29. Tak Berjumpa Kembali

170 34 0
                                    

Jangan lupa bintang di kiri bawah⭐

***

Bhakti harus kembali menelan kekecewaan, ia di paksa pulang oleh semua yang menunggu Citra di rumah sakit, belum lagi papahnya yang terpaksa menyeret dirinya yang ngotot ingin menemani Citra.

"Udah jangan ngelamun terus, Citra pasti gak kenapa-kenapa. Mamah yakin dia anak yang kuat. Kamu tahu sendiri dia gimana kan" Ujar Mentari berusaha menghibur Bhakti yang sejak tadi terdiam membisu.

"Ini semua salah aku mah, andaikan aku gak kekanakan dalam ngatasin masalah sama Citra pasti semua ini gak terjadi" Lirih Bhakti yang terdengar jelas oleh Mentari.

"Udah ah, jangan terus salahin diri kamu. Sana cepet ganti pake baju papah!" Sela Langit yang langsung dipelototi istrinya.

"TNI harus gitu ya hibur anaknya!" Gemas Mentari yang kini melihat Langit mengusap rambut Bhakti sambil menyengir tak berdosa.

"Kalo kamu lemah gini, Citra mau dikuatin sama siapa? Udah sana ganti baju, gak enak liatnya itu darah kemana-mana pamali!" Sambung Langit membuat Bhakti mengangguk patuh.

***

Duduk dibalkon kamar dengan sesekali mengecek hp. Kegiatannya sejak tadi hanya itu, bahkan Mentari masih setia menemani putranya yang tetap tak mau menyentuh makanan.

"Udah dong Ti. Sekarang kamu harus makan dulu, dari tadi pagi kamu belum makan" Bujuk Mentari sambil mengusap wajah anaknya yang dingin akibat terpaan angin malam.

"Gimana aku mau makan enak mah, sedangkan Citra lagi berjuang bangun disana"

"Kalo kamu terus mikirin Citra, yang ada kamu yang ikut sakit Ti. Sekarang kamu mau makan apa biar Mamah bikin yang baru?" Tanya Mentari seraya mengusap rambut Bhakti.

"Aku bakal makan asal malem ini izinin buat kerumah sakit gimana?" Tawar Bhakti sambil membalikan badanya menghadap Mentari.

"Besok Ti, kamu juga harus pikirin kesehatan kamu. Denger kan yang dikatain bundanya Citra tadi?" Tukas Mentari membuat Bhakti kembali menghela nafas.

"Besok pagi, papah yang bakal anter kamu kerumah sakit. Sekarang kamu makan dulu baru istirahat. Paham?" Lanjut Mentari yang dituruti Bhakti akhirnya.

***

Semua menunggu resah di luar ruangan, keadaan Citra memang tak bisa di katakan baik-baik saja. tangan kanan yang patah, beserta kaki kirinya. Belum lagi lecet dan juga sobekan luka di badan Citra membuat keadaan anak itu lemah saat ini.

Brayen kembali menangis saat menatap tubuh lemah sahabatnya yang kini terbujur di ranjang rumah sakit. Bahkan Daffa kini merenung atas penyesalannya. Neti dan Embri sudah sejak tadi membujuk mereka semua untuk pulang terlebih dulu. Namun, para sahabat putrinya itu kekeh untuk setia menunggu Citra siuman paska kejadian ini.

Damian baru saja kembali setelah mengantarkan Firas dan Fanny. Dan kini Shaka terduduk menatap lurus pada Daffa dan Brayen. Setelah Neti dan Embri berpamitan sebentar, Shaka kini mulai bersuara.

"Ini pelajaran yang lo maksud buat kasih paham Citra?" Tanya Shaka dengan terkekeh kecil.

"Jauhin dia sampai dia ngerasa gak ada siapa-siapa lagi, dan memilih buat ngikutin kemauan kalian untuk menjauh" Sambung Shaka kembali hingga Daffa dan Brayen menunduk terpukul.

"Udah Ka, keadaan lagi gini. Simpen dulu masalah itu nanti" Lerai Damian membuat keadaan kembali hening. 

Empat jam berlalu, Daffa dan Brayen kini mengikuti perintah Embri untuk pulang lebih dulu. Sedangkan Shaka dan Damian diperbolehkan untuk ikut menunggui Citra. Gerakan kecil mulai Citra tunjukan, matanya mengerjab pelan. Pandangannya kini terfokus pada Ayah dan Bundanya yang menatapnya dengan tangis.

"Bun-da.."Panggil Citra lemah.

Neti segera menghampiri putrinya itu, dengan pelahan ia memeluk tubuh Citra yang sedang tak baik-baik saja. Damian dan Shaka ikut menghampiri dan tersenyum bahagia atas sadarnya Citra.

"Citra takut Bun..Disana gelap. Citra takut gak bakal ketemu lagi Ayah Bunda" Adu Citra yang mulai menangis.

"Syut..Citra gak boleh ngomong gitu. Buktinya Citra bisa ketemu lagi Bunda sama Ayah kan. Bahkan ada Shaka dan temen baru kamu, Damian" Ujar Neti sambil menahan tangisnya.

"Maafin Ayah, gak bisa jadi pelindung kamu ya Nak" Bisik Embri sambil mengecup lama kening putrinya itu.

"Citra mau ikut sama Ayah Bunda, jangan tinggalin Citra lagi" Lirih Citra membuat Shaka seketika menatapnya kaget.

***

Pagi ini sesuai janji kedua orang tuanya, Bhakti sudah siap berada di dalam mobil setelah sarapan. Anak itu sudah tak sabar ingin segera berada di rumah sakit untuk melihat perkembangan Citra, bahkan sejak semalam Bhakti tak tidur nyenyak akibat Shaka yang tak bisa ia hubungi untuk lebih mengetahui perkembangan Citra.

"Ayo pah cepet!!" Kesal Bhakti saat melihat Langit yang menurutnya sangat lambat.

"Aku nyetir sendiri nih ya.." Ancam Bhakti membuat Langit membolakan matanya malas.

Saat ini Bhakti memang sedang dilarang berkendara karena takut terjadi apa-apa setelah kejadian kemarin. Maka dari itu Langit kini mengantarkan putranya, sekaligus mengurus proses atas kejadian kemarin pada teman Polisinya.

Perjalanan ditempuh cukup cepat atas permintaan Bhakti untuk sedikit mengebut, tapi kali ini Bhakti dibuat terheran atas keberadaan Citra yang sedang dipindahkan Damian dari kursi roda menuju jok belakang mobil.

Secepatnya Bhakti menuruni kendaraan dan mengabaikan teriakan ayahnya, langkahnya kini berlari cepat menghampiri Damian yang telah menutup pintu mobil, "Mau kemana Citra?" Tanya Bhakti langsung.

Damian menoleh pada suara itu, bahkan kini Bhakti memanggil Citra dan mengetuk jendela kaca mobil yang tertutup itu.

"Citra gak mau ketemu lo, mending lo mundur deh. Mobilnya mau jalan" Tukas Damian yang langsung di pandang tajam Bhakti.

"Maksud lo apa hah? Lo siapanya Citra?" Tanya Bhakti sedikit emosi.

"Yang dikatain Damian bener, sekarang lo mending mundur Ti" Tukas Shaka dengan pakaian yang Bhakti kenali ditangannya.

"Sesuai perkataan gue sebelum LDKS, Citra gak bakal ganggu hidup lo lagi. Dan ini jaket punya lo, sekalian surat terima kasih Citra atas kejadian kemarin" Sambung Shaka sambil menyodorkan barang itu.

"Makasih ya Ti, Om sama Tante pamit dulu" Ujar Embri sambil tersenyum simpul menaiki mobil.

"Cit! Citra!!" Panggil Bhakti sambil mengetuk kaca mobil tergesah-gesah.

"Buka Cit!! Sorry.." Panggil Bhakti kalut.

Langit kini mulai menarik Bhakti, bahkan kini Bhakti memberontak dengan memanggil Citra dengan teriakannya. Mobil mulai melaju meninggalkan Bhakti yang masih memanggil Citra susah payah.

Damian dan Shaka hanya mampu melihat semua itu, ini semua terjadi atas keputusan Citra. Mereka tak bisa mengubah ke keputusan itu walaupun hal ini juga menyakiti mereka.

***

Cewek Limited Edition [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang