14. 100%

1.1K 126 8
                                    

"Hai, ini baby yang kemaren, ya?" Lathifa mengikuti Laras di belakang dan langsung menyapa Asha.

"Iya, sekarang namanya Asha," jawab Laras.

"Hai, Asha. Ruamnya udah ilang?"

"Kenalin, dokter Lathifa, yang ngasih diagnosis alergi protein susu sapi," jelas Laras pada Bayu.

Bayu mengangguk sopan dan menyebut nama. "Makasih, Dok. Dia baru mulai minum susu HA pagi ini."

Budi keluar dari ruangannya. Lathifa langsung menyikut Laras sambil mengerling ke arah dokter lelaki itu.

Laras melambai pada Budi. "Hai, kenalin. Ini Bayu, gamer yang lo kepoin tadi."

"Mas Bayu, ini dokter Budi. Dia udah perhatian banget, loh tadi, sengaja dateng ke ruanganku buat ngingetin jangan sampe dimanfaatin ama cowok gamer."

Sesuatu terasa bergejolak di ubun-ubun Bayu. Dihampirinya dokter yang bernama Budi itu. "Makasih, Dok," katanya, "saya jadi tahu siapa yang bisa diandalkan kalo istri saya kenapa-kenapa."

"Istri?" Laras tak terima.

"Oh iya, sorry," ralat Bayu, "baru hari Sabtu, kan resminya,"

Mulut Budi ternganga. Lathifa tak percaya. "Lo mo nikah?"

Laras tertawa canggung. Matanya menatap Bayu tajam. Yang ditatap hanya cengengesan lalu berpamitan. "Ayo, Sayang. Kita pulang. Pulang dulu, ya Bapak, Ibu," katanya mengangguk sopan pada semua orang.

Laras berbalik dengan cemberut. Di ruangannya, ia membereskan isi ransel, bersiap pulang. "Apaan barusan? Pengumuman?" semprotnya dengan suara ditahan keras agar tak kelepasan sebagai teriakan.

Lathifa buru-buru masuk di antara mereka. "Sabtu itu maksudnya Sabtu ini? Lusa?"

Laras bersedekap, menahan diri agar tidak meledak. Matanya memaksa Bayu menjelaskan semua.

Asha mulai menguap dalam gendongan Bayu. Mungkin semua kejadian ini juga melelahkan buatnya.

"Iya, sabtu ini. Sorry, emang sengaja ngga ngundang-ngundang. Ini cuma akadnya aja. Yang dateng juga cuma keluarga inti," Bayu berusaha menjelaskan sesingkat mungkin.

Lathifa memandang Laras, meminta penjelasan lebih.

"Sorry, Say. Keputusannya juga baru tadi pagi," ujar Laras memelas.

"Lo tega ngga ngasih tahu gue," Lathifa pura-pura merajuk. "Pacarannya aja gue ga dikasih tahu." Bibirnya manyun minta ditraktir.

"Elah, Peh. Mana ada pacaran. Tau-tau disuruh kawin," Laras mengelak.

"Hah? Lo dijodohin? Ya Allah, ternyata Laras bisa dijodohin, ya Allah!" seru Lathifa dalam tawa.

"Udah, ah. Gue mau pulang!" pungkas Laras menyudahi pembicaraan.

***

Asha kini benar-benar pulas terbalut kain gendongan di dada Laras. Wajah bayi yang sedang tertidur seolah memberi nuansa magis tersendiri. Siapa pun yang memandang pasti akan merasa tenang. Semua masalah dan kesulitan di luar sana seolah hilang.

"Ada cerita yang perlu aku tahu tentang Budi?" tanya Bayu ketika mereka telah memasuki jalan raya.

"Ngga ada," jawab Laras sekenanya, "lagian dia juga udah nikah"

"Ow, oke," katanya tanpa mengalihkan pandang dari jalan raya, "mungkin perasaanku aja, dia kayanya naksir kamu."

Tawa Laras meletup. "Itu sebabnya kamu pake ngomong istri waktu kenalan?"

KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang