Bayu mandi dengan riang. Langkahnya kini terasa ringan. Seperti baru saja mendapat cheat code untuk menyelesaikan level tersulit atau menemukan senjata super-rare yang bisa menghabisi musuh bagaimana pun skill-nya.
Semua pertanyaan kini terpapar gamblang jawabannya. Sekarang ia mengerti, mengapa Laras tak pernah punya pacar, mengapa ia tak punya banyak teman lelaki, mengapa ia selalu menyangkal perasaan dengan penjelasan-penjelasan ilmiah. Kuncinya hanya satu, dia takut sakit. Ketakutan irasional yang dipelihara.
Lelaki itu menyusun strategi. Dengan cheat code di tangan, semua tantangan pasti lewat!
Yosh! Step by step, sampai semua ketakutan itu hilang.
***
Laras menyelesaikan cucian mangkuk dan sendok usai sarapan. Diusapnya perut bagian bawah. Kram hari pertama sangat kuat terasa. Yang aneh, tak ada rasa sakit. Biasanya, hari pertama menjadi momok paling menakutkan. Sakit di perut sangat tak tertahankan. Dia terpaksa mengkonsumsi paracetamol agar tetap dapat beraktivitas seperti biasa.
"Halo, Sayang."
Tiba-tiba Laras dikejutkan oleh Bayu yang langsung merangkul pinggangnya dari samping. Telinganya jadi geli dipanggil dengan sebutan sayang. Dia menatap sang suami dengan pandangan "Kesambet, ya?"
"Kenapa perutnya?" tanya Bayu, ikut mengusap perut istrinya, "aku belom ngapa-ngapain, masa kamu udah isi aja?"
"Apaan, sih?" Laras menyikut lembut perut sang suami. "Aku dapet hari pertama."
Hah? Pas udah kaya gini malah dapet? "Sakit?" Marini tak pernah mengeluh sakit saat haid. Tapi katanya ada yang sampai guling-gulingan menahan sakit.
"Itu anehnya. Hari ini ngga sakit sama sekali, cuma kerasa kram aja. Jadi pegel dikit." Laras tak menyangka, dia bisa membicarakan masalah haid dengan begini santai pada seorang lelaki.
"Oh, baguslah," kata Bayu melepaskan rangkulannya, "ada sesuatu yang mau aku kasih tahu." Digandengnya tangan Laras dengan santai.
"Kalo udah nikah emang gini, ya?"
"Kenapa?"
"Jalan gandengan di rumah doang?"
"Kenapa?" Bayu tertawa. "Tapi suka, kan?" bisiknya halus.
Laras bergidik menahan geli di telinga. "Ngga tahu aneh aja. Kok kamu jadi gini, sih?"
"Laras." Bayu berhenti, menghadapkan tubuhnya lurus-lurus pada sang istri. "Ketakutanmu itu tidak masuk akal. Kita akan menghilangkannya sedikit demi sedikit."
Laras mengangkat alis. "Oke. Caranya?"
"Kamu ngga mau deket-deket cowok karena ngga mau sakit, kan?"
"Ya..." Laras memutar bola matanya. "Ngga lebay gitu juga kali."
"Kamu harus hadapi ketakutan itu."
"He?"
"Mulai sekarang kamu akan belajar jadi deket-deket banget sama cowok."
Laras tertawa. "Dan cowok itu adalah kamu?"
"Ya iyalah, aku kan suamimu," Bayu menjawab ringan sembari menggandeng Laras lagi ke ruang tamu.
Mereka duduk bersisian di sofa ruang tamu. Bayu menyodorkan kertas berisi data lengkap ibu dan ayah kandung Asha. "Aku mau nelepon ayahnya Asha hari ini," katanya.
Laras membaca cepat data diri yang tercetak di kertas putih itu. "Kamu mau balikin Asha ke ayahnya?"
"Iya. Ini lebih baik daripada ke panti asuhan, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita
RomanceApakah kau dan aku akan menjadi kita setelah menikah? Hanya kita, aku dan kamu, tanpa dia. Laras, 2019