Happy reading ✨
Jam alarm berbunyi untuk kesekian kalinya, bahkan ponsel mereka sudah berbunyi tiada henti akan panggilan yang masuk. Mereka berdua masih tertidur, dengan Geby yang masih berbalut selimut yang tengah dipeluk oleh Dimas.
Geby mengerjap melihat posisinya kali, dan "DIMAS!!" ia berteriak hingga membangunkan Dimas.
"Apaansi woy! Berisik banget!" Ucap Dimas kesal, pagi-pagi sudah mengganggu nya.
"Lo! Lo ngapain dikamar gue?" Tanya Geby panik.
"Lah, semalem kan lo yang jerit-jerit ketakutan pendek! Makanya gue kesini!" Ujar Dimas kesal, sudah ditolong malah mikir yang tidak-tidak saja.
"Anjir, kesiangan!" Umpat Dimas setelah melihat jam yang menunjukan pukul 08:00. Mereka kesiangan, sehingga keduanya dengan cepat bersiap pergi ke sekolah.
Kali ini Dimas melajukan motornya dengan kecepatan penuh, semoga saja kali ini mereka tidak mendapat hukuman. Bahkan perut mereka sama-sama belum terisi. Setelah sampai, gerbang sekolah sudah terkunci lebih dulu.
"Kita lompat gerbang ajalah!" ucap Geby, gadis itu sudah terbiasa memanjat pagar sekolah.
"Lo yakin?" Tanya Dimas tak percaya.
"CK, udahlah ikutin gue aja. Motor lo titipin sama abang gorengan aja gue kenal ko," jelas Geby membuat Dimas meninggalkan motornya.
Dimas pun mengekori gadis itu, mengendap-endap masuk ke dalam sekolah. Rasanya begitu handal bagi Geby melakukan hal ini.
"Sekarang lo ke kelas sana!" Ucap Geby menyuruh pemuda itu pergi.
"Iya, nanti pulang sama gue!" Ucap Dimas. Kali ini ia selangkah lebih maju dari pada Reza. Bahkan ini semua sebuah kebetulan bukan sesuatu hal yang direncanakan.
Seperti biasa, Geby memasuki kelasnya melewati jendela dengan dibantu oleh Riyan. Dan cara itupun selalu berhasil, itu semua juga berkat Kim yang selalu bisa mengelabui Pak Yuta.
Guru itu terlalu bodoh, hingga berulang kali di kelabui oleh Kim dan tak pernah sadar.
"Shut," panggil Riyan dari belakang membuah Geby menoleh kearahnya.
"Tadi gue ke rumah lo kenapa ga keluar? Terus telpon lo juga ga diangkat!" Tanya pemuda itu.
"Tadi gue ga denger lo manggil, gue kecapean karna nungguin Mamih masuk rumah sakit semalem jadi gue capek banget," jelas Geby meregangkan otot nya.
"Mamih Lo masuk rumah sakit Geb?" Tanya Tita khawatir.
"Iya kemarin, tapi hari ini katanya udah boleh pulang."
"GWS ya buat mamih lo!" ucap Kim, Riyan dan Tita.
Dilain pihak kini Dimas berhasil memasuki kelasnya dengan aman, sebab kelasnya sedang freeclass membuat pemuda itu merasa beruntung.
"Anak teladan baru dateng!" Ucap Mars menyadari keberadaan Dimas."Tumben lo baru dateng!" Ucap Reza menepuk bahunya.
"Kesiangan gue, gara-gara Geby semalem," Ujar Dimas merapikan bajunya, bahkan saking buru-buru nya pemuda itu tidak menyisir rambutnya sama sekali.
"Anjir, ngapain lo malem-malem sama Geby?" Tanya Fatur tak menyangka pada Dimas.
"Ga ngapa-ngapain gue!" Ucap Dimas, jika ia menceritakan hal semalam bisa-bisa Geby marah padanya karena telah mengumbar pobianya selama ini.
"Dimas Arsatya, mamah ga ngajarin kamu buat yang enggak-enggak ya!" Ucap Victor mencolek gemas wajah Dimas.
"Dih nadjis apaan si lo!" Umpat Dimas jijik.
"Gue masih punya otak ya, gak kaya Bibim yang asal nyosor anak orang!" Jelas Dimas berhasil membuat Bibim melotot.
"Untung anak mamah masih punya otak, ga kaya Bibim si otak udang!" Ucap Victor menyindir Bibim.
"Terus ngomongin gue, gue khilaf kali waktu itu," ujar Bibim membela diri.
"Apaan khilaf, tapi ngulang lagi besok!" Ucap Fatur ikut mengunjing pria itu.
"Serius atuh ini mah, janji!" Ucap Bibim meyakinkan.
Mereka pun tertawa, lalu meninggalkan kelas karna bel istirahat sudah berbunyi. Kini kelas mereka yang sudah ada dikantin lebih dulu, membuat Dimas berinisiatif untuk membelikan makanan untuk Geby mengingat jika gadis itu belum sarapan. Tapi niatnya terhenti setelah mendengar percakapan antara Reza dengan Fatur, jika Reza telah membelikkan makanan untuk Geby lebih dulu.
Geby lari kocar-kacir lebih dulu saking laparnya, gadis itu tidak bisa menahan cacing-cacing yang sudah berdemo sendari tadi. Baru saja Geby duduk untuk memesan makanan, tapi pemuda itu tengah membawa sebuah makanan untuknya.
"This is for you," ucap Reza memberikan semangkuk bubur ayam.
"Buat gue?" Tanya Geby tak percaya jika Reza telah membelikan makanan untuknya.
"Iya buat lo, gue tau lo belum sarapan," ucap Reza, ia tahu pasti gadis itu belum sarapan karna bangun kesiangan seperti Dimas. Membuatnya memesan makanan untuk Geby lebih dulu.
"Thanks ya!" ucap Geby mulai memakan buburnya.
"Oiya gimana keadaan nyokap lo?" Tanya Reza.
"Mamih udah baikan ko," ucap Geby
"Bagus deh kalo gitu, gue kesana ya!" ucap Reza menunjuk ke arah rombongan kelasnya berada.
***
Kini Geby tengah menunggu di lobby sendiri, siapa lagi jika yang tak lain menunggu seorang Dimas Arsatya yang kadang sikapnya suka berubah layaknya cuaca di dunia ini.
"Ayo!" Ucap Dimas menarik tas yang Geby kenakan dan berbelok ke arah parkiran.
"Bukannya motor lo di luar ya?" Tanya Geby karena perasaan berangkat tadi Dimas menitipkan motornya pada pedagang gorengan.
"Gue tukeran sama mobil yang dibawa Mars!" Ucap pemuda itu, untung saja kemarin Mars meminjam mobilnya sehingga hari ini ia bisa memakai mobil itu.
"Lo minjem mobil Mars? Kalo gitu gausah deh biar gue jemput Mamih pake taksi ajaz" tolak Geby tak enak.
"Ini mobil gue bukan mobilnya Mars. Semalem dia minjem mobil buat jalan sama pacarnya, jadi sekarang gue tukeran biar dia yang bawa motor gue pulang," Jelas Dimas pada Geby yang kini sudah masuk kedalam mobilnya.
Mereka pun segera menjemput Revana di rumah sakit, lalu mengantarnya pulang.
"Geb, semalem kan banyak petir kamu ga kenapa-kenapa kan?" Tanya Revana pada Geby. Sementara gadis itu bingung harus menjelaskan nya bagaimana. Ia hanya berpandangan pada Dimas, masa ia harus menceritakan semua kejadian semalam.
"Geby semalem tidur Tante, mungkin karena kecapean jadi ga denger suara petir. Bahkan Dimas bangunin aja dia masih tetep tidur," elak Dimas.
"Iya Mih, Geby ga kenapa-kenapa ko," ucap Geby, untung saja Dimas tidak membicarakan hal semalam. Jika pria itu sampe bercerita kejadian semalam, mau di taro dimana mukanya.
"Memang Geby kenapa Rev, ko dia sampe takut petir?" Tanya Tante Mira.
"Geby dari dulu takut sekali sama suara petir, bahkan dia bisa jerit ketakutan kalo denger petir sedikit. Makanya saya khawatir semalam, takut Dimas ga bisa nenangin Geby," jelas Revana akan phobia yang dialami putrinya.
"Owalah," ucap Tante Mira mengerti.
Dimas pun memakirkan mobilnya tepat di depan rumah gadis itu. Setelah mengantar mereka, Dimas segera pamit karena Mira juga perlu istirahat setelah menemani Revana semalaman di rumah sakit.
Pemuda itu tersenyum pada Geby dan begitupun sebaliknya. Pemuda itu lantas menancap gas mobilnya pergi hingga hilang di penghujung jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ageby
Teen Fiction"Dimana-mana jalan itu pake kaki, bukan pake mata. Lagi juga sorry aja si gue gak liat, siapa suruh lo muncul tiba-tiba!" ucap gadis itu tak ingin kalah. "Udahlah minggir, gue mau pergi!" Ucap Pemuda itu mendorong tubuh Geby, hingga membuat gadis it...