Badra terbangun di pagi hari dengan kaki yang masih berdenyut sakit akibat lecet, ia memutuskan untuk pergi dari rumah ini, ia pergi tanpa pamit, kalau saja ia pergi dengan meminta izin pada Haura tentu saja ia akan mencegahku.
Sebuah mobil berhenti tepat di depan pagar rumah Haura, mobil yang dikendarai oleh Kausar yang tengah menjemput Badra.
"Terimakasih telah menghubungiku dan maaf atas sikapku selama ini, tentang ayahku, kurasa perjodohan kita telah resmi dibatalkan, bagaimana pun aku tidak menyesalinya, aku memang perempuan jahat, aku begitu egois, aku tidak layak bahagia kausar"
"Heii, jangan bilang seperti itu Badra, tidak ada manusia yang sempurna tanpa melakukan dosa dan kesalahan, kita semua pendosa namun kita mempunyai Allah yang maha pengampun, bertaubatlah Badra"
" Tolong antar aku ke kantor polisi sar"
"Kamu mau ketemu papa?"
"Aku udah ngebunuh janin Haura"
"Aku udah jadi seorang pembunuh karna rasa cemburu semata akan cinta"Haura terkejut melihat jam dinding yang mengarah pada angka sembilan, Tubuhnya begitu lelah karena sedang banyak pekerjaan di kantor begitupun dengan Mas Azzam.
Haura hampir lupa kalau ada Badra dirumahnya, ia belum membuat sarapan pagi untuk Badra, mungkin Badra sudah kelaparan dari tadi.
Sebelum membuat sarapan Haura ingin melihat keadaan Badra. " Badraa, aku masuk ya?" Panggil Haura sambil mengetuk pintu.
Tak ada jawaban dari Badra, Apa mungkin badra pergi tanpa pamit? "Ahh tentu saja tidak tidak mungkin" Ketusku sembari memegang gagang pintu dan masuk ke dalam kamar untuk mengecek langsung keberadaan Badra dan yang benar saja ia sama sekali tidak melihat keberadaan Badra di dalam kamar.
Haura melangkah dengan cepat menuju kamarnya dan mengambil ponsel untuk menghubungi Badra, saat ia mengusap layar ponselnya ia melihat sebuah notifikasi dari email.BADRA
assalamualaikum Haura, aku sungguh meminta maaf sebesar-besarnya atas perbuatanku selama ini, dari dulu aku enggak pernah jadi sahabat yang baik buat kamu, kamu sangat baik dan tulus berteman denganku, Haura kali ini aku benar-benar tersadar atas perbuatanku yang sangat keji ini dan aku harap kamu mau memaafkanku, semoga kamu dan Azzam selalu bahagia.
Aku minta maaf sudah membunuh janin kamu, semoga dia bahagia di sana karna sempat tumbuh dirahim seorang ibu seperti kamu Haura, maaf karena aku kalian tidak bisa bertemu, aku sungguh minta maaf Haura, tolong maafkan aku, kamu boleh memakiku sepuasmu, atau membunuhku juga aku tidak apa-apa Raa :)
Pelukku untukmu, semoga kalian bahagia dunia dan akhirat.
Kausar menemani Badra ke kantor polisi, menemaninya hingga ia masuk ke dalam jeruji besi itu, ada rasa iba namun itu adalah konsekuensi dari perbuatannya, bagaimanapun ia harus bertanggung jawab walaupun kini ia telah sadar akan perbuatannya.
"Bahagia selalu ya kamu, aku doain deh semoga dapat jodoh yang sholeh hehe" Ujar Badra sambil tersenyum manis.
Lima tahun telah berlalu, sungguh bukan waktu yang singkat, Haura kini telah mempunya dua bayi kembar yang lucu, Zaedan bayi ganteng yang lucu mirip dengan ayahnya, Zaeara juga bayi gadisku yang gemesin dan juga mirip ayahnya, aku tersenyum bahagia melihat mereka, bagaimana bisa mereka berdua sangat mirip dengan ayahnya padalah ibu nya yang sudah mengandungnya selama sembilan bulan tetapi muka ku tak ikut tercetak hahaha.
Melahirkan buah hatiku bukanlah perkara yang mudah dan kehidupan rumah tangga kami yang telah berlalu selama lima bulan juga tidaklah baik-baik saja setiap harinya, pasang surut dalam berumah tangga tentu dirasakan semua pasangan suami-istri di luar sana, dan aku bahagia karna sampai sekarang dan insyaallah nanti aku ingin merasakannya lagi, senang dan sedih bersama dirimu mas Azzam.
Aku menaruh cake berbentuk petak di meja ruang tengah, dengan hiasan-hiasan bunga dan juga balon, aku menunggu suamiku pulang malam ini, untung Zaedan dan Zaera sudah tidur dan tengah dijaga oleh pengurus rumah kami.
Aku mendengar suara mobil dari luar dan mengintip lewat jendela untuk memastikan bahwa itu mobil mas Azzam, ia begitu gugup untuk memberikan suprise kecil ulang tahun pernikahan kami yang 7 tahun, padahal sudah bertahun tahun kami bersama namun aku masih dibuat gugup olehnya.
Azzam meregangkan badannya, ia sungguh lelah malam ini, dan tentu saja tak lupa akan malam spesial ini, ia langsung berlari kecil untuk masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikum istriku"
"Supriseeeee"
"Waalaikumsalam sayangku, selamat ulang tahun pernikahan yang ke-7 mas, aku bahagia bisa masih bisa berada disini dengan status sebagai istri mas, terus bersama Haura ya mas, i love you my baby"
"Selamat ulang tahun pernikahan yang ke-7 cintakuu, i love you more than you know istriku tersayang, aku bahagia bisa melewati hari-hariku dengan didampingi sosok wanita seperti kamu"
Sebuah kecupan mendarat di kening, pipi kiri dan kanan hingga bibir mungil milik Haura, setelah berfoto dan menikmati cake buatan Haura, Azzam menuruh Haura untuk mengambil handuk di kamar dengan alasan Azzam tak ingin mandi dikamar hari ini, sunnguh suaminya itu ada-ada saja.
setelah turun mengambil handuk ia tidak lagi melihat Azzam yang tadinya duduk di kursi tengah, entah kemana suaminya itu, ia sudah berjalan kedapur untuk mencari Azzam namun ia tidak menemukan suaminya disana.
"Sayaaang"
"Oh mungkin lagi di mobil kali ya mas Azzam" batinku sambil membuka pintu depan untuk memastikan dugaannya.
"Baaaa"
"Ihhh mas ih suka banget ngejailin Haura" Ketus Haura dengan bibir yang manyun.
"Untuk kamu cantik" Ujar Azzam sambil memberikan bunga merah yang berukuran besar dan juga box dior yang berisi tas warna kesukaan istrinya"
" Aaaa sayanggg, makasih cintaku"
Azzam melebarkan tangannya mengisyaratkan ia ingin sebuah pelukan dan Haura pun langsung memeluk suaminya dan sedikit berjinjit untuk mengecup bibir suaminya.
SELESAI
hii guysss..
akhirnya tamat juga cerita aku setelah sekian lama hehehe
thankyou my dear udah baca cerita aku sampai di titik ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET ADMIRE [revisi]
ДуховныеHati Haura remuk ketika mengetahui lelaki yang ia cintai akan meminang sahabatnya sendiri. Namun tak pernah sekalipun ia berfikir akan di jodohkan dengan lelaki itu, Azzam!? Aku tidak bisa menikahi orang yang tak kucintai, namun ada apa dengan keny...