"Ngapain sih di kantin?" Audri datang dengan wajah tertekuk. Ia mengempaskan diri di hadapanku.
Aku meringis polos. "Di sini lebih sepi. Kalau di depan kelas gue nggak bisa konsen, rame dan berisik," jawabku lancar-aku sudah memikirkannya sepagian ini. Terus, mana bisa fokus kalau ada Kak Gadang, tambahku dalam hati.
"Iya, deh, iya. Btw, tadi gue papasan sama kakel lo itu masa."
Keningku mengerut. "Kakel gue?"
"Iya, yang sering nyapa lo itu."
"Oh, Kak Gadang?" Meski berusaha mengatur nada setenang mungkin, jantungku mulai berdebar.
Audri terdiam sebentar, seperti berpikir. Kemudian ia membeo, "Namanya Gadang?"
Aku mengangguk.
Audri tersentak. "Astaga! Berarti dia orangnya." Aku rasa suasana hatinya tidak lagi buruk. "Git, kok lo nggak bilang sih kenal sama dia?"
Aku mengerjap tidak paham.
Audri mendengus. "Dilihat dari muka lo, lo pasti nggak tahu dia punya banyak fans. Lo tahu, bad boy di Smagada nggak berlaku, di sini adanya good boy kayak Gadang ini. Pinter iya, baik iya, cakep iya. Banyak banget yang follow ig dia terus ngarep di follback."
Lantas aku teringat sesuatu. "Emangnya dia nggak autofollback?"
"Kalau banyak banget yang ngarep, berarti nggak."
Deg. "Tapi gue di follback."
"Hah? Lo follow dia juga?"
"Ya ... iya. Dia kan anak sinematografi."
"Itu mungkin faktornya, lo seklub sama dia makanya di-follback." Audri tiba-tiba memajukan badannya. "Beneran baik ya orangnya? Sebaik apa? Sampe bikin baper nggak? Duh, bahaya banget kalau orang baperan dihadapin sama orang kayak dia, dikira ada apa-apanya, padahal mah emang baik ke semua orang."
Aku menelan ludah. "Hng, gue nggak terlalu merhatiin," ucapku. Tentu, berbohong.
"Hati-hati, Git. Ntar lo juga kena sama pesonanya."
Ingin rasanya aku menenggelamkan wajah ke kedua telapak tangan.
- - -
notes:
halo, ada yang kangen gita gadang?
KAMU SEDANG MEMBACA
crescent.
Short StoryHanya tentang seorang Gita yang lebih menyukai bulan sabit dibanding purnama. © 2019 all rights reserved by fluoresens. [cover photo belongs to its rightful owner.]