10

111 39 34
                                    

Geby tengah berada di kamarnya, mengikuti alunan gitar yang dipetik Riyan begitu indah. Sesekali gadis itu terbawa suasana, hingga gadis itu mengeluarkan suara sumbangnya. Tapi Riyan, dia membiarkan suara sumbang itu. Dia tidak memandang jelek suara Geby, dia hanya bilang Geby memiliki suara yang kurang bagus. Tapi itu maknanya sama saja.

"Nih, minumnya!" ucap Geby memberikan jus yang telah iya buat.

"Thanks!"

Tak lama dering telepon Geby pun berbunyi, membuat gadis itu mengangkat telpon nya.

"Hallo Ta!" Ucap Geby, setelah mengetahui jika gadis itu yang menelpon nya.

"Geby, Riyan masih dirumah Lo?"

"Iya, kenapa?" Ucap Geby menoleh pada Riyan yang masih bermain dengan gitarnya.

"Geb, please ya. Lo jangan terlalu ngasih harapan sama Riyan, kalo Lo ga mau nyakitin dia!" Ucap Tita

"Gue ga ngasih harapan sama dia Ta! Gue nganggep kalian itu sama, ga ada yang lebih" ujarnya .

"Intinya suatu saat nanti kalo Riyan baper sama Lo, Lo harus tanggung jawab!" Tegas gadis itu menutup telponnya.

Geby merasa heran apa ada yang salah akan perlakuan nya dengan Riyan. Ia menganggap Riyan sebagai sahabatnya sekaligus kakaknya dan tidak lebih dari itu.

Gadis itu pun segera menghampiri Riyan kembali, bercanda tawa bersama. Mungkin jika dihitung, hampir setiap pulang sekolah Riyan kerumahnya, itu juga jika Geby tidak ada acara.

Hari semakin sore, Riyan pun pamit dari rumahnya. Dan kini Revana tengah menatapnya dengan intens.

"Kenapa si Mih, liatin nya gitu banget!" Tanya Geby yang mulai melewati Revana yang baru saja pulang.

"Geby, udah berulang kali Mamih bilang. Jangan terlalu sering bolehin orang lain masuk ke rumah, apalagi cowok! Nanti tetangga bisa bilang macem-macem!" Tegas Revana, karna sudah berulang kali Revana memergoki putrinya bersama Riyan di dalam rumahnya. Walaupun mereka tidak melakukan hal yang tidak-tidak tapi Revana harus bersikap tegas pada putrinya.

"Tapi Mih, Riyan itu sahabat Geby dari SMP. Lagi juga Riyan anaknya baik ga akan macem-macem." jelas Geby kesal, baru pulang Revana sudah bilang seperti itu. Membuatnya langsung memasuki kamarnya tanpa sepatah kata pun lagi.

Geby hanya diam meraih ponselnya, menutupi rasa kesalnya dari Revana. Gadis itu lebih memilih membuka sosial medianya, dan diwaktu yang bersamaan Geby melihat story' yang dipasang Reza.

"Hah, 2 menit yang lalu di cafe deket sini!" Ucap Geby histeris, gadis itu segera meraih jaket dan juga tasnya berniat untuk menghampiri Reza.

Siapa tau, setelah ini iya bisa dekat dengan Reza. Apalagi caption Reza 'alone' berarti dia lagi butuh temen kan, membuat Geby semakin bersemangat.

"Kamu mau kemana?" Tanya Revana mengetahui Geby yang tengah berpakaian rapih.

"Mau keluar sebentar" ucap Geby pergi dari rumahnya.

Gadis itu memilih untuk menaiki taksi agar cepat sampai. Dan setelah iya sampai ke tempat Reza berada, memang benar Pria itu tengah duduk sendiri disana.

Membuat Geby langsung merapihkan penampilan nya, memesan cofe lalu menghampiri pemuda itu.

"Boleh gabung?" Tanya Geby menghampiri Reza.

Pemuda itu mendongak setelah mendengar suara seseorang "Elo Geb, duduk aja" ucap Reza

"Lo disini sendiri?" Tanya Geby mencairkan suasana.

"Iya, lagi bete aja gue kesini. Niatnya mau ngajak pacar gue, tapi dia udah tidur" jelas Reza.

Geby hanya ber-OH-ria besok-besok kaya gini aja terus, biar dia bisa duduk berdua dengan Reza.

"Lo kesini sendirian Geb?" Tanya Reza

"Iya"

"Em-m gimana pertama kali ikut latihan?" Tanya Reza lagi.

"Ya gitu deh' oh iya ko waktu itu Lo ga latihan?" Tanya Geby balik, sebenarnya saat itu iya sangat mengharapkan jika Reza ada.

"Waktu itu gue nemenin Abel pergi, jadi ga ikut latihan" jelas Reza setelah meneguk coffe nya.

"Lo sayang banget ya sama Abel?" Tanya Geby hingga membuat Reza diam.

"Iya, gue sayang dia." ucap Reza santai.

Mendengar perkataan Reza barusan berhasil membuat Geby mengumpat kasar. "Gue doain semoga cepat putus!" Ucap Geby dalam hatinya. Dan bersikap seperti biasanya.

"Geby, gue duluan ya!" Ucap Reza, bangkit dari posisinya.

"Oh iya!" ucap Geby pasrah, masa iya dia harus memaksa Reza agar tetap menemani nya.

Setelah setengah jam iya disana sendiri, membuat Geby memutuskan untuk pulang. Bahkan suasana cafe pun semakin sepi dibandingkan saat iya datang. Membuat gadis itu pergi dari sana dan mencari taksi.

"Lagi ngapain?" Tanya seseorang membuatnya terkejut.

"Dimas?" Nama itu terlontar dari mulutnya seketika, melihat pria itu yang kini telah ada disampingnya.

"Lo ngapain disini? Ga pulang?" Tanya Dimas datar, sebenarnya iya tak mau juga menghampiri gadis itu.

"Lagi nyari taksi, mau pulang." ucap Geby ketus.

"Yaudah ayo!" Tarik Dimas menggenggam tangan Geby, agar gadis itu tidak lari lagi darinya.

Kini mereka telah bersama, Geby hanya diam dibalik tubuh pria itu. Membiarkan agar pria itu yang memulai percakapan lebih dulu, tapi Dimas dia malah tetap diam.

Karena semakin geram, Geby pun memutuskan untuk berbicara lebih dulu. "Ko tadi Lo bisa disana juga?" Tanya Geby.

"Gue dapet chat dari Reza kalo Lo ada disana. Jangan bilang Lo buntutin dia?" Ucap pemuda itu mengendarai motornya.

"Em-iya, lagi ngeselin banget si Reza segala bilang sama Lo!" Kesal Geby, setidaknya gausah bilang juga sama makhluk yang satu ini.

"Emang kenapa kalo Reza bilang ke gue?" Tanya Dimas yang seketika memberhentikan motornya, membuat Geby melonjak kaget.

"Sakit tau gak!" Umpat Geby dari belakang, gadis itu memukul bahu Dimas kesal.

Dimas menoleh kebelakang menatap Geby dengan mata tajam nya. "Kenapa kalo Reza bilang ke gue?" Tanya nya lagi.

Geby seketika menjadi takut dengan tatapan Dimas, apa iya salah bicara tadi. "Ya enggak papa juga si" ucap Geby kikuk sendiri.

"Lagi juga Lo kan dijodohin sama gue, bentar lagi juga kita tunangan!" Jelas Dimas masih menoleh pada gadis itu.

"Hah? Tunangan?" Geby seolah kaget mendengar kata tunangan itu.

Sementara Dimas, pria itu hanya mengangguk. Lalu melajukan motornya kembali. Membiarkan gadis yang berada dibelakangnya yang mengumpat sendari tadi.

AgebyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang