22. Pecah

475 47 6
                                    

Jangan lupa bintang di kiri bawah⭐.

***

Senin pagi yang buram, sepi yang tak pernah selesai, dan sakit yang tak kunjung mereda.

Pagi yang biasanya ia sambut semangat untuk bertemu para sahabatnya, kini hanya sebatas kenangan pilu yang ia rasakan.

Sebisa mungkin Citra mencoba fokus pada jalanan yang sering dilalui. Jalan yang setiap pagi ramai oleh celotehan Brayen yang mengundang senyum dibalik bayangannya.

Bahkan saat sampai disekolah masih saja suasana yang sama.

Sepi.

Setiap langkah Citra hanya tertunduk lesu, tak ayal sebagian orang yang berbisik akan dirinya. Mungkin kini ia sendiri dan untuk pertama kalinya tanpa trio kadal yang mengelilingi.

Citra abai pada keadaan, hanya satu tujuannya kini, yaitu untuk menemui mereka.

Namun, sialnya seseorang menghadang langkah Citra.

***

Dilain tempat Brayen, Daffa, dan Shaka sedang berbincang ringan dibelakang sekolah perihal kejadian yang mereka alami.

Terlihat ada guratan marah pada wajah Shaka seakan ingin meledak saat itu juga.

"Gue gak tau lagi harus gimana, disisi lain gue pengen bilang anjing sama kalian, tapi gue malah lebih anjing biarin Citra sendirian" Gusar Shaka menatap kedua sahabatnya itu.

"Tapi Ka, sekali-kali Citra harus dikasih tau dengan cara gini. Gue gini juga karna sayang sama dia, gue pengen dia berubah buat main-main sama cowok. Gue gak mau Citra dapet karma atau hal bahaya lainya." Bela Brayen hingga Shaka memandanya sinis.

"Asal lo tau, kita ke Mall buat bantuin Bhakti yang mau nyiapin acara dia nembak Citra, dan ya!Akhir yang buruk kita nemuin Citra di cafe bareng si Reno, terlebih parahnya mereka ciuman didepan umum, Ka!" Tambah Daffa membuat Shaka menatapnya tak percaya.

"Terserah lo mau percaya apa enggak, yang jelas kita bertiga liat, dan gue harap lo gak ngilang lagi disaat kita ada masalah" Lanjut Daffa dan berlalu pergi mengajak Brayen untuk meninggalkan Shaka.

"Maafin gue Cit!" Lirih Shaka tak lepas menatap kepergian mereka berdua.

***

"Minggir gak?" Usir Citra penuh penekanan pada seseorang yang kini menghadangnya dengan senyum meremehkan.

"Gimana rasanya sendiri? Bahkan sahabat lo aja ninggalin lo. Inget Cit, gak selamanya orang-orang deket lo, nyaman bareng lo, dan gak seterusnya lo bisa hidup seenak yang lo mau!!" Bisik Reno diakhiri kekehan kecil.

Citra sekuat tenaga menahan diri agar tak memukul wajah kakak kelasnya ini.

Dengan hembusan nafas kasar ia mendongakan wajahnya untuk menatap Reno.

"Gue harap lo gak muncul lagi sebelum lo nyesel!" Gertak Citra meninggalkan Reno dengan sedikit menyenggolkan bahunya hingga Reno mundur beberapa langkah.

Selepas itu Citra kembali berjalan menuju kelasnya. Terlihat masih beberapa bangku kosong dari pemiliknya. Namun matanya tak luput dari pemandangan pagi yang menyakitkan.

Cewek Limited Edition [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang