21

71 14 3
                                    

"Sayang, ada yang mau ketemu sama kamu di depan," ucap Revana membangunkan putrinya.

"Siapa mih?" Tanya Geby dari balik selimutnya.

"Mamih gak nanya namanya siapa, intinya dia perempuan. Kamu temui dia ya, katanya penting!" suruh Revana lalu meninggalkan Geby.

Mendengar perkataan Revana, Geby pun segera menghampiri gadis itu di ruang tamu. Dilihat dari postur tubuhnya, sepertinya ia pernah melihat perempuan itu, tapi Geby tidak ingat pernah bertemu perempuan itu dimana.

"Hai," sapa perempuan itu.

Geby terlihat bingung, karena tak mengenal siapa perempuan itu.

"Lo siapa?" Tanya Geby

"Gue Abel, pacarnya Reza," ucapnya lagi.

Mendengar ucapan itu membuat Geby malas, gadis itu memangku tangan memasang wajah tak suka.

"Gue masih ngantuk, mending lo pulang!" Ucap Geby hendak pergi dari sana.

"Gue mohon, dengerin penjelasan gue!" Ucap Abel menarik tangan Geby.

"Please!" Ucap Abel memohon.

Geby pun tak enak hati, hingga membuatnya duduk kembali.

"Ini ada sangkut pautnya sama kejadian gue semalam?" Tanya Geby dengan nada ketus.

"Iya, jadi semua ini rencana Reza," ucap Abel.

"Rencana? Jadi dia udah ngerecanain  buat bikin gue kaya gini?" Ucap Geby marah.

"Gue minta maaf, gue gak berhasil buat ngelarang dia," pinta Abel pada Geby.

"Dia ngelakuin ini buat manas-manasin Dimas," jelas Abel ragu.

"Dimas? Maksudnya?" Tanya Geby yang masih dibuat bingung.

"Reza manas-manasin Dimas, karena dia tau kalo Dimas itu sayang dan peduli sama lo. Tapi karena Dimas gak pernah mau ngakuin itu, jadi Reza ngelakuin ini buat ngebuktiin kalo Dimas itu bener-bener sayang dan peduli sama lo. Kerena dia tau, dengan bikin lo sakit hati, Reza bisa liat gimana reaksi Dimas sekarang," jelas Abel. Gadis itu merasa serba salah karena tidak bisa membatalkan rencana Reza.

Geby hanya diam, dia terpaku akan penjelasan yang Abel katakan. Kenapa dia baru sadar, jika selama ini apa yang Dimas lakukan itu adalah bukti jika Dimas benar-benar sayang dan peduli padanya.

Geby merasa bodoh untuk kedua kalinya, yang pertama pada Riyan dan kedua kalinya pada Dimas. Kenapa selama ini dirinya tak pernah sadar akan apa yang ada disekitarnya.

"Geb, gue mohon maafin Reza," Ucap Abel meraih tangan Geby.

"Oke, gue maafin dia."

"Gue boleh minta satu hal sama lo, Geb?" Tanya Abel.

"Apa?"

"Gue khawatir sama Reza, dan cuma lo satu-satunya orang yang bisa bantu dia," ucap Abel yang kini meneteskan air matanya.

"Kenapa gue? Kenapa lo nangis Bel?" Ucap Geby menjadi bingung, mengapa gadis itu menangis.

"Gue khawatir sama Reza, karena setelah ini Dimas pasti cari dia dan kasih pelajaran karena udah berani nyakitin lo," jelas Abel. Ia tahu betul, jika Dimas adalah orang yang tempramental, pemuda itu tidak segan menghajar siapa pun yang telah menyakiti hati orang yang dia sayang.

Geby pun paham akan ucapan Abel, ia segera mencari ponselnya dikamarnya mencoba untuk menghubungi Dimas sekarang.

Tapi sudah beberapa kali Geby menelpon pemuda itu, dan hasilnya nihil.
"Telpon nya gak diangkat!" Kesal Geby.

"Pasti sekarang dia lagi cari Reza," ucap Abel semakin cemas.

***


Kini Geby dan Abel tengah mencari kedua pemuda itu diberbagai tempat.
Bahkan keduanya sudah berulang kali menghubungi mereka, tapi sama-sama tidak diangkat.

Geby semakin panik karena mereka berdua, jangan sampai Dimas melakukan hal yang tidak-tidak dengan Reza.

"Geby, lo punya nomer temennya Reza atau Dimas?" Tanya Abel yang juga panik mencari mereka.

"Aih, kenapa gak kepikiran dari tadi!" Ucap Geby menepuk dahinya.

Geby pun menelpon Fatur, Victor, dan Bibim. Mereka bertiga adalah teman Dimas juga Reza, siapa tau ada yang mengetahui keberadaan mereka sekarang.

Mereka semua telah dihubungi, tapi hasilnya nihil.

"Kenapa pada gak diangkat si!" Geby mendengus kesal, jangan-jangan telah terjadi sesuatu diantara mereka. Membuat Geby membuang jauh-jauh pikiran buruknya.

Tak lama, ponsel Geby berdering. Membuat keduanya terkejut, siapa tau dari Reza ataupun Dimas.
"Mars?" Geby bingung, dikiranya itu telpon dari Dimas.

"Halo Mars,"

"Halo Geb, Dimas Geb!" Ucap Mars panik.

"Dimas kenapa?"

"Dia masuk rumah sakit!" Jelas Mars

Tubuh Geby seakan lemas seketika, kenapa pikiran negatifnya menjadi nyata. Bahkan kini Abel mengambil alih ponselnya dan berbicara kembali pada Mars.

Flashback on,

"Reza!" Teriak Dimas memasuki rumah Reza tanpa permisi.

"Gue bisa jelasin Dim, dengerin penjelasan gue dulu," ucap Reza pasrah, karena kini tubuhnya sudah ditarik keluar oleh Dimas.

"Lo mau jelasin apa ha? Lo tega ya!" Ucap Dimas yang kini menerkam leher Reza dengan kuat.

"Gue bisa jelasin, deng-erin du-lu!" Ucap Reza terbata-bata.

Tapi Dimas, dia sudah marah besar dengan Reza, karena telah membuat Geby meneteskan air mata.

Reza pun mencoba untuk melepaskan cengkraman Dimas dari lehernya dan berhasil lolos. Pemuda itu melarikan diri dengan motornya. Membuat Dimas mengejarnya dengan cepat.

"Berhenti Lo! Hadepin gue!" Ucap Dimas berusaha membalap motor Reza.

"Gue gak akan berhenti kalo lo masih emosi Dim!" Ucap Reza lalu melajukan motornya dengan kecepatan penuh.

Dimas pun berusaha untuk membalap Reza dan bahkan, kini Reza tengah melewati lampu merah. Membuat Dimas segera mengejarnya.

Tapi waktu, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Geby berlarian menyelusuri koridor rumah sakit, apa yang telah terjadi pada Dimas kali ini. Bahkan sekarang, Mars, Victor, Fatur, Bibim dan Reza kini mereka tengah terduduk di bangku tunggu. Membuat Geby semakin gelisah dengan keadaan pemuda itu.

"Dimas kenapa?" Tanya Geby panik.

"Dimas kecelakaan, dia ketabrak mobil waktu nerobos lampu merah," jelas Reza sebagai saksi mata. Pemuda itu berbelok saat mendengar suara kencang, dan mendapati Dimas yang sudah tergeletak dan di lumuri darah di tengah jalan.

Geby semakin lemas, dia tidak bisa membayangkan keadaan Dimas sekarang. Apa pemuda itu baik-baik saja?





See you~

AgebyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang