak menimbulkan kesan kaku. "Tadi ada acara apa di gereja?"

"Ada kegiatan donor darah gitu lah, Dai. Lo lihat Instastory gue ya?"

Rindai mengangguk sambil cengengesan, "lo sendirian aja gitu?"

"Enggak kok," Vanya menunjuk ke arah pintu kaca yang memperlihatkan jalan raya. "Gue sama Erkan. Dia gak mau keluar. Tuh orangnya cuma mau di dalam mobil." Vanya menggelengkan kepala, "emang manja banget kayak bocah."

Bibir Rindai tetap mengulum senyum walau ada banyak perasaan aneh yang menyelimutinya setelah dia mendengar nama Erkan disebut,"Erkan ngikut acara kegiatan donor darah juga?"

Vanya menggelengkan kepalanya cepat, "dia nunggu di dalam istiqlal kayaknya. Soalnya tadi gue lihat mobil gue diparkir di sana."

Vanya dan Erkan adalah satu dari sekian banyak pasangan yang menjalin hubungan asmara di atas perbedaan keyakinan di belahan bumi ini, belahan bumi Indonesia tentunya. Namun toleransi beragama yang diterapkan keduanya sepertinya tidak pernah menjadi masalah yang besar bagi hubungan mereka. Terlihat dari bagaimana mereka saling menghargai satu sama lain.

A Turtle Meets A DogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang