6

145 65 48
                                    

Gadis itu hanya menatap kosong gedung-gedung pencakar langit yang tak jauh dari sekolahnya. Pagi ini iya tak ingin mengikuti jam pelajaran, sehingga Geby memilih untuk berdiam diri di rooftop sekolah. Setidaknya disini iya merasa lebih tenang.

"Geby, Lo disini? Gue cariin Lo kemana-mana!" ucap Riyan mendekat, hingga pemuda itu mengambil posisi disampingnya.

"Lo kenapa disini? Tumben Lo bolos ga bilang gue?" Ucap pria itu lagi.

"Gue dijodohin Yan, sama Mamih," ucap Geby tak bersemangat.

Melihat raut wajah gadis itu, Riyan menghela napas. Kesempatan nya untuk mendekati gadis itu semakin sempit, apalagi karena perjodohan. Membuat pintu hati gadis itu semakin kecil untuknya.

"Tapi Lo terima perjodohan itu?" Tanya Riyan.

Geby menggeleng, dia sama sekali tidak mau dijodohkan dengan Dimas.

"Terus cowok yang dijodohin sama Lo nolak atau enggak?"

Geby menggeleng kepala lagi, bukan itu yang jadi masalahnya.

"Bagus dong kalo gitu," ucap Riyan yang tiba-tiba senang sediri.

"Masalahnya Yan, ini itu amanat dari bokap gue sama bokapnya dia sebelum mereka ga ada. Dan nyokap gue sama Tante Mira mau meneruskan amanatnya itu. Dan mereka maksa kalo kita ga nerima perjodohan ini semua fasilitas akan diambil," jelas Geby, gadis itu mengacak rambutnya hingga berantakan.

"Apa Lo bohong aja!" Saran Riyan

"Maksudnya?"

"Sesuatu yang dipaksakan itu ga akan berujung baik kan Geb? Jadi gimana Lo pura-pura aja nerima perjodohan itu. Sementara dibelakang nyokap kalian, ya seperti biasa aja Lo jalan sama siapapun yang Lo suka begitupun dia," jelas Riyan, setidaknya Riyan bisa tetap berjalan dengan Geby seperti biasa.

"Boleh juga tuh! Thanks ya," ucap Geby memeluk Riyan bahagia.

Riyan adalah sosok Kakak sekaligus teman bagi Geby. Sejak dulu kecil Geby memang selalu menginginkan memiliki Kakak laki-laki. Tapi dia sudah lahir lebih dulu. Jadi iya menganggap Riyan sebagi Kakak kandungnya sendiri.

Sementara di lain pihak, Dimas sedang memikirkan apa yang juga dipikirkan Geby. Bagaimana caranya untuk keluar dari perjodohan ini.

"Dim, tumben karya Lo acak-acakan gini?" Tanya Mars akan hasil gambar buatan Dimas yang hancur setengah mati.

"Gue lagi banyak masalah ni, bisa bantu gak Lo?" Tanya Dimas

"Bantu apaan si?" Tanya Mars heran.

"Gue dijodohin sama cewek, gue sama dia si sama-sama ga suka. Tapi orang tua kita ngotot buat tetep jodohin,dengan ancaman mereka akan cabut semua fasilitas gue," jelas Dimas

Sementara Mars yang mendengar hal itu malah tertawa, membuat Dimas geram dan memukul kepala mars dengan pulpen.

"Set, galak amat Lo!" Umpat Mars.

"Lagian gue lagi serius ni!"

"Ya sorry Dim, abis ada aja deh. Sekarang jaman modern tapi masih jodoh-jodohan aja," ucap Mars menggeleng kepala.

Sungguh berbicara dengan Mars bukanlah orang yang benar. Pria itu malah membuat situasi semakin menyebalkan.

"Gue tau, gimana Lo pura-pura setuju aja sama perjodohan nya. Dari pada semua fasilitas Lo diambil, kan gue jadi ga bisa minjem mobil Lo lagi," ucap Mars.

"Bener juga si, yaudahlah gue ikut cara Lo dulu," ujar Dimas

"Hehe iya dong, Mars gitu loh. Gue pinjem mobil Lo lagi ya?" Pinta Mars dengan wajah memelas.

AgebyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang