Chapter 62

711 113 112
                                    

Luhan lupa menghubungi Jihoon agar jangan datang kerumah Bae sementara waktu karna ada orang tua Sehun dirumah, suasana rumah mendadak tegang ketika Jihoon yang baru duduk diruang tamu di cerca habis-habisan oleh wanita tua itu dan Jihoon hanya diam dengan wajah datar seolah tidak peduli dengan apapun ucapan wanita itu.

"kamu denger saya gak sih?!"

"saya denger Nek"

"terus?!"

"terus apa? Nenek kan dari tadi ngomelin saya karna dua hari lalu pergi ke pantai sama Jinyoung"

"terus kamu gak mau jelasin apapun ke saya?"

"jelasin apa lagi? Saya kira Jinyoung pasti udah jelasin semuanya ke Nenek dan saya rasa apapun penjelasan saya juga Nenek gak bakalan percaya"

"berani kamu bicara seperti itu pada saya?!"

"saya bicara realita, penjelasan saya sama Jinyoung juga bakalan sama kan? Saya di tarik Jinyoung pergi setelah acara tukar cincin Kak Irene sama bang Jonghyun selesai, dia ngajak saya ke pantai dan kejebak hujan disana semaleman karna ada badai"

"kenapa kamu gak nahan Jinyoung buat stay?! Kamu juga tau hari itu hari pertunangan Irene"

"saya udah nahan Jinyoung tapi dianya gak mau malah saya di seret ke mobilnya, bukan salah saya dong?"

Luhan mengulum senyumnya melihat Jihoon begitu santai dan berani berbicara dengan mertuanya itu, ia bahkan tidak seberani Jihoon ketika menghadapi ibu mertuanya.

"terus ngapain kamu kesini?"

"ketemu Mama Luhan, mau ngelanjutin belajar manner sesuai rules keluarga Bae"

"oh belajar itu juga kamu? Emangnya ngerti?"

"Nenek remehin saya?"

"orang miskin kayak kamu emang ngerti bahasa 'tinggi' kayak gitu? Sekolah kamu juga belum tentu pinter"

"kata mendiang Ayah saya, kita gak boleh judge seseorang hanya dari 'sampulnya'. Sampul mungkin jelek tapi isinya belum tentu kan? Ada 'sampul' yang bagus tapi isinya gak bermutu, kelihatan menawan di luar tapi isinya cuma tulisan gak penting jadi kayak sampah kan?"

Semua yang ada disana terkejut mendengar ucapan Jihoon, lelaki manis itu begitu berani menantang nyonya besar keluarga Bae bahkan berhasil membuat si wanita tua menggeram marah.

"Luhan hubungi Anne dan suruh dia kesini sekarang"

"buat apa minta Anne dateng? Bukannya dia lagi di kantor sama Irene?"

"ck! Lakuin aja kenapa sih?! Dan suruh dia bawa buku soal-soal anak sekolahan itu"

Luhan menaikkan satu alisnya dan menuruti perintah mertuanya, setengah jam kemudian seorang gadis cantik memasuki kediaman Bae dengan tas jinjing berukurang sedang di tangan kirinya.

"ini Anne, cucu menantu saya. Dia seorang dosen dan guru les, dia dari keluarga miskin kayak kamu tapi mau berjuang buat kuliahnya"

"oh hallo saya Park Jihoon"

"oh jadi ini yang namanya Jihoon? Kamu manis banget sih? Aku Anne, gak usah formal gitu sama aku, aku seumuran Irene kok" Jihoon tersenyum dan mengangguk mengerti.

"Anne kamu bawa apa yang di minta Luhan tadi?"

"bawa kok Nek emang buat apa?"

"suruh Jihoon kerjain soal-soal itu"

"apa?" pekik Luhan dan Anne bersamaan.

"emang Jihoon lulusan apa kalo aku boleh tau?"

"SMA, dia bilang kita gak boleh judge seseorang dari 'sampulnya' jadi Nenek mau buktiin ucapannya. Apa 'sampulnya' ini beneran pantes atau gak buat di judge?"

The Origin Of Love [ Deepwink ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang