13. Sialan

895 82 10
                                    

Jangan lupa bintang di kiri bawah⭐

***

"Gue bilang apa?!" Ujar seorang gadis bernada sinis.

Dengan telaten ia mengobati luka pada wajah seseorang yang bisa dibilang tak terlalu parah.

"Yaudah sih Cit, maaf" Ucap Bhakti sambil meringis karena Citra sengaja menekan lukanya dengan kapas yang telah diberi alkohol membuat bertambah deritanya.

"Maaf-maaf, dari tadi lo bilang gitu. Gue bilang gak usah ikut ya nurut, karena gue tau lo anak baik-baik Ti. Lo gak ada bakat tawuran walaupun lo anak beladiri. Liat sekarang, lo malah celaka kan, mau bilang apa gue sama Mamah lo!" Cerocos Citra sambil fokus mengobati pelipis Bhakti yang mengeluarkan darah dan lebam-lebam di wajahnya.

"Ish..pelan dong, sakit nih!" Ringisan Bhakti membuat Citra mendelik kearahnya.

"Makanya, kalo gak mau sakit gak usah sok mau ikut tawuran! Sana main barbie.." Judes Citra membuat ketiga sabatnya yang sedari tadi menonton drama alay itu tertawa.

"Udah lah Cit, kasian si Bhakti, gue rasa kalian cocok deh.." Gumam Brayen sambil menunjuk keduanya dan setelahnya ia ber pose layaknya orang berpikir keras.

"Cocok apaan?" Tanya Citra heran.

"Cocok jadi emak sama anak lah" Tanpa rasa bersalah Brayen menjawab seperti itu hingga umpatan dari Citra terlontar seketika.

"Babi!"

Tawa semuanya mengelegar di UKS yang tak terlalu besar itu.

"Eh..tapi ngomong-ngomong kita harus syukuran nih" Sela Brayen yang mulai serius hingga semua orang menatapnya minat.

"Buat apa? Emak lo hamil lagi?" Tanya Daffa ngawur hingga Brayen mendelik kearahnya.

"Bukan jing. Kalian pada gak bersukur apa, kita selamet dari kejaran polisi tadi" Jawab Brayen malas hingga mereka semua mendongakan kepala mengingat kejadian tadi.

Flashback

"Anjirr...otw bakal masuk kantor polisi deh!" Gumam Citra gusar sambil mengacak rambutnya.

"Cit ayo kabur!!" Teriak Daffa sambil membopong Bhakti bersama Shaka.

"Cepet! jangan banyak ngelamun Cit!" Ujar Brayen yang seketika menarik Citra untuk berlari dan meninggalkan tongkat baseball yang entah milik siapa.

Mereka berlima tergesah-gesah mencari tempat bersembunyi,  dengan keadaan Bhakti yang masih saja pingsang membuat mereka mendengus karena bobot dan tinggi Bhakti lebih besar dari kedua orang yang membopongnya.

"Ayo..cepet sini!!" Perintah Brayen membawa mereka diarea WC umum yang terlihat sangat kusam dan bau pesing yang menyengat.

Dari pada jauh lagi berlari mereka menabahkan hati untuk bersembunyi kedalam.

Dengan menutup hidung masing-masing mereka semua menyembunyikan badan diantara bilik-bilik kamar mandi yang sudah lama tidak dibersihkan itu.

Terdengar suara grasak-grusuk dan perbincangan diarah luar membuat mereka semakin memelankan hembusan nafas. Walaupun sesak akibat bau pesing yang mehalau oksigen bersih ke dalam hidung.

Cewek Limited Edition [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang