Kau ingin pergi?
Lalu aku harus apa selain pergi?"Andai waktu tidak berputar, andai hari tidak terganti. Tapi sekeras apapun aku memberhentikan waktu, ia akan tetap berjalan. Lalu pada akhirnya aku hilang, kamu hilang, semua orang hilang"
----
"Hiks... Hiks..." Isak seseorang namja dengan pakaian sekolahnya yang basah dengan air keringat. Dia sedang ada di deretan kursi tunggu rumah sakit. Dia tidak sendirian disana, tapi yang menangis hanya dia seorang. Dia Jeon Jungkook dengan temannya yang ada disebelahnya yang bernama Jimin.
Jungkook terus mengisakkan tangisnya, tanpa diketahui bahwa Jimin sudah muak mendengarnya.
"Bisakah kau diam Kook? Kumohon diam" Ucap Jimin pelan tapi seperti bentakan bagi Jungkook. Jungkook langsung diam, dan hanya menyentakan dirinya karena tangisan yang dia tahan.
Mereka Park Jimin dan Jeon Jungkook yang baru saja datang membawa temannya Taehyung ke rumah sakit. Jimin masih tidak bisa menangis seperti apa yang dilakukan Jungkook.
Park Jimin, masih sangat-sangat bingung dengan kondisi temannya itu. Dia hanya berfikir ini aneh, menurutnya, Kim Taehyung tidak pernah mengeluh apa-apa. Tapi sekarang, dia sampai mengalami kejang tapi tidak dalam kondisi suhu badan yang panas.
Jimin mengacak rambutnya kasar, setelah menyuruh Jungkook untuk diam. Walau dia sudah duduk sekian menit diatas kursi, namun Jimin masih bernafas dengan sangat memburu.
"Taehyung hyung kenapa?"
Satu pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Jeon Jungkook, namja yang polos menurut Jimin itu mampu membuatnya diam membatu. Selang beberapa detik, Jimin menggeleng kearah Jungkook menandakan 'Aku juga tidak tau'
----
Author POV
Pagi menjelang siang, disaat seperti inilah banyak orang mulai melakukan aktivitasnya, entah berbelanja, bekerja maupun bersekolah. Semua orang berjalan dengan sangat berirama diatas sepenjang jalan trotoar jalanan kota Seoul.
Tapi tidak dengan satu namja berkulit putih pucat. Dia nampak sedang terburu-buru, karena itu dia berlari dan tidak peduli sudah berapa orang yang ia tabrak.
Tujuannya hanya satu, yaitu pulang kerumahnya. Hingga dia sampai tepat didepan gerbang rumahnya.
Dia mengenyritkan alisnya saat mendapati pagar gerbang rumahnya terbuka. Lalu dia masuk dan pergi menuju kedalam rumahnya.
Ceklek,
Dia membuka pintu rumahnya dan masuk kedalam. Hingga dia sampai diruang tamu dimana dari sana terlihat seluruh seisi rumah dia berdecih kasar.
"Cihh... kenapa aku peduli dengan raja drama sepertinya?" Gumamnya.
"Sudah kuduga dia berbohong" Gumamnya lagi, lalu dia merebahkan badannya kasar kearah sofa didekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate | TaeGi Brothership [END]
FanfictionBagaimana jika benci lebih menguasai dibanding kasih. Seperti api yang senantiasa membuat percikan air menjadi kering, lalu melahap apapun yang disekitar nya tanpa pandang bulu. Hubungan darah mereka terhambat, seperti kesialan yang tak pernah bisa...