Titik

71 10 13
                                    

Ageby Demosca, gadis dengan berbalut jaket denim itu berdiri di pinggir lapangan dengan name tag nya sebagai panitia acara sekolah. Ia memberi instruksi pada rekan-rekannya untuk memasang spanduk sponsor di pinggir lapangan.

Geby menyeka keringatnya yang turun karena terik matahari yang baru saja muncul. Pagi ini, acara sekolah mereka akan dimulai.

"Semua sudah beres, lo bisa tunggu di tenda panitia," ucap Reza membuat Geby mengangguk patuh. Reza memandang wajah gadis itu dan merasa bersalah, ia merasa tidak tega membiarkan Geby seperti ini. Tapi gadis itu, ia mencoba untuk tetap tegar dan pergi ke tenda bersama yang lain menonton acara yang akan berlangsung.

Suara riuh terdengar saat kepala sekolah meresmikan di mulainya perlombaan. Bahkan suara para suporter meneriaki jagoan mereka masing-masing membuat acara semakin ramai.

"Gue tau lo kuat," ucap Riyan merangkul Geby, meski pemuda itu sudah mempunyai kekasih yang tak lain adalah Tita, tapi ia tidak akan melupakan Geby yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.

Melepaskan adalah sesuatu hal yang memang menyulitkan. Apalagi, di saat seseorang mulai sadar atas apa yang ia lakukan adalah sebuah kesalahan hingga membuatnya merasa kehilangan. Itulah yang sedang Geby rasakan. Pemuda itu pergi, hingga membuat rencana awal perjodohan mereka sirna dan kini hanya tinggal sebuah rencana yang tak akan bisa di rajut kembali.

Gadis itu menghela nafas, mencoba untuk merelakannya meski terasa begitu berat. Ia berbalik meninggalkan tenda panitia dan berjalan menyelusuri koridor sekolah. Entah, ia akan pergi kemana tapi intinya, sepi mungkin bisa jadi teman terbaiknya kali ini.

"Dimas?" Ucap Geby setelah melihat seseorang yang baru saja ia lihat.

Geby mempercepat langkahnya agar bisa memastikan apa benar sosok itu adalah Dimas.

"Dimas!" Ucap Geby lagi. Gadis itu berhasil membuat sosok itu terhenti, lalu berbalik menghadap ke arahnya.

Benar.

Pria itu adalah Dimas.

Ia sangat yakin.

Raut wajahnya, mata tajamnya dan tatapannya tak bisa dibohongi jika sosok itu adalah Dimas.

Geby tak menyangka melihat siapa yang kini ada di hadapannya, apalagi saat pemuda itu tersenyum. Senyuman bahagia, senyum yang belum pernah Geby lihat sebelumnya.

Gadis itu maju beberapa langkah, lalu menggapai tangan pemuda itu. Tapi, seketika ia hilang layaknya sebuah debu yang tertiup angin.

"DIMAS!!" teriak Geby memenuhi lorong koridor disertai isak tangis yang tak mengalah untuk menyeruakan kesedihannya.

Dia benar pergi. Bukan sebuah lelucon ataupun rencana yang pemuda itu buat. Dan pada nyatanya, ia harus pergi meski tak menginginkannya. Tapi baru saja ia menemui orang yang menurutnya harus tahu. Jika sekarang ia mampu menerima ini semua. Hingga orang itu, harus melakukan hal yang sama. Yaitu RELA.





Titik
Karena ini sudah pada akhir dari segalanya.
Tidak akan ada koma lagi yang menyambung sebuah kata dan merangkainya dalam cerita.

Terimakasih atas apa yang kalian berikan.

AgebyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang