10. Bhakti Kecil

943 98 4
                                    

Jangan lupa bintang di kiri bawah ⭐.

***

06:30

Kini Citra telah rapi dengan pakaian anggunya, dengan menatap cermin Citra tersenyum manis memikirkan sifat Bhakti yang menjadi romantis di malam kemarin.

Sambil menunggu kedatangan eyang Heti Citra memoles sedikit mukanya dengan liptin dan bedak agar memar-memar samarnya tak terlihat jelas.

Sambil menunggu kedatangan eyang Heti Citra memoles sedikit mukanya dengan liptin dan bedak agar memar-memar samarnya tak terlihat jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ting tong...

"Nah Eyang dateng, doa dulu deh. Ya Allah semoga Citra yang cantik ini gak salah tingkah dan ucap. Bisa gawat kalo salah nanti di coret dari calon waris ya Allah"

Berjalan dengan sok anggunya, Citra menuruni tangga, sorot matanya menatap eyang yang kini tak muda lagi tengah tersenyum manis pada cucunya itu, perlahan Citra menyalami Eyangnya penuh hormat sambil tersenyum.

"Assalamualaikum Eyang, gimana kabarnya? Citra kangen banget sama eyang" Tukas Citra sambil memeluk pelan tubuh Eyangnya itu.

"Waalaikumsallam, makin ayu aja kamu, Eyang Allhamdulillah sehat, gimana kabarmu? Eyang juga kangen sama cucu eyang yang cantik nan anggun ini" Citra tersenyum atas penuturan Eyangnya yang tak sesuai realita, semoga saja dia tak masuk neraka atas tindakan penipuan tampilan.

Jawaban Citra terhenti oleh ringtone panggilan handphonenya.

"Kalo gitu Citra angkat telpon dulu ya. Eyang juga istirahat dulu aja dikamar, biar bibi yang nganterin"

Setelah meminta tolong bibi membantu Eyang untuk istirahat, Citra segera mengangkat panggilan masuk tanpa melihat pemanggilnya.

"Hallo Assalamualaikum"

"Ck, mentang-mentang ada Eyang, sok pake assalamualaikum, biasanya juga to the point" Dengan segera Citra melihat handphone nya.

"Eh, kirain siapa. Ada apa Ti?"

"Nih motor udah gue amanin ya, kalo mau bawa biar gue aja yang anterin"

"Oke, Makasih ya, maaf udah ngerepotin lo juga"

"Santai aja, yaudah gue tutup dulu dipanggil nyokap"

Pip..

Setelah panggilan diputuskan sepihak Citra tersenyum.

"Mumpung libur sama baru jam setengah tujuh lebih, gue main ke rumah Bhakti ah. Oh ya, jangan lupa izin Eyang" ucap Citra sambil mengetuk kepalanya.

***

Dengan segala ucapan dusta, Citra berpamitan akan bekerja kelompok, dengan membawa tas punggung yang aslinya hanya si su'eb didalamnya.

Berbekal kue diskon pinggir jalan yang sempat ia kunjungi bersama mamang gojek Citra mengetuk rumah Bhakti.

Tok...tok..tok

"Assalamualaikum.."

"Sebentar..." Teriak seorang ibu paruh baya menggema didalam rumah tersebut.

"Maaf cari siapa ya non?" Tanya Bi Santi ramah.

*ART rumah Bhakti

"Bhaktinya, ada?"

"Oh, den Bhakti. Ada non silahkan masuk".

Setelah dipersilakan masuk, Citra duduk diruang tamu sambil menunggu. Pandangan Citra kini menyeluruh melihat-lihat foto yang terpampang di diding.

Terlihat foto seorang anak laki-laki mengunakan baju overall levis dan kaos hitam tengah menatap kamera, memang terlihat tampan namun satu yang membuat Citra tertawa yaitu kaca mata yang dipakai bocah kecil itu.

Terlihat foto seorang anak laki-laki mengunakan baju overall levis dan kaos hitam tengah menatap kamera, memang terlihat tampan namun satu yang membuat Citra tertawa yaitu kaca mata yang dipakai bocah kecil itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika asik memandang foto-foto di dinding Citra dikejutkan tepukan seseorang di punggungnya.

"Hayo ngapain?"

"Eh Mamah. Ini lagi liat-liat foto keluarga, tenyata Bhakti lebih mirip om ya" Ujar Citra tak lupa diawali dengan mencium punggung tangan Mentari.

"Iya Bhakti emang fotocopyan Papahnya banget. Gimana kabar kamu Cit, kok jarang main ke sini?"

"Alhamdulillah sehat Mah, iya nih Citra lagi sibuk-sibuknya jadi gak bisa main deh. Ngomong-ngomong suami Mamah tentara ya?"

"Iya suami Mamah tentara, makanya Bhakti pengen ikut-ikutan, tapi kalo suatu saat kamu emang jodoh Bhakti. Tante harap kamu sabar ya, jika Bhakti ninggalin kamu buat tugas kayak Om" Ucap Mentari sambil tersenyum menatap foto suaminya yang memakai seragam loreng kebanggaanya.

"E-eh kok udah bicaranya jodoh-jodoh aja sih" Jawab Citra kikuk.

"Tapi bentar, Mamag lihat hari ini kamu feminim banget ya, rambutnya juga udah rapi gitu"

"Iya Mah, soalnya kemarin Bhakti maksa kesalon punya Mamah. Cocok gak kalo model rambut Citra gini?"

"Kamu akan selalu cantik pakai apapun kok" Jawab Mentari sambil mencubit kedua pipi Citra.

Bahagia satu kata yang terukir di atas perasaan Citra sekarang, moment dimana ia bercanda gurau bersama Mentari walaupun bukan ibu kandungnya.

"Hahaha...Liat Mah, Bhakti mukanya kaya nahan BAB hahaha.." Ejek Citra yang sejak tadi tertawa melihat foto-foto masa kecil Bhakti.

"Yang ini Cit lihat, nahan nangis kaya nahan kentut hahaha..." Balas Mentari tak kalah menjelekan.

Suara tawa memenuhi ruangan keluarga itu, kini dua perempuan itu sedang melihat Album keluarga dimana foto-foto Bhakti masih kecil berada dalam sebuah kertas aib itu.

"Mah, emang Bhakti datar ekspresi dari kecil ya?"

"Iya Cit, mamah aja sampe heran. Dulu mamah ingat waktu Bhakti jatuh keselokan depan rumah, tapi dia gak nangis loh, mamah aja liatnya ngeringis, pasti sakit soalnya lutunya luka dan yang lebih parah badanya penuh lumpur sampe muka-muka hahaha.. aduhh...Mamah rindu deh liat ekspresi nahan tangisnya"

"Ekhm.." Suara berat itu mengagetkan tawa dua wanita cantik itu hingga membuat keduanya berbalik badan.

***

Cewek Limited Edition [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang