3

219 101 155
                                    

Geby pun melangkahkan kakinya memasuki ruangan musik, mencari-cari sosok Riyan disana. Kali ini iya sangat butuh bantuan Riyan untuk dimintai pendapat.

"Ngapain Lo nyil?" Tanya Galing, sosok pemuda yang selalu memanggilnya dengan sebutan Unyil.

"Hehehe, gue nyari Riyan. Dia ada didalam gak?" Ucap Geby

Pemuda itu hanya menoleh kearah seseorang yang nampak memainkan sebuah gitar dipojok ruangan. Membuat Geby paham, jika sosok itu adalah Riyan.

Riyan,dia adalah salah satu cowok the most wanted yang paling dekat dengan nya. Eh' tapi bukan hanya dengan nya saja, tapi pemuda itu memang dekat dengan siapa pun.

Geby pun mendekati pemuda itu, hingga iya menghentikan aktivitasnya karena sadar jika kini Geby telah disampingnya.

"Kenapa nyamperin? Kangen?" Ucap Riyan pada Geby yang masih memerhatikan nya.

"Dih' pede banget Lo, gue kesini mau nanya pendapat Lo ni" ucap Geby menyikut Riyan.

Sementara, Pemuda itu hanya mengangkat sebelah alisnya seolah memberikan kesan tak mengerti.

"Gue mau masuk tim basket sekolah nih, biar bisa deketin Reza," ucap gadis mungil itu.

"Terus?"

"Ih, ya terus Lo harus bantuin gue!"ucap Geby menarik lengan baju Riyan, membuat pemuda itu hanya mendengus kesal.

"Ga mau gue! Lo harus berjuang sendiri lah!" tukas pemuda itu hendak meletakkan gitarnya kembali.

Entah kenapa setiap kali Geby menanyakan pendapat mengenai Reza, pemuda itu selalu memberikan kesan tak suka.

"Yaudah lah, gue mau balik ke kelas!" ucap Geby kesal, sebab tidak mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Yaudah sana!" Ketus Riyan tak menahannya pergi.

"Yan."

Pemuda itu tak merespon, malah menyibukkan diri dengan barang-barang yang ada disana.

"Yan,," ucap Geby lagi.

"Apa?" Pemuda itu pun menoleh ke arah nya.

Geby pun mendekatkan pada Riyan, menarik tangan Riyan paksa. Agar pemuda itu membungkukkan dirinya hingga tinggi mereka sejajar "LO NYEBELIN TAU GAK!" Teriak Geby di telinga Riyan.

Gadis itu segera pergi dari sana, lari kocar-kacir melewati koridor.

"Geby, bantet sini Lo!" Teriak Riyan yang masih mengejar Geby dengan napasnya yang memburu.

Seenaknya saja gadis itu berteriak kencang ditelinga nya. Jika selalu seperti ini bisa-bisa iya tuli mendadak.

Geby terus berlarian melewati koridor, bahkan beberapa pasang mata melihatnya dengan tatapan tak suka.

Hingga gadis itu tidak bisa memberhentikan langkah nya dan berhasil menabrak seseorang yang kini berada dihadapannya.

"Aduh," Geby mengaduh kesakitan, mengelus keningnya yang terasa sakit.

"Makanya kalo jalan pake mata, Liat ni baju gue kotor!" ucap seseorang yang kini berada dihadapannya.

Geby mendecak sebal, lalu membenarkan posisinya. Dan memandang pemuda yang kini berada dihadapannya dengan tatapan sebal.

"Dimana-mana jalan itu pake kaki, bukan pake mata. Lagi juga sorry aja si gue gak liat, siapa suruh lo muncul tiba-tiba!" ucap Geby kesal.

"Udahlah, minggir gue mau pergi!" Ucap Pemuda itu mendorong tubuh Geby, membuat Geby hampir tersungkur ke lantai.

"MAMPUS! KUALAT LO!" Umpat Riyan hingga terbahak-bahak menertawainya. Menghampiri gadis itu, lalu menyumpah serapahkan nya dengan puas.

Geby memasang muka masam, siapa si pemuda tadi? Bisa-bisanya membentak nya, memang iya pikir jalanan ini milik nenek moyangnya.

"Cowok tadi siapa si?" Tanya Geby masih sebal.

"Itu Dimas anak basket," jawab Riyan yang kini telah berjalan beriringan dengan nya menyelusuri koridor.

"Ah cowok ga famous, ga kenal!" Ucap Geby

"Lah Ini bantet satu, lo nya aja yang kudet!" Ujar Riyan menoyor kepala Geby pelan.

"Emang apa istimewanya dia si? Cowok nyebelin kaya gitu aja bisa terkenal," dengus Geby, mengambil posisi duduk diantara Kim, dan Tita.

"Siapa si? Lo pada ngomongin siapa?" Tanya Tita bingung akan kedatangan Geby dengan muka kusutnya.

"Dimas!" Ucap Riyan, sontak membuat kedua gadis itu riuh membicarakan sosok pemuda yang Riyan sebut tadi.

"Dimas, cowok cool, kece badai sejagat raya," ucap Tita memuji Dimas berlebihan.

"Udah ganteng, keren, jago basket. Tapi ada satu yang kurang dari dia yaitu tertutup sama cewek!" Jelas Kim hafal betul, karena gadis itu satu ekskul dengan Dimas.

"Ah tadi gue liat biasa aja, malah keliatan nya itu jutek, nyebelin, belagu!" ucap Geby masih tak terima karna hampir dibuat tersungkur ke lantai oleh Dimas tadi.

"Geby, kayanya Lo harus periksa mata deh! Gue takut mata Lo itu burem apa gimana, cowok seganteng Dimas di bilang biasa aja," celoteh Tita tak terima jika Geby bilang seperti itu.

"Heh! Dia itu emang biasa aja si kata gue.
"

"Terserah sama Lo ya aja ya Geb, tapi sampe Lo suka sama Dimas! Lo harus beliin gue sama Tita sepatu keluaran terbaru dan termahal!" Ancam Kim.

Geby menutup kedua telinganya, malas rasanya mendengar segala celotehan mereka mengenai Dimas yang menurut nya terlalu berlebihan.

Sementara dilain pihak, kini Dimas tengah memainkan bola basket yang ada ditangannya dengan lihai. Bersama dengan teman sekelasnya yaitu Reza, dan Mars yang juga satu tim basket dengan nya.

Mereka bertiga hanya merebutkan bola, lalu mencetak poin. Sorak-sorai bisa mereka dengar dari lapangan, walaupun sekarang masih jam pelajaran. Tapi tidak membuat mereka peduli, sebab guru pelajaran mereka berhalangan hadir.

"Dim, emosi banget Lo hari ini!" Ucap Reza mengetahui jika permainan Dimas kali ini terlihat buruk.

"Lagi kesel gue, gak liat Lo baju gue kotor kaya gini!" Ucap Dimas menunjukkan noda yang menempel di bajunya.

"Yaelah, baju doang. Dicuci juga hilang Dim, emang kenapa si? Ko Lo sampe kesel banget?" Tanya Reza sambil mendribble bolanya.

"Ditabrak sama cewek Kuntet!" Ucap Dimas asal.

"Cewek Kuntet? Siapa lagi njir?" Tanya Reza semakin dibuat bingung. Kenapa Dimas selalu memberikan nama yang aneh pada seseorang.

"Ageby namanya, anak IPA 1!" Sahut Mars.

"Oh Geby, yaudah si maafin aja tuh cewek paling ga sengaja," ujar Reza

"Tau nih, kebiasaan kalo Dimas lagi pms jadi gitu," tukas Mars malah membuat pemuda itu mengaduh sebab Dimas melemparnya dengan bola dan tepat mengenai perutnya.

"Ga sengaja si ga sengaja, setidaknya minta maaf kek atau apa. Ini malah ngomel ga jelas!" Sewot Dimas, membuat kedua temannya malah tertawa.

"Awas Lo jadi suka sama tuh cewek!" Ledek Reza.

"Dih' ga mungkin juga gue suka sama dia," tolak Dimas mentah-mentah.

"Gue liat Geby cantik ko, dia imut gitu mukanya," ucap Mars memuji Geby.

"Lah bodo amat, kenapa jadi ngomongin dia si njir. Udahlah ayo main lagi!" ucap Dimas mendribble bolanya kembali. Memperlihatkan keahlian nya kepada mereka semua.

AgebyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang