13

74 21 10
                                    

Setelah jam pulang sekolah Geby baru saja kembali ke kelas untuk menemui Riyan bermaksud meminta maaf pada pemuda itu. Tapi, setelah sampai di dalam kelas, pemuda itu tak terlihat di kursinya? Apa dia sudah pulang lebih dulu?

"Kim, Riyan mana?" Tanya Geby pada gadis berkulit langsat yang tengah menjalankan tugas piket.

"Riyan udah balik dari tadi Geb, di kira gue dia nungguin Lo!" Ucap Kim pada Geby.

Mendengar ucapan Kim barusan, Geby pun segera melangkahkan kakinya ke parkiran sekolah. Dan benar, motor Riyan sudah tidak ada disana. Sebegitu marahnya Riyan padanya, hingga pemuda itu meninggalkan gadis itu sendiri.

Geby menghela napas kasar, menyelusuri gerbang sekolah. Kali ini ia harus pulang sendiri, lagi pula ini juga salahnya. Seharusnya ia tak membentak Riyan seperti tadi.

"Mau bareng ga?" Ucap seseorang dari belakang.Geby pun menoleh, melihat sosok Reza yang kini tengah tersenyum.

"Serius Za?" Tanya Geby.

"Iya, ayo gue anter!" Ucap Reza, membuat Geby menaiki motor tersebut.

Akhirnya gadis itu diantar pulang oleh sang kapten basket pujaan hati.
"Perasaan semalem gue ga mimpi apa-apa deh," batin Geby. Kali ini ia merasa beruntung, di tinggal Riyan tapi dapat tebengan baru yang lebih ganteng.

Melihat gadis yang di belakangnya tampak tersenyum membuat Reza bingung. "Lo kenapa Geb?" Tanya Reza.

Geby sedikit kikuk saat mengetahui Reza melihatnya tersenyum, "E-enggak, gue ngerasa heran aja lo ngajak gue pulang bareng," jelas Geby sebenarnya ia merasa senang akan ajakan Reza.

"Ya gue liat lo aja jalan sendirian, jadi gue ajak lo. Lagipula tumben banget lo ga sama Riyan?" Tanya Reza dari balik helm full face nya.

"Riyan lagi marah sama gue," ucap Geby memelas, jadi teringat kembali masalah nya dengan pemuda itu.

"Lah, lo sama Riyan pacaran?" Tanya Reza lagi.

"Enggak, gue sama dia cuma sahabat. Emang kenapa?" Tanya Geby di telinga pemuda itu.

"Cuma nanya aja,"

Akhirnya mereka pun sampai, membuat Geby menuruni motor pemuda itu.
"Thanks ya Za!" ucap Geby seraya menuruni motor Reza.

"Oke, oh iya jangan lupa besok latihan!"

"Siap boss!" ucap Geby memberi hormat melenggang masuk ke dalam rumahnya.

Sementara di lain pihak, kini Dimas tengah memikirkan kejadian tadi siang. Akhirnya iya bisa juga membuat Geby salah tingkah karenanya. Dan di lihat dari dekat gadis itu tidak terlalu buruk, gadis itu tampak cantik dengan bulu mata panjangnya. Geby juga tidak seperti wanita lain yang selalu mengenakan makeup berlebihan ke sekolah. Gadis itu selalu tampil natural, hanya saja tubuh Geby yang pendek. Membuat gadis itu terlihat seperti Minion.

Melihat kedatangan Reza yang baru saja tiba, membuat Dimas bertanya "Abis dari mana Lo?" Ucapnya.

"Abis nganterin Geby pulang," ucap Reza santai, mendengar perkataan Reza barusan berhasil membuat Dimas membelalak. Bahkan Mars, Victor dan Fatur yang sedang minum saja menyemburkan minuman mereka.

"Lo serius Za?" Tanya Fatur kaget.

"Please Za, jangan rusak persahabatan kita karna cewek lah!" ucap Mars yang kini menjadi penengah diantara mereka, takut-takut jika terjadi baku hantam diantara keduanya.

"Gue ga ngerusak persahabatan kita ko, tenang aja kali. Lagipula Dimas kan gak suka sama Geby,"Jelas Reza, karna pemuda itu sendiri yang bilang padanya.

"Ya kan Dim?" Tanya Reza menepuk bahu Dimas.

Dimas hanya diam, kenapa Reza jadi benar-benar menginginkan Geby. Sementara mereka bertiga hanya menjadi penonton diantara keduanya.

Sungguh kali ini Dimas tak habis pikir lagi dengan Reza. Apa benar Reza menginginkan Geby karena rasa sukanya, setahunya Reza sangat mencintai Abel. Perempuan yang  selalu ia sebut-sebut sebagai pujaan hatinya yang  tiada tara. Tapi apalah daya seorang Dimas yang hanya mampu menyembunyikan perasaan pada Geby. Walaupun ia tak benar-benar menyukai gadis itu, tapi setelah mendengar Reza menelpon gadis itu. Rasanya Dimas ingin menghampiri Reza lalu meninjunya, tapi sayang ia masih mempunyai akal sehat.

Dimas beranjak dari tempatnya ke ruang olahraga, meluapkan amarahnya pada samsak yang tengah tergantung disana. Merasa ada yang memasuki ruangan itu, Dimas pun berhenti dan menoleh ke arah pintu.

Mars, pemuda itu berdiri di ambang pintu "Kalo Lo benar suka sama Geby, Lo tinggal bilang ke Reza, biar dia yang ngalah!" Ujar Mars memberitahu. Pria itu tahu betul jika sosok Dimas adalah pria yang mempunyai gengsi tinggi.

"Kalo gue suka sama Geby, gue gak harus bilang ke Reza. Lagipula gue bukan cowok yang minta di kasihani masalah cewek!" Ujar Dimas lanjut memukuli sansak yang ada di hadapannya dengan bringas.

"Terus Lo mau gimana?" Tanya Mars, semakin lama sikap Dimas sulit untuk di kendalikan. Bahkan akhir-akhir ini pemuda itu mengalami masalah remaja yang membingungkan.

"Gue akan ngerebut Geby dengan cara sehat, biar cewek itu yang memutuskan. Milih Reza atau gue," ucap Dimas yang semakin cepat memukuli samsaknya.

"Lo yakin? Sementara Lo tau kalo Geby itu sukanya sama Reza!" Ujar Mars lagi.

"You can see later!"

Mars memutar bolanya malas, meninggalkan pemuda yang sedang labil dengan kisah asmaranya. Perasaan dulu saat ia mengejar Mia tak seperti itu. Untung saja waktu itu Mia tidak menyukai pria lain, sehingga dirinya dapat mendekati gadis itu dengan mudah.

AgebyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang