Kini Geby tengah bersama Riyan menyelusuri koridor seperti biasa. Gadis itu melupakan masalah pertunangan nya, sebab kali ini iya menyerahkan sepenuhnya pada Revana. Percuma saja jika gadis itu menolak, tapi Revana tetap bertindak sesuai keinginan nya. Jadi mau di setujui atau tidak pun pertunangan itu pasti akan tetap berlangsung.
Melihat sosok Dimas yang tak jauh dari sana, membuat Geby melengos memilih memutar balik arah. Membuat Riyan kebingungan kenapa Geby berputar arah.
"Geb, kenapa muter balik? Kantin nya kan disana!" Ucap Riyan yang mengekor di belakang gadis itu.
"Gak jadi ke kantin, males gue ketemu Dimas!" Ucap Geby malas.
"Lah katanya tadi Lo laper? Emang ada urusan apa Lo sama Dimas?" Tanya Riyan lagi, pemuda itu semakin di buat pusing akan sikap Geby yang suka berubah seperti cuaca, sulit untuk di prediksi.
"Udah gak laper! Dimas itu cowok yang di jodohin sama Mamih, dan bentar lagi gue tunangan sama dia!" Jelas Geby jadi kesal.
"Terus Lo terima gitu aja Geb?" Tanya Riyan.
"Apa gak Lo tolak aja Geb?" Ujar pemuda itu lagi.
Sungguh pemuda itu banyak sekali bertanya, hanya membuat suasana hati Geby semakin runyam. "Gue pusing, jangan ganggu gue!" Bentak Geby pada Riyan, pemuda itu menjadi diam, membisu menatap gadis itu pergi seorang diri.
Geby lebih meninggalkan Riyan, pemuda itu sama sekali tidak melihat kondisinya kali ini. Dirinya sudah malas jika harus di tanyai masalah pertunangan nya. Membuat gadis itu pergi ke taman belakang sekolah untuk menenangkan diri.
Bel masuk sudah berbunyi, namun hal itu tidak di pedulikan lagi oleh Geby. Kini ia memilih untuk duduk di atas pohon belakang sekolah. Gadis itu berpikir jika membolos dan berdiam diri roofftop pasti Riyan akan menyusulinya. Hingga membuat Geby berdiam diri di atas pohon, melamunkan segala ilusi yang iya inginkan.
"Kalo Lo ga setuju sama pertunangan kita, Lo bisa nolak ko!" suara itu menginterupsi, bahkan sekarang iya sudah merasa familiar dengan pemiliki suara itu.
Geby hanya diam tak berucap sedikit pun, iya lebih memilih untuk diam.
"Daripada lo maksain perasaan lo itu, mending nolak aja. Dan gausah bentak temen lo kaya tadi, lo melampiaskan amarah lo ke orang yang salah! Seharusnya gue yang di jadiin pelampiasan lo," jelas Dimas yang kini ikut memanjat pohon hendak mengambil posisi lebih dekat dengan gadis itu.
Geby mengerutkan alisnya, apa tadi ia telah membentak Riyan? Sungguh itu bukanlah kemauan nya sendiri. Emosi itu seketika meluap saat dirinya tidak mampu menahan amarah nya.
"Lo mau gue jadiin pelampiasan amarah gue?" Tanya Geby pada Dimas yang kini sudah dekat dengannya.
"Ga jadi deh, nanti kalo gue di jadiin pelampiasan lo. Ketampanan gue bisa hilang, karna amarah Lo!" Jelas Dimas hendak menghibur Geby.
"Apaan si dasar alay!" Ucap Geby mendorong bahu pemuda itu, hingga membuat Dimas hilang keseimbangannya dan hampir saja terjatuh. Untung saja Geby menarik tangan nya dengan cepat, hingga iya terselamatkan.
"Lo ngapain si disini? Udah kaya monyet aja nangkring di pohon, ga ada tempat lain apa yang lebih keren?" ujar Dimas pada Geby.
"Lo ga liat gue lagi duduk meratapi nasib karna di jodohin sama orang nyebelin dan ternyata alay kaya Lo!" Celetuk Geby, gadis itu masih belum menerima perjodohan yang dibuat Revana juga Tante Mira. Walaupun dia tau, Dimas bukanlah cowok yang paling menyebalkan tapi ia tetap menganggap pemuda itu menyebalkan.
"CK, yaudah si tinggal nolak aja apa susahnya!"
"Lo enak kalo ngomong, tapi ga gampang buat gue ngomong kaya gitu ke Mamih!" Jelas Geby, ia tahu betul jika Revana adalah orang yang tidak akan mengubah keputusan nya begitu saja.
"Yaudahlah, mending sekarang Lo turun! Nanti di semutin aja, tangan gue udah pada gatel nih!" ucap Dimas yang sudah lebih dulu turun, bahkan kini sudah ada beberapa semut yang menggigiti lengan nya.
"HUA!! pantes tangan gue pada gatel dari tadi!" jerit Geby setelah mengetahui jika kini sudah banyak semut yang menghinggapi lengannya.
"Kan gue bilang, Ayo ke UKS!" Ucap Dimas seraya menyeret gadis itu, bahkan sekarang tangan Geby telah di penuhi bekas gigitan semut, dan rasanya sangat gatal. Membuat gadis itu tiada henti menggaruknya.
Kini mereka tengah berada di UKS, bahkan Dimas lah yang mengolesi minyak ke tangan gadis itu dengan penuh kesabaran.
"Makanya jadi orang jangan terlalu manis, jadi di semutin kan!" Ucap Dimas sambil mengolesi minyak ke tangan Geby yang terasa gatal.
"Lo baik juga ya Dim," ucap Geby dalam batin nya, ia memandangi pemuda itu yang tengah mengobati bekas gigitan semut yang ada di tangannya. Bahkan ia tak percaya, jika Dimas bisa bersikap baik padanya.
"Jangan ngeliatin mulu, nanti Lo naksir sama gue!" Ucap Dimas santai, rupanya pemuda itu mengetahui jika sendari tadi iya memerhatikan pemuda itu. Dan ucapan itu berhasil membuat Geby tersadar dan mendengus kesal.
"CK, apaan si Lo!" Elak Geby, sungguh kenapa sekarang pipinya terasa memanas.
"Yaudah si, tapi ga usah salting gitu! Sampe pipi Lo merah!" Ujar Dimas dengan penuh kemenangan.
Mendengar itu, Geby mengelak "Heh! Karna disini panas dan kulit gue putih ya jadi merah keliatannya," ucap Geby menutupi salah tingkah nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ageby
Teen Fiction"Dimana-mana jalan itu pake kaki, bukan pake mata. Lagi juga sorry aja si gue gak liat, siapa suruh lo muncul tiba-tiba!" ucap gadis itu tak ingin kalah. "Udahlah minggir, gue mau pergi!" Ucap Pemuda itu mendorong tubuh Geby, hingga membuat gadis it...