32. Lupakan dan Lupakan

191 31 0
                                    

Jangan lupa bintang di kiri bawah⭐

***

Brayen, Daffa, dan Shaka sudah kembali akrab. Kini mereka semua mencoba untuk membiasakan hal ini walaupun sangat berat bagi mereka.

Walaupun begitu, terkadang sesekali Bhakti menoleh pada bangku sampingnya. Bagaimana pun harapannya tetap sama.

Ingin gadis barbar itu kembali merecoki hidupnya.

Sudah ratusan upaya Bhakti lakukan untuk menemui Citra ataupun hanya untuk mendapatkan kabarnya. Tapi keluarga Citra benar-benar bisa menutupi keberadaan mereka, terlebih Bhakti hanya seorang remaja biasa yang belum bisa melakukan hal yang lebih dari jangkauannya.

Langit dan Mentari pun sama hal nya, mereka tak tahu orang tua Citra membawa gadis itu kemana. Terakhir kali saat dirumah sakit, Embri hanya mengucapkan terima kasih dan memberi tahu Citra akan mereka bawa.

"Bhakti...kata kepala sekolah mulai hari ini sampai hari-H. Kamu sudah bisa dispen untuk beristirahat dan menenangkan diri" Ujar Bu Leli wali kelas 12 mereka saat ini.

"Baik Bu" Balas Bhakti sembari membereskan semua buku pelajarannya.

Setelah selesai ia berpamitan terlebih dahulu pada teman-teman sekelasnya, terutama Brayen, Daffa, dan Shaka.

Perjalanan pulang ini Bhakti sengaja tak langsung menuju rumah untuk beristirahat, ia memilih berkunjung pada kediaman Citra hanya untuk sekedar sedikit melepas rasa rindunya.

Bangunan yang masih tertutup itu membuat Bhakti tersenyum tipis, dengan perlahan Bhakti menuruni motor dan mengintip di sela pagar rumah Citra.

Satu tepukan berhasil membuat Bhakti menoleh cepat, terlihat Sinta kini tersenyum ramah padanya.

"Cari Citra lagi ya?" Tanya Sinta sambil mengusap bahu Bhakti.

"Iya Tante" Balas Bhakti sambil membalas senyuman Ibu dari Shaka itu.

"Kamu harus fokus sama hidupmu juga Ti. Citra bukan hanya poros kehidupan kamu, perjalan hidup kalian masih panjang. Jika memang berjodoh, pasti nanti dia kembali lagi"

***

Mentari kini mengelus sayang si tunggal yang sedang manja ini. Anaknya kini sedang mengalami kegelisahan menuju olimpiade yang akan dia jalankan lusa nanti.

Ini pertama kalinya Bhakti berlomba di kota yang baru saja ia tinggali. Sebab, sebelum ikut berpindah menuju kota ini, Bhakti sekeluarga ikut menetap di kota yang menjadi tempat tugas Langit sejak Bhakti kecil.

Namun karena kini Langit akan dipindah tugaskan kembali ke kota yang lebih jauh dari keluarga besar mereka. Mentari memutuskan untuk tak ikut dan memilih untuk berpindah tinggal di kota ini sekalian mengecek bisnisnya.

Itu sebabnya Bhakti kini gelisah. Satu hal yang perlu diketahui, Bhakti adalah seseorang yang takut akan kegagalan dan anak yang sangat ambisius untuk memenangkan sesuatu.

"Mau jalan-jalan gak biar gak terlalu kepikiran?" Tanya Mentari membuat Bhakti yang menidurkan kepalanya di paha menggeleng.

"Mau ketemu Citra" Cicit Bhakti pelan.

Mentari membola malas, Bhakti anak keras kepala yang kekeh atas kemauannya hingga masalah Citra ini membuat dirinya bersama Langit agak kesusahan atas permintaan Bhakti yang terus meminta Langit untuk melacak keberadaan Citra melalui para rekan intel Langit.

"Kenapa orang-orang gak paham sama aku sih, kenapa pada terus nyuruh aku buat lupain Citra. Apa emang kita gak bisa ketemu lagi Mah?" Tanya Bhakti sambil bangkit dari tidurnya.

"Hush..bicaranya. Kamu tuh harus paham dong, mereka begitu juga buat kebaikan kamu kan?"

"Mamah Papah juga gak mau bantu aku buat nemuin Citra, gimana aku bisa tenang, disaat Citra ninggalin aku gitu aja" Tukas Bhakti yang kembali sedikit kesal atas permintaan nya yang selalu ditolak Langit.

"Hei..denger mamah sini" Ujar Mentari sambil membawa wajah Bhakti menghadap padanya.

"Citra perlu waktu, dia pergi atas keinginannya. Dan juga Papah gak bisa langgar privasi dia yang emang ingin menutupi keberadaannya. Kamu harus percaya sama Citra, beri dia waktu, ada saatnya nanti dia pasti datengin kamu lagi" Jelas Mentari sambil tersenyum menyemangati.

"Pahamkan?"

"Iya Mah" Balas Bhakti tersenyum dan memeluk Mentari.

"Maaf gak mikir sampe situ, abisnya aku ngerasa bersalah banget sama Citra. Tapi kali ini Bhakti bakal coba buat kasih Citra waktu sampe dia kembali Mah" Sambung Bhakti.

"Iya gak papa, Mamah paham keadaan kamu. Sekarang jangan setres lagi, pokoknya harus havefun sebelum lomba ya"

"Siap Mah!"

***

"Eh jajan es krim yang deket belokan sekolah yuk.." Ujar Thalita sedikit lebih keras akibat suasana jalan kali ini ramai.

"Okee" Balas Bhakti sambil membawa motornya menuju tujuan mereka.

Sesampai di kedai Es Krim, keduanya kini memilih varian rasa yang di inginkan beserta topping. Bhakti memilih varian vanila dengan taburan oreo diatasnya. Sedangkan Thalita memilih coklat dengan taburan meses.

Keduanya sedang menikmati masa tenang dari sekolah ini dengan berjalan-jalan bersama, mengobrol, dan bermain menuju tempat-tempat yang menenangkan.

"Nanti udah ini mau kemana lagi?" Tanya Bhakti sambil menyuapkan Es pada mulutnya.

"Bebas sih, lo biasanya jalan kemana?" Balas Thalita yang sedang menikmati Es nya.

"Oh ya, kayaknya gue mau nyoba perpus kota deh. Mau gak?"

"Boleh-boleh, nanti gue kasih tau deh spot baca paling enak di sana"

"Jadi makin penasaran"

"Pokoknya lo bakal betah deh, malah mungkin bakal sering kesana deh"

***

Bentar lagi kuliah masuk, mungkin bakal gak terlalu cepet up☹ tapi pengen banget cerita ini cepet selesai huahh.


Cewek Limited Edition [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang