31. Kecemasan Laras

1.1K 145 24
                                    

Setelah pesan minta dikirimi foto ibu kandung Asha, tak ada lagi chat apalagi telepon dari Bayu. Belum sampai setengah bulan interaksi intens mereka, Laras sudah terbiasa. Lebih 12 jam tak ada interaksi, seolah ada yang hilang dalam hidupnya.

Laras pulang menemukan kamar kosong. Tak ada Bayu yang tidur dengan posisi seenaknya. Tak juga ada Asha yang terpejam manis di sana. Dihempaskannya seluruh tubuh ke atas tempat tidur. Aroma keringat bayi yang tersisa sedikit melenakan. Dunia minus Asha sama dengan sepi.

Malam ini terasa jauh lebih lelah dari biasa. Dia baru saja kehilangan obat kuat yang sudah jadi candunya beberapa hari ini. 

Ditengoknya layar ponsel. Pukul sepuluh malam. Masih tak ada notifikasi apa pun dari Bayu. Jempolnya mengusap-usap layar, menimbang untuk menelepon. Ditekannya nomor Bayu. Dua kali dering lalu dimatikan. 

Dibaliknya ponsel. Asha pasti sudah tidur. Bayu apalagi. Lebih baik ikut tidur saja untuk memulihkan tenaga.

*** 

Bayu menimang selembar kertas hasil perburuannya siang tadi. Keamanan database kependudukan lumayan menguras keringat bersama si silent_ghost. Mereka berhasil menemukan setidaknya dua hole yang bisa jadi celah mengobrak-abrik data. Termasuk rentan untuk sebuah basis data suatu negara. 

Kertas itu berisi data diri lengkap ibu kandung Asha termasuk seluruh anggota keluarganya yang tertera di Kartu Keluarga. Mereka hanya berdua. Mungkin Asha adalah anak pertama. Dia juga sudah berhasil mendapatkan nomor ponsel ayah kandung Asha. 

Lelaki itu bernama Ari Iskandar, lahir di tahun yang sama dengan dirinya. Ibunya bernama Dewi Sartika, lahir di Bandung setahun setelah Bayu. Usianya sama dengan Marini. Mereka berdua mengingatkan pada dirinya sendiri. Apakah Ari sekarang sedang frustrasi kehilangan istri yang sedang hamil besar? Apakah dia juga sedang merasa bersalah karena tidak menemani sang istri bepergian?

Bayu melirik ponsel yang tiba-tiba berpendar beberapa detik. Sebuah missed call dari Laras. Bibirnya menyeringai. Kangen, Ras?

***

Laras terbangun dengan noda darah di seprai. Diperiksanya aplikasi kalender menstruasi di ponsel. Yes! On time! Haidnya yang tidak teratur beberapa bulan ini sekarang kembali memasuki siklus normal, 29 hari. 

Senyum merekah di bibirnya. Mungkin karena beberapa hari ini bergaul cukup dekat dengan Bayu hingga tubuhnya mendapat asupan feromon yang memadai. Ditambah pelepasan endorfin yang teratur membuat aktivitas hormon lain juga diperbaiki.

Sebelum beranjak ke kamar mandi, diraihnya ponsel yang lupa di-charge tadi malam. Sebuah notifikasi missed call terpampang di layar. Laras menutup mulutnya agar tidak terlalu keras bersorak gembira. Bayu semalem telepon!

***

Pagi itu, sebelum cahaya matahari menyentuh tanah, Laras sudah tiba di stasiun. Bayu pasti akan kesulitan mengurus Asha sendiri pagi-pagi. Sementara dia pun harus bersiap untuk berangkat ke kantor. Mumpung tak ada kegiatan pagi, Laras pun berinisiatif mengulurkan bantuan.

Baiklah. Itu semua hanya alasan yang disusun rapi agar kerinduannya tak terlihat terlalu kentara. Kalaupun nanti Bayu bisa mencium aroma rindu itu, dia sudah menyiapkan rencana cadangan, aku kangen sama Asha.

Rumah tampak sepi ketika Laras tiba di sana. Pintu gerbang sudah terbuka meski pintu depan masih tertutup. 

"Assalamu'alaikum." Pintu depan dibuka hati-hati. Mungkin Asha masih tidur, Laras tak ingin mengganggunya.

KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang