BAB 3

170K 11.2K 689
                                    

Yuk sebutkan asal kota kalian ♥️♥️♥️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuk sebutkan asal kota kalian ♥️♥️♥️

Kangen kan sama Author?

Ayo ngaku!!

***
Apa alasan kita dipertemukan kembali?

***

Lelah akan sirna jika bersama orang yang dicinta....

Flashback


Aditya tengah sibuk mencuci piring di salah satu cafe tempatnya bekerja paruh waktu. Demi memenuhi kebutuhan hidupnya ia mengisi waktu luang untuk bekerja. Ia bekerja dari pukul 2 siang hingga 7 malam. Uang beasiswanya hanya cukup untuk memenuhi baiya kuliah dan membeli beberapa keperluan kuliahnya. Sedangkan kos dan makan ia harus memenuhi sendiri. Karena ia tidak ingin membebani orangtuanya,
Aditya berusaha mencari uang sendiri. Maklum ia juga perantauan di solo. Bisa kuliah di UNS gratis saja sudah anugerah untuknya.

Akhirnya cuciaanya telah selesai begitu juga dengan jam kerjanya. Aditya melangkah menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya. Ia tidak pernah malu bekerja seperti ini. Meski seringkali ada temannya yang akan menganggap remeh dirinya. Sebuah pesan masuk membuat Aditya tersenyum. 'Ana' nama itu membuatnya bersemangat.

From: MyAna

Kak Adit bisa bantuin Ana ngerjain makalah :'( Ana pusing...

Senyum dibibir Aditya semakin lebar. Ia jadi membayangkan raut wajah Ana yang pucat karena tidak mampu mengerjakan tugas.

To: MyAna
Boleh, ditempat biasa ya.

From: MyAna
Makasih kak Adit...

Sejujurnya Aditya lelah dan ingin istirahat, namun ia tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan berduaan dengan Ana. Lagipula tidak ada salahnya membantu gadis itu. Ia juga sudah tidak ada mata kuliah, hanya tinggal skripsi. Ia jadi tidak sabar bertemu Ana. Sudah dua hari tidak bertemu gadis itu membuatnya rindu. Bahkan suara gadis itu berputar-putar di telinganya. Baginya suara gadis itu adalah favoritnya. Apalagi ketika Ana bermanja padanya atau mengeluh frustasi. Ekspresi gadis itu nampak menggemaskan di matanya.

Aditya keluar dari restoran menuju parkiran motor. Ia menggunakan motor matic sebagai kendaraannya. Ia bersiul senang sambil melajukan motornya. Beberapa menit kemudian ia tiba di salah satu cafe favorit Ana. Dibalik kaca Aditya bisa melihat Ana yang sedang duduk menata laptop dan buku-buku.

Setelah memarkirkan motor Aditya melangkah masuk ke dalam Cafe. Lalu duduk di sebelah Ana.

"Maaf lama." Ujar Aditya.

"Nggak papa Kak, harusnya aku yang minta maaf ngerepotin kakak terus. Padahal kak Adit baru pulang kerja. Pasti capek banget." Ana mengatakan itu dengan nada sedih.

"Nggak masalah, kalau aku bisa bantuin pasti aku usahakan." Senyum Ana mengembang mendengar itu.

"Kak Adit memang baik banget, andai aja nggak ada Kak Adit hidupku pasti hancur. Karena nggak ada yang mau bantuin ngerjain tugas." Aditya hanya menggelengkan kepala mendengar itu.

"Kakak laper nggak?"

"Aku pesanin makanan?" Baru saja Aditya hendak menggeleng, suara perutnya berbunyi lebih dahulu.

Ana tertawa, "Tunggu ya kak, biar aku pesenin makanan buat kita."

Aditya hanya bisa mengangguk, walau dalam hati ia mengumpat kepada perutnya yang membuat harga dirinya jatuh di depan Ana.

"Jadi kamu bingung dibagian mana Ana?" Tanya Aditya sambil menyalakan laptop.

"Semuanya, Ana bingung nulis latar belakang, rumusan masalah dan pembahasannya." Astaga! Aditya tergelak itu sama saja Ana memintanya untuk mengerjakan makalahnya.

"Aku bingung mau mulai dari mana kak." Padahal Aditya telah mengajarkan bagaimana cara menulis makalah, tapi Ana tidak mampu mencerna ucapannya. Seperti inilah hidup, ia dilahirkan dari keluarga miskin tapi memiliki otak yang pandai begitu juga dengan Ana terlahir kaya tapi agak lamban dalam berpikir.

Kemudian Aditya membuka aplikasi Microsoft word mulai mengetik, ia juga menjelaskan pada Ana. Untungnya buku-buku yang dibawa Ana benar dan bisa dijadikan daftar pustaka. Internet juga lancar jadi ia mudah mencari jurnal untuk melengkapi makalah. Wajah Ana terlihat kacau mendengar semua ucapannya, bahkan rambutnya terlihat berantakan. Tepat saat itu makanan datang.

"Makan dulu ya kak, otakku tidak sanggup lagi menerima materi lagi." Aditya tertawa sambil menepuk kepala Ana lembut. Padahal Ana hanya mendengarkan ucapannya saja, tapi gadis itu terlihat sangat mengenaskan karena tidak sanggup mencerna penjelasan yang dia terangkan.

"Makan yang banyak biar pinter." Ledek Aditya membuat wajah Ana menjadi masam.

"Kenapa sih papa harus nyuruh Ana kuliah. Otak Ana kan dibawah rata-rata." Keluh Ana pada driinya sendiri.

"Jangan berkata seperti itu, kamu harus bersyukur masih banyak orang yang mau kuliah tapi nggak bisa karena nggak punya uang. Contohnya Aku yang kuliah dengan beasiswa, tanpa beasiswa aku tidak akan bisa kuliah. Lagipula maksud ayah kamu itu baik, pendidikan itu lebih penting dari uang. Karena uang bisa habis di pakai berbeda dengan ilmu. Jadi ia ingin anaknya memiliki ilmu sebagai bekalnya di masa depan nanti, bukan hanya mengandalkan harta warisan saja. Dunia itu berputar Ana tidak selama kita berada di atas pasti ada saatnya kita akan terjatuh."

"Kak Adit bener, makasih ya kak udah ngajarin Ana untuk lebih bersyukur." Aditya meggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia tersipu mendengar kalimat pujian Ana.

Selesai makan mereka kembali mengerjakan makalah. Namun beberapa menit berlalu, Aditya merasakan beban di bahunya. Kepala Ana bersandar disana, mata gadis itu terpejam lelap dalam mimpinya. Aditya terkekeh, padahal ia yang mengerjakan tugas tapi malah Ana yang tertidur dengan raut wajah kelelahan.

Wajah gadis itu sungguh cantik membuatnya tak bisa marah, malah ada sedikit keinginan untuk mengecup bibir tipis itu. Namun Aditya menahannya ia tidak ingin menjadi lelaki pengecut yang mencuri cium dari gadis yang tertidur.
Tangan kiri Aditya bergerak membelai surai Ana dengan lembut bahkan suaranya bersenandung pelan menyakinkan sebuah lagu pengiring tidur.

"Hanya kamu yang bisa membuat rasa lelahku hilang begitu saja." Kemudian Aditya kembali menyelesaikan tugas milik Ana. Seharusnya ia sudah di kos untuk istirahat tapi sebaliknya ia malah menghabiskan waktunya untuk mengerjakan tugas Ana. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam, tiga puluh menit lagi ia akan membangunkan Ana dsri tidur cantiknya.

***

Selamat Membaca

SEMOGA SUKA CERRITA AKU

JANGAN LUPA SHARE CERITA INI KE TEMEN-TEMEN KALIAN.

Rekomendasi kan ya 💜

KHUSUS BUAT KALIAN AKU REPOST

Love you..

Salam

Gulla
Istri sahnya Lee min ho

Boss With Love  (WEB SERIES)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang