1 | 29. touched,

3.2K 429 18
                                    












taeyong sesegera mungkin melangkahkan kakinya keluar dari ruang rawat inap lui.

sedangkan mark, dia hanya menautkan kedua alisnya. banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya.

'mina?'
'mina siapa?'
'mina yang mana?'
'kak mina temen se-fakultas bang jaehyun?'
'mina...'

emang mark se-heran itu.

tapi yaudah, dia gak mau mikirin itu. toh itu bukan urusan dia juga, jadi buat apa dipikirin?

mark berdiri dari duduknya dan menghampiri ranjang lui. lui tampak memejamkan matanya dengan dahi yang berkerut.

mark terlihat gak tenang liat lui begini.

tangan mark tergerak buat menyingkirkan anak rambut lui yang menutupi sebagian dahinya.

"you are so... beautiful," gumam mark masih sambil meminggirkan rambut lui.

"but, why... kenapa jadi kaya gini, sayang..." tambahnya. bahkan, mata mark berkaca-kaca, sebentar lagi mungkinㅡ tes, air mata mark menetes.

menetes tepat di pipi lui.

mark menunduk, entah apa yang terjadi pada gadisnya saat ini. intinya, mark tetap akan menunggu. menunggu sebisanya, semampunya.

"aaAKH!"

mark terperanjat karena teriakan lui.

wanita itu berteriak, bertepatan dengan matanya yang terbuka. mark segera mengusap air matanya dan mengusap pipi lui.

"hei, kenapa sayang?"

nafas lui tersenggal. keringat dingin mulai terlihat membasahi wajahnya.

lui enggan menjawab pertanyaan mark.

mark mengelap keringat lui dengan tangannya, "kamu mimpi buruk ya? tenang sayang," katanya.

"mark.."

"yes?"

lui menggeleng. "aku mau pulang, aku mau pulangggggg!" teriak lui tiba-tiba, sambil mengguncang lengan mark.

mark kelabakan.

"hei! kamu kenapa sayang? sssstt, disini ada aku.."

"dimana taeyong?!" tanya lui.

mark menghela nafasnya, "d-dia kan tadi udah pamit, dia mau ada urusan kan katanya,"

"k-kenapa di mimpiku...."

lui menjeda kalimatnya, tatapannya kosong. mark jadi kebingungan karena ini, "di mimpi kamu kenapa sayang?"

lui menggeleng lagi.

"aku mau pulang,"

"engga sayang, kamu belum boleh pulang. sabar dulu ya?"

"aku takut, mark."

mark senyum, awalnya mau ngecup dahi lui, tapi engga jadi. takut lui ngamuk. kan lagi engga baik ingatannya.

"gausah takut, kan ada aku." katanya.

lui malah menangis. mark jadi makin bingung lah bajingan...

"sayang, hei... kenapa malah nangis sih?" tanya mark sambil mengusap air mata lui.

".....aku gatau mark. kamu pergi sana," pinta lui tiba-tiba, mark bisa gila kalo begini ceritanya.

tiba-tiba teriak, nangis, sekarang ngusir. apasih maunya?????

"aku gabisa pergi dari sini sayang, aku kan harus jagain kamu," jawab mark. masih mencoba sabar.

lui menggeleng.

"pergi mark, pergi."

"luiㅡ"

"kamu pembunuh, kamu udah ngebunuh anakku... pergi kamu mark, pergi. aku tau kamu cuma pura-pura baik sama aku saat ini,"

mark mengusap wajahnya kasar.

dia menjauh dari ranjang lui, menjambak rambutnya sendiri. kenapa harus serumit ini? siapa yang mencuci otak lui, sampe-sampe dia nuduh mark yang engga-engga kayagini?

gila.

"lui dengerin aku, tolong."

gak ada jawaban dari lui,

"yang bikin kamu seperti ini bukan aku, sayang. aku bahkan gak tau kalo kamu bakal sampe keguguran. iya aku minta maaf kalo aku ninggalin kamu sendirian, tanpa jeno ataupun yujin. tapi aku gak ngira kalau mina bakal datang ke apart kita, karena aku gak pernah ngasih tau mina soal tempat tinggal kita. sama sekali engga sayang,"

mark menatap lui dalam.

"bahkan, aku juga sakit pas ngeliat kamu udah pingsan di lantai. aku sakit saat dokter bilang gabisa selamatkan dua-duanya, dokter hanya ngebolehin aku pilih satu. dan aku gak tau harus gimana, sampe akhirnya bang winwin yang ngasih jawaban ke dokter." jelas mark, lebih.

lui tambah nangis. kali ini dengan suara, berbeda sama tadi.

bahkan sekarang lui menggigiti jari-jarinya. sestres itukah lui saat ini? hah....

"kamu jangan terus-terusan nyalahin aku lui, aku bahkan gak tau apa-apa soal ini... hubungan sama mina aja engga," kata mark lagi.

lui cuma bisa nangis.

"aku juga merasa kehilangan atas calon bayi yang ada di rahim kamu. tapi gimana lagi? aku yang gak bisa kalo harus kehilangan kamu. gabisa lui," mark lagi-lagi berkaca-kaca.

tinggal netes aja air matanya.

"aku gak masalah kalo ngeliat kamu mau diambil sama taeyong, atau kamu mulai mencintai taeyong. its okay, aku bakal mencoba ikhlas untuk itu. tapi kalo untuk kehilangan kamu dalam artian kamu pergi dari dunia ini, maaf.. tapi kayanya aku gak akan bisa ikhlas. biar aku aja yang pergi duluan daripada kamu,"

tangisan lui makin menjadi.

"aku ini sayang sama kamu lui, sayang banget. tolong jangan raguin aku lagi, tolong jangan tuduh yang aneh-aneh lagi ke aku,"

mark beneran nangis.

hancur rasanya hati lui saat itu juga. entah, bisakah dia nerima pernyataan mark, atau malah.....

ah, bingung.













aku kembali.... siapa yang kangen....

wrong, mark lee. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang