"Kak Gadang cakep, ya."
Aku tersentak dengan celetukan yang berasal dari samping kiri. Kepalaku menoleh cepat. Ada Ratna di sana, yang menatapku seraya tersenyum penuh arti.
"Nggak usah kaget gitu, kali, Git." Ratna tertawa.
"Abis lo tiba-tiba ngomong gitu, sih."
"Ehehe. Lagian lo serius banget ngelihatin dia. Kalau lo kayak gitu, bakal banyak orang yang mikir lo naksir mati-matian sama dia."
"Serius?" Aku menegakkan punggung, agak panik dengan penuturan Ratna.
"Hm, perkiraan gue aja. Tapi, tenang aja, banyak kok yang naksir dia. Dia baik banget, saking baiknya sampe nggak masuk akal ada makhluk hidup sebaik itu. Mana tampangnya juga lumayan. Cewek mana yang nggak luluh?"
"Baik gimana?"
Ratna mengangkat bahu. "Nggak tahu. Tadi gue mengutip cerita temen gue aja." Lalu gadis itu mengacungkan dua jarinya membentuk simbol peace. "Sori, nggak bisa memuaskan rasa penasaran lo."
Aku agak kecewa mendengarnya.
"Eh, panjang umur bener," gumam Ratna yang tak luput dari pendengaranku. Sejurus, aku mengarahkan pandangan pada sumber atensi Ratna.
"Halo, gimana kelompok kalian? Udah paham tugas-tugasnya?" Suara familier itu, meski jarang terdengar olehku, aku langsung bisa membayangkan siapa pemiliknya.
"Jelas, Kak! Berarti kita bisa mulai bicarain konsep sama alurnya, kan?" Salah satu anak dari kelompokku menyahut.
Aku hanya menyimak percakapan yang terjalin sambil berusaha terus berada dalam kesadaran supaya tidak kelepasan memandangi seseorang lebih lama dari yang seharusnya. Ada satu hal yang tidak berhenti berputar dalam pikiran; kalau memang lelaki itu sesuai dengan deskripsi Ratna barusan, maka tentu aku mendapatkan alasan untuk mengaguminya. Benar juga, kan? Setidaknya aku punya alasan. Dan ini bisa menegaskan kalau aku memang hanya kagum, bukan rasa suka yang lebih.
"Ragita?"
"I-iya?"
"Gimana? Lo bisa nggak?"
"Bisa apa ya, Kak?" Fokus, Git, fokus.
"Sabtu besok kita mau kumpul lagi buat nentuin konsep dokumentasi pensi. Bisa?" Berbeda dengan raut tenang Kak Gadang, kulihat Ratna seperti menahan tawa. Sialan.
"Pasti bisa kok, Kak, iya kan, Git?"
Ratna memang mengesalkan.
ㅡ ㅡ ㅡ
notes:
Mau cerita kalau kuisku hari ini terselamatkan! Btw, kalau tiap hari update kecepetan nggak ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
crescent.
Short StoryHanya tentang seorang Gita yang lebih menyukai bulan sabit dibanding purnama. © 2019 all rights reserved by fluoresens. [cover photo belongs to its rightful owner.]