11. Jodoh Genetik

1.2K 126 6
                                    

Bayu melilitkan kain gendongan seperti sampur di sekeliling pinggang Laras. Gadis itu spontan menghela napas panjang. Aroma tubuh lelaki ini berbeda dengan bau kakaknya. Sama-sama keringat. Keringat Mas Agus bisa membuat perutnya bergejolak ingin menumpahkan segala yang dikandung. Tapi aroma keringat Bayu membuat terpaku. Kakinya enggan beranjak. Yang paling menyebalkan, hidungnya malah ingin menghirup lebih banyak.

Laras pernah membaca sebuah penelitian ekstrim yang menjijikkan tentang hubungan antara aroma keringat dengan pilihan pasangan. Beberapa perempuan diminta menghidu aroma dari beberapa kaos yang sudah dipakai tidur beberapa  hari oleh para sukarelawan lelaki. Laras membayangkan baunya pastilah na'udzubillah. Apalagi tak ada satu pun yang menggunakan parfum.

Hasilnya, para perempuan itu menyebut para lelaki yang berbeda secara genetik sebagai seksi. Secara sederhana, bisa dibilang, mereka berjodoh secara genetik.

Para ilmuwan berargumen, ini adalah peninggalan nenek moyang kita. Ketika mereka masih berburu, ketika peradaban belum secanggih sekarang, mereka memilih pasangan berdasarkan insting. Petunjuk yang digunakan dalam memilih adalah aroma tubuh yang dipengaruhi feromon. Dan yang dipilih adalah mereka yang berbeda secara genetik. Karena perbedaan genetik akan meningkatkan potensi survival terhadap penyakit-penyakit infeksi maupun degeneratif.

Saat pertama kali membaca penelitian ini, Laras mencibir. Bagaimana mungkin memutuskan pasangan hanya dari feromon yang menguar dari aroma tubuh? Bagaimana kalau bertemu dengan lelaki yang feromonnya bikin mabuk kepayang, tapi tidak bertanggungjawab? Bagaimana jika sebaliknya, feromonnya tidak berjodoh tapi orangnya baik banget?

Sekarang, sepertinya Laras harus memikir ulang. Godaan feromon itu ternyata benar-benar ada. Dia menyukai aroma tubuh lelaki satu ini. Sialan!

Gerakan tangan Bayu melambat saat menyampirkan kain di pundak Laras. Dia menghela napas pelan sebelum mengembuskannya perlahan.

"Kenapa, Mas?" Laras bertanya ragu. Ada hipotesis yang mengatakan bahwa bau yang mempengaruhi para lelaki adalah aroma sekresi vagina. Tapi masa iya vaginanya sudah bersekresi hanya karena bau badan Bayu? Receh sekali!

Tak ada jawaban. Hanya dua kali gelengan sembari memejamkan mata kuat-kuat. Dimatikannya simpul kain di perut Laras. Kemudian tersenyum dengan tatapan yang sulit diterjemahkan. "Kamu pake shampo Marini, ya?"

Gubrak! Tak usah jauh-jauh berpikir soal jodoh genetik. Dia hanya lelaki yang tak mau melepaskan masa lalu.

***

Setelah 30 menit menanti, dua kali hampir tertidur, dan nyaris mati gaya membunuh waktu, Bayu kembali dengan wajah dilipat seribu. Laras tersenyum, sudah bisa menebak apa yang terjadi di balik leceknya muka lelaki itu. "Gimana? tanyanya sok perhatian.

Bayu menghempaskan badan hingga seluruh bangku bergetar. "Kita nikah hari Sabtu." Dikuceknya rambut sendiri. Dia merasa begitu kacau. Bahkan jalan hidup sendiri pun tak bisa dipilihnya.

Bukan berita baru buat Laras. "Aku bisa bikin jadwal operasi hari Sabtu..."

"Percuma!" potong Bayu cepat. "Pernikahan tetap sah, meski si perempuan ga ada di lokasi ijab."

"Trus gimana?"

Dua tangan Bayu bertaut di depan mulutnya. "Aku bisa menundanya," katanya dengan semangat yang tersisa.

"Menunda?"

"Bisa aja, kan. Pengurusan ke KUA ditunda, jadi ijabnya juga tertunda."

Mata Laras menyipit. Benaknya berusaha mencerna maksud kalimat Bayu.

KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang