03.Masalah

3.1K 157 8
                                    

Mungkin doa yang menarikku untuk berada dalam dekapmu lagi
.
.
.
.

Hari-hari kulalui seperti biasa, menonton serial favoritku, memainkan ponsel, mendesain baju untuk butik Mama, dan bermain bersama Brian , sungguh dia teman ku satu-satu nya yang selalu ada ketika aku butuh sosok untuk pulang, dia memang bukan benda tapi ruang di hatinya bagaikan rumah bagiku, dia begitu hangat dan membuatku tenang.

  Malam ini aku Brian janji akan menjemputku dan menemaniku belanja, aku ingin membeli aksesoris baru, sebenarnya aku masih bingung ingin membeli kalung atau gelang, karena aku menyukai kedua nya setelah melihat produknya pada situs web.
  
   Aku melirik jam di layar ponselku yang menunjukkan jam 8 pm, aku segera bergegas membersihkan muka ku lalu memilih pakaian di lemari.
   Seperti biasanya, hal yang menurutku paling membutuhkan waktu lama yaitu saat memilih baju, bagaikan ada setan yang membisikkan ku sehingga ada saja yang salah dalam style ku dan membuat ku menggonta ganti outfit berulang kali.
     "Okey Haura, enaugh!" Aku menasehati diriku sendiri, dan pilihanku jatuh kepada rok span putih dan atasan kemeja coklat susu beldru dengan kancing atas dibuka sedikit sehingga menampilkan baju dalam kaos hitam ku, dan hijab berwarna coklat susu bermotif, tak lupa juga jam tangan dan gelang serta tas YSL  putih sesuai dengan rok dan sepatu ku.

      "Hauraa, Brian sudah di depan nungguin kamu dari tadi, cepat sedikit dong sayang, kasian Brian."

       "Okay Maa.." Sahutku sambil menyemprotkan parfume ke tubuhku.

swarovski-

"Brian ini lucu banget kan?"

"Iyaa Ra."

"Ini lucu Brian!"

"Iyaa Ra."

"Tapi ini juga lucu deh kan?"

"Hmm iya'"

"Oh my god, ini itu yang ada di drama korea aku tonton Ian, unyu banget"

"Iyaa Haura, jadi kamu milih yang mana?"
"Mau gue beliin semua?"

"Ihh apaan sih! gue juga ada duit kali, ga seru ah dibalenin mulu."

"Hmm I bought this necklace and this ring, how much are they?"

"...."

  Aku tak henti tersenyum melihat cincin yang kukenakan. " Senang banget lo kayak abis dilamar haha.." Ledek Brian.

   "Iya gue ngelamar diri gue sendiri"

   "Stress akut"

Ting

Sebuah notifikasi masuk ke ponsel ku namun aku mengabaikannya dan terus berjalan bersama Brian menuju restoran yang sudah di reservasi duluan oleh Brian, lihatlah dia begitu manis, bagaimana bisa lelaki sepertinya masih belum mempunyai kekasih.

  Setelah makan dan mengambil beberapa foto, aku dan Brian pun berkeliling-keliling kota terlebih dahulu, aku menikmati perjalanan kami sebelum satu lagu terputar, lagu kesukaan ku bersama kak Azzam, seutas senyum pun menghiasa wajahku, aku terbayang saat kami menyanyikan salah satu lagu one deraction- What makes your beautiful, pada saat acara pentas yang di adakan sekolah kami. Dia begitu manis apalagi saat matanya menatapku dengan tatapan melekat sambil mengiri lagu. Jangan tanyakan apakah jantungku baik-baik saja pada saat itu, pipi ku sangat merah dan panas dibuatnya.

    "Sudah sampai tuan putri."

  Aku langsung membuyarkan lamunan ku saat Brian membuka suara. " Thanks Brian, hati-hati ya, jangan ngebut lo!"

     "Aduh kalo itu ga janji gue hehe."

     "Ohh gitu? berarti lo ga sayang sama gue!" Ketus ku sambil menyubit bahu Brian yang berotot.

     " Yee! kok bawa-bawa perasaan sih? suka lo sama gue?"

     "Idiih, udah ah, bye!"

Karena kesal aku langsung bangun dan keluar dari mobil Brian, dia hanya membunyikam klakson dan berlalu meninggalkan kediamanku.

  Malam ini sangat sepi, Mama dan Papa menghadiri sebuah event dan menginap di hotel, asisten rumah tangga ku tidak bekerja seharian dirumahku, hanya bekerja part time sampai pukul 8 pm. Setelah membersihkan tubuh dan memakai skincare, aku merebahkan tubuhku di tempat tidur dan memposisikan tubuhku dengan senyaman mungkin sambil meraba kasurku mencari keberadaan ponsel ku yang ku letakkan di tempat tidur sebelumnya.

   Aku mengecek ponsel ku dan melihat notif email dari Badra, jika kalian bertanya mengapa Badra tak menghubungiku lewat media sosial lainnya, itu karena aku mengganti ponselku, aku memebeli ponsel baru karena tak ingin terhubung dengan masa lalu apapun itu yang berkaitan erat dengan kak Azzam dan Badra.

  Aku membuka email tersebut

Haura, lo dimana sih? kok ngilang tiba-tiba? Gue ga berani bawa Mas Azzam ketemu bokap gue, tapi gue udah beli cincin sama liat-liat gaun pernikahan hahaha, gue senang banget Ra, ya walaupaun semestinya gue ga boleh gegabah kayak gini tapi ini udah cukup ngebuktiin kalau Mas Azzam serius sama gue, ohh iya gue cape banget tau ga ngehubungin lo, padahal gue mau minta pendapat lo pas milih gaunnya, tapi gapapa deh gue maafin, anyway bagi no hp yang bisa gue hubungin kek Ra 🥺.
I miss you my lovely Haura.

  Tetesan demi tetesan air mata jatuh membasahi pipi ku, aku menggertakkan gigiku dan menggigit bibirku agar suara isakan tangisku tak lolos menggema. Aku terus menerus menangis memeluk kakiku yang gemetar kedinginan, sakit sekali rasanya membaca pesan dari Badra, sakit sekali ketika mengetahui sahabat terbaikku akan menikahi lelaki yang sangat amat aku cintai, aku sangat bodoh, tanpa aku sadari ternyata aku. menarih harapan lebih dan ekspektasi lebih terhadap aku dan Kak Azzam, aku tak butuh balasan dari lerasaan ku terhadap Kak Azzam? bohong! aku begitu naif terhadap diriku sendiri.
Mencoba menenangkan diri, memanipulasi semua emosi ku, berfikir bahwa ini bukanlah apa-apa, aku baik-baik saja dan bisa melalui ini semua, aku menahan emosi ku untuk menangisinya, hanya hampa yang kurasakan saat terbangun dari tidurku maupun akan terlelap akan tidurku. Sampai akhirnya aku lelah untuk berpura-pura bahwa ini semua akan baik-baik saja, aku mulai berteriak dan melampiaskan semua sakit ku dengan tangisanku.

Semua orang bisa mencintai namun tidak semua orang bisa mengikhlaskan perasaannya begitu saja, walaupun aku mencoba mengikhlaskan cintaku namun itu tidak lah mudah, aku kehilangan arah dan kendali dalam mencintainya, bahkan saat aku tersakiti oleh cintaku sendiri aku masih bisa bertahan, bodoh? aku juga berharap bisa melepaskan perasaan ini, karena cinta tidak bisa dipaksakan dan hanya akan menyakiti satu sama lain, tentu aku tak rela melihat mereka tapi di satu sisi aku tidak bisa merengut kebahagian mereka demi ego ku semata, Badra adalah perempuan beruntung yang bisa mendapatkan hati Kak Azzam.  Banyak orang ingin mengulang waktu karena tidak ingin merasakan sakit yang sedang di alami, namun aku tetap bersyukur dapat dipertemukan sosok lelaki seperti Kak Azzam, tanpa ia sadari kehadirannya telah banyak mengajari hal hal baru yang tak pernah kudapatkan oleh siapapun.

 




TBC

Terimakasih sudah membaca

SECRET ADMIRE [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang