5

185 87 113
                                    

"GEBY! bangun sayang!" Teriakan itu terdengar amat melengking ditelinga nya membuat gadis itu menutup kedua telinganya dengan bantal.

"Bangun! Kamu harus siap-siap!" Ujar Revana yang terus membangun kan putri nya yang susah sekali dibangunkan.,

"Emang sekarang udah pagi ya?" Geby bertanya dari balik selimutnya pada Revana yang sedari tadi menggoyang-goyangkan tubuhnya.

"Ini masih malam sayang."

"Lah terus, ngapain si Mih bangunin Geby?" Ucap Geby kesal.

"Kita mau ada acara makan malam, intinya kamu harus siap-siap pakai baju yang udah Mamih siapin di atas meja. Kalo ga uang saku kamu, Mamih potong!" Tegas Revana meninggalkan Geby.

Geby hanya mendengus kesal, karena Revana selalu mengancam dengan memotong uang sakunya jika tidak menurut. Wanita paruh baya itu kadang menyebalkan, suka sekali memanfaatkan keadaan. Membuat Geby lulang-lantai berjalan masih dengan hawa ngantuk nya.

"Kita mau kemana sih?" Tanya Geby yang kini telah mengenakan baju yang sudah disiapkan Revana untuknya.

"Kita mau makan malam di restoran biasa, ada yang mau Mamih kenalin sama kamu!" ucap Revana yang juga sudah siap dengan pakaian yang rapih.

"Siapa Mih?" Tanya Geby penasaran, tumben sekali Revana mengajaknya makan malam, dan mengenalkan nya kepada seseorang.

"Sama anak temen Mamih," ucap Revana santai.

"Cowok Mih? Ganteng ga? Kalo ga Geby ga mau ikut ah!" runtuk Geby yang mengekori Revana masuk kedalam mobil.

"Bawel ya kamu, kamu liat aja nanti. Setau Mamih anaknya baik," ucap Revana

"Ah, baik aja si ga cukup buat Geby!" celoteh Geby.

Revana tidak memperdulikan lagi ucapan putrinya. Membiarkan gadis itu mengeluarkan celotehannya sepanjang perjalanan. Revana kini sudah terbiasa dengan sikap anaknya, apalagi semenjak masa pubertas gadis itu. Yang semakin hari semakin emosional dan banyak bertanya.

Kini mereka sudah tiba didalam restoran, mencari tempat dimana teman Revana sekarang.
"Revana!" Sapa seorang wanita paruh baya memanggilnya. Membuat Revana dan Geby menghampiri wanita itu.

"Hai, sudah nunggu lama ya?" Tanya Revana

"Enggak ko, aku baru nyampe. Ini yang namanya Geby?" Tanya wanita itu pada Revana.

"Iya ini Geby," ucap Revana menyikut lengan Geby agar gadis itu memperkenalkan diri.

"Geby Tante, Tante siapa ya namanya?" ucap Geby menggaruk tekuk lehernya yang sama sekali tidak terasa gatal.

"Panggil Tante Mira aja ya," ucap Tante Mira tersenyum.

Mereka pun duduk lalu memesan makanan. Sementara Geby dibuat penasaran siapa sosok yang akan dikenalkan padanya, karena sedari tadi orang yang dimaksud belum juga tiba.

"Mih, yang mau dikenalin Geby mana si? Lama banget datangnya?" Tanya Geby agak berbisik, namun sepertinya Tante Mira mendengar ucapan nya.

"Tunggu sebentar ya Geby, anak Tante lagi dijalan. Lagi beli bunga dulu buat kamu," ucap Tante Mira disela makan nya.

Geby hanya tersenyum, apa benar anak Tante Mira membeli bunga hanya untuk berkenalan dengan nya. Rasanya ada sesuatu yang ditutupi diantara mereka.

Tak lama, datanglah seorang pemuda mengenakan celana pastel dengan balutan kemeja putih.

"Dari samping si kelihatan ganteng," gumam Geby melihat sosok pemuda itu.

"Geby, kenalin ini anak Tante namanya Dimas!" Ucap Tante Mira, membuat Geby tercengang. Jadi seseorang yang akan diperkenalkan padanya adalah DIMAS. Cowok nyebelin itu.

Geby mendengus kesal, rasanya iya ingin pergi dari sana. Tapi rasanya tidak enak.

"Em-m kalo ini si Geby udah kenal Tante," ucap Geby tersenyum paksa, dilihatnya wajah Dimas yang juga tak suka dengannya.

"Oh, bagus dong, Berarti kalian sudah saling kenal. Dan mungkin perjodohan ini bisa berjalan mulus, ya kan Rev?" ucap Tante Mira, pada Revana lalu disertai anggukkan.

"Perjodohan?" Ucap Geby dan Dimas serentak.

Membuat Revana dan Mira hanya tertawa "Tuh kan ngomong aja barengan, berarti kalian jodoh!" Ucap Revana

"Mah ga bisa gitu dong, masa mamah asal jodohin Dimas," ucap Dimas pada Mira.

Geby menghela napas, dia beruntung karena Dimas juga tidak menyetujui perjodohan ini. Sehingga perjodohan ini bisa dibatalkan.

"Mih, sekarang kan bukan jaman Siti Nurbaya lagi," rengek Geby pada Revana.

"Kalian ga bisa ngelak dari perjodohan ini, awal sebelum Papah kamu ga ada. Om Rio sama Papah udah saling berteman dan mereka janji satu sama lain. Jika mereka punya anak sesama cowok ataupun cewek maka mereka akan kita jadikan sebagai saudara sendiri. Sementara jika diantara mereka punya anak cowok atau cewek maka dia akan mereka jodoh kan. Dan ini amat dari mereka" jelas Revana pada putrinya agar mereka paham, dan menerima perjodohan ini.

"Nah berhubung mereka berdua sudah tiada, jadi Tante sama Mamah kamu yang meneruskan amanat ini," ucap Tante Mira.


*

**

Mereka berdua sama-sama menghela napas, mengingat perkataan dua wanita paruh baya tadi. Haruskah mereka bersatu karena sebuah perjodohan yang tidak mereka inginkan?

"Nih, buat Lo! " ucap Dimas memberikan sebungket bunga pada Geby.

"Buat gue?" Tanya Geby memastikan.

"Yaiyalah, kalo bukan disuruh juga ga akan bawain Lo bunga!" ketus Dimas

Geby pun mengambil bunga itu, walaupun Dimas memberikan nya karena paksaan, tapi ya sudahlah.

"Lo gak setuju kan sama perjodohan ini?" Tanya Geby sambil memerhatikan bunga anggrek yang ada ditangannya.

"Gak lah, Lo bukan tipe gue!" ucap Dimas. Pria itu tidak jauh duduk darinya, bahkan kini mereka duduk bersampingan.

"Bagus deh' Lo juga bukan tipe gue. Tipe gue itu gak galak, gak nyebelin, dan pasti selalu baik sama ceweknya!" ketus Geby kesal. Baru beberapa menit bersama Dimas saja, iya sudah merasa kesal dan panas.

"Dan asal Lo tau tipe gue itu gak rese, gak bawel dan yang paling utama dia harus semampai sama gue!" ucap Dimas menyinggung postur tubuh Geby.

"Wah jadi Lo ngehina gue?" Ucap Geby menggeram. Lalu menjitak pria itu dengan kencang, hingga iya meringis kesakitan.

AgebyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang