05. penghianat?

3.2K 144 11
                                    





Please vote sebelum baca ya
Thankyou 💕



Happyreading🌹

   "Kak azzam, kenapa Kakak ngejemput aku?"

  Kak Azzam hanya terdiam, menatap fokus jalan dan melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, aku terdiam membeku sambil memegang seatbelt ku dengan erat, ya Allah apakah hidupku akan berakhir sebentar lagi? aku belum siap dan masih penuh dengan dosa.

  Aku bahkan tak membuka pembicaraan sama sekali selama perjalanan, Kak Azzam mengantarku tepat di depan pagarku, untungnya aku diantar dengan selamat, namun saat turun dari mobilnya kaki ku bergemetaran dan hampir tidak bisa menompang tubuhku, sebelum keluar dari mobil aku tak lupa mengucapkan terimakasih dan hanya disambut dengan keheningan, kini mobil itu melaju jauh dan hilang dari pandanganku.

Aku masuk ke dalam rumah dengan sedikit berlari dan langsung menuju dapur untuk mengambil segelas minum dan menenagkan diriku. Aku masih tidak paham dengan keadaan ini, mengapa Kak Azzam yang menjemputku di badara dan kenapa Kak Azzam hanya terdiam dan mengebut seolah-olah melampiaskan amarah nya padaku? padahal aku menanyakannya dengan sopan.

Pikiranku pun langsung tertuju pada Badra, aku rasa aku harus menanyakan langsung kepada Badra. Aku menggerogoh tas ku untuk mencari keberadaan ponsel dan langsung menelepon Badra.

Dentungan panggilan menggema ruangan dapurku, panggilan ku tak kunjung di angkat, aku terus mencoba menghubungi Badra, namun ini sudah ke-lima kalinya aku menghubungi Badra dan masih saja tetap belum diangkat.

Aku menarik nafasku pelan, menenagkan diriku dan mencoba berpikir positif, bisa saja lelaki yang dijodohkan pada ku itu saudaranya Kak Azzam dan mungkin saja Kak Azzam tak menjawab pertanyaan dari ku karena sedang banyak pikiran atau masalah yang sedang di hadapi, lagian aku hanya bertanya sekali, mungkin saja Kak Azzam sedang ngelamun dan tak sengaja menghiraukan pertanyaanku, tepat! pasti seperti dugaanku ini.
Baiklah, tak afa yang pelru dipikirkan lagi, tujuan ku kesini adalah untuk menenagkan pikiranku, bukan menambah pikiranku. Bibi di rumahku sedang tidak bisa masuk full time dikarenakan anaknya sakit, alhasil aku sendirian di rumah ini, karena masih pukul 11 siang, aku memutuskan untuk mandi lalu beristirahat.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 4 sore, aku masih setengah sadar dan tak ingin lepas dengan kasurku, namun aku teringat belum shalat ashar, segera aku memelekkan mataku dan langsung bangun menuju kamar mandi, setelah shalat aku tak bisa menahan rasa laparku.

Aku sudah siap dengan setelan baju yang simple berwarna putih dan coklat susu, setelah di jalan, aku bingung ingin memakan apa, sungguh memusingkan, dan aku terus berputar putar mengelilingi kota sedari tadi.

Drrrtt..

Sebuah panggilan masuk dari Tante Alina, aku langsung memencet screen yang sudah kuhubungkan dari hp ku untuk mengangkat panggilan dari Tante Alina.

"Assalamualaikum Haura, kamu dimana?"

"Waalaikumsalam Tante, Haura lagi diluar Tan, lagi nyari makanan."

"Wah kebetulan banget, makan bareng dirumah tante aja yuk."

"Makasih Tante, jadi ngerepotin Tante ni."

"Ihh engga ada ngerepotin, apalagi calon mantu tersayang " Ujar Tante Alina dengan tertawa. "Yauda tante tunggu dirumah ya, nanti Tante share location nya."

"Okay Tante, makasih banyak ya Tan."

Sesuai dengan lokasi yang diberikan Tante Alina, Aku pun sampai pada titik yang dituju, rumah besar dengan cat warna putih abu-abu.
Aku langsung memarkirkan mobilku ke dalam rumah ini.
Tante Akina menyambutku dengan ramah dan langsung menyajikanku chesee cake, Tante Alina sangat tau kesukaan ku, karena masakannya belum selesai maka aku hanya memakan cake ini untuk penjanggal perut.
Kebetulan aku lumayan mahir masak-memasak, aku membantu Tante Alina dan Asisten Rumah Tangganya di dapur, aroma masakannya sangatlah menusuk perutku, wanginya semakin membuat perutku lapar.
Azzan magrib pun telah berkumandang merdu, kami pun melaksanakan shalat terlebih dahulu lalu menata makanan lada meja makan.

"Assalamualaikum." Salam dari seorang lelaki dari arah pintu depan, aku langsung bisa menebak kalau itu adalah lelaki yang dijodohkan denganku, namun aku tak berani untuk mengalihkan pandanganku dan meliriknya.

"Waalaikumsalam, kita kedatangan tamu spesial loh Yas." Ujar Tante Alina bersemangat.

"Ini calon istri mu." Ujar Om Ridwan tertawa bangga.

Azzam terdiam di tempat membisu, seorang gadis dengan gamis army berdiri di depan pintu, ia mengangkat tangan kananannya dan hendak mengetuk pintu sembari mengucapkan salam, namun terhenti saat melihat keadaan di dalam rumah Azzam, gadis itu membisu ketika melihat Ayah dan Ibu Azzam. Azzam menyadari keberadaan gadis yang ia bawa ke rumah itu dan menoleh ke belakang lalu menghampiri gadis itu dan membawanya masuk bertemu langsung kedua orang tuanya dan memperkenalkan gadis itu kepada mereka.

"Mama, Papa, ini Badra kekasih ku."

Raut wajah Alina langsung berubah drastis, Alina begitu syok atas tingkah putra nya, jauh sebelum Azzam mengenalkan Badra secara resmi kepada Alina, Alina langsung tidak menyetujuinya, maka dari itu Alina segera mengatur perjodohan Azzam.

"Azzam!" Teriak Ridwan, kecewa atas sikap anaknya.

Aku mendengar teriakan Om Rodwan dari dapur, sepertinya sedang terjadi kericuhan di keluarga ini, karena takut terjadi apa-apa aku pun menghampiri keberadaan suara tadi.
  Mata ku melongo melihat Badra dan Kak Azzam tengah berdiri berdampingan dengan Badra yang menunduk takut.

   "Badra? Kak Azzam? kalian sedang apa?" Tanya ku, dan membuat mereka semua menatap ke arahku dengan tatapan terkejut.

  "Haura? ayo kita malam saja" Ajak Tante Alina dan mengenggam tanganku untuk ke pergi ke ruang makan bersama.

   "Haura? wah! gue ga nyangka ya lo selicik ini ngerebut Mas Azzam dari sahabat lo sendiri!" Utas Badra dengan suara lantang.

   "Sebentar, jadi Ilyasa. Azzam ilyasa? Kak Azzam? yang dijodohkan dengan Haura Tante?" Tanya ku dengan nada getir.

   "Drama banget sih? jelas-jelas lo bisa lihat kan foto-foto yang dipajang di meja itu?!"
   "Penghianat!" Tegas Badra lalu berlari keluar dari rumah ini.

Aku tidak mempuyai kesempatan untuk berkata apa pun, Badra pergi begitu saja setelah memaki ku, aku sama sekali tidak memperhatikan foto-foto yang berada di meja ruang tamu ini. Ini semua salah paham! kalau saja aku tahu dari awal aku akan di jodohkan dengan Kak Azzam tentu aku akan menolak mentah-mentah perjodohan ini, lagi pun aku menerima ini semua karena ingin mencoba lepas dari Kak Azzam, dari perasaan ku.

   Azzam mengejar Badra ke luar, aku hanya ditemani Tante Alina yang mencoba menjelaskan situasi ini, Tante Alina menceritakan semuanya, hubungan Badra dan Azzam, ternyata Papa Badra tidak merestui mereka dan begitupun keluarga dari pihak Azzam. Ada suatu masalah yang mereka alami di masa lalu sehingga memandang buruk satu sama lain, Keluarga Badra memanipulasi uang dari perusahaan keluarga kak Azzam sehingga membuat hubungan kedua keluarga ini tidak baik. Dan mau bagaimana pun mereka tidak mengizinkan Badra dan Azzam menikah.











. . .

To Be Countinued🌹

!

Dont't forget
to vote and coment
Love u💋

SECRET ADMIRE [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang