BAB 16

134K 9.3K 520
                                    

Muka jeleknya Adit*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Muka jeleknya Adit*

Love dulu buat part ini ♥️♥️

***

Ana berdiri di halte menunggu hujan berhenti, ia tidak bawa payung, karena mengira tadi tidak akan turun hujan. Hujan turun disaat pertengahan jalan. Ana  mentap rintik hujan bingung, bagamana caranya agar dia bisa sampai ke kantor tnpa kehujanan. Padahal ia hampir telat. Tepat saat itu ia melihat mobil Aditya tapi pria itu hanya menatapnya sebentar lalu memalingkan wajah dari balik jendela tanpa mau menolong nya hati Ana sakit. Aditya mengabaikannya lagi.

Siapa kamu Ana minta diperhatikan Aditya? Batin Ana meringis mengingat betapa kejamnya ia dulu pada pria itu. Ana menyesal telah melakukan hal bodoh itu. Ana akui ia selalu bertindak bodoh tanpa mau berpikir.

Kemudian Ana menghembuskan napas panjang, ia harus segera sampai ke kantor sebelum Aditya memecatnya. Karena terlambat. Ana menerobos hujan tidak mempedulikan bajunya basah. Ia menangis sambil berlari-lari kecil dibawah rintikan hujan. Matanya perih dan berair. Ia lebih suka Aditya yang membentaknya dari pada Aditya yang diam tak mengganggap keberadaannya. Hati Ana teriris. Ia merindukan Aditya.

Kepala Ana tiba-tiba pusing, namun ia memaksakan diri untuk bekerja padahal ia sakit. Ana mengabaikan rasa sakitnya ia berjalan memasuki lobi kantor. Tepat saat itu dunianya terasa berputar pandangannya menggelap dan tubunya jatuh ambruk. Hal terakhir yang Ana ingat adalah seseorang yang menopang tubuhnya.

Aditya yang tidak sengaja melihat Ana jatuh, ia membopongnya. Pakaian gadis itu basah kuyup. Bodoh! Aditya memaki dalam hati. Ia benci Ana yang seperti ini. Apa gadis ini sengaja membuat dirinya sakit.? Tadi ia tak sengaja melihat Ana yang berada di halte, lalu gadis itu berlari tanpa pelindung apapun di bawah hujan membuat tubuhnya basah kuyup. Jujur ia ingin mengabaikan Ana tapi melihat gadis itu pingsan sisi simpatinya bergerak. Kemudian ia menggendong Ana ke dalam pelukannya.

Aditya berlari menuju klinik kantor dengan tergesa-gesa. Karyawan yang melihat itu merasa aneh, mereka berpikir ada yang terjadi antara Ana dan bos mereka hingga bosnya nampak khawatir bahkan kesetanan. Sean yang tidak sengaja melihat itu terdiam. Ia ingin menghampiri Ana tapi sudah didahului Aditya, ia tidak berani mendekati bosnya.

"Tolong periksa dia. Jangan sampai dia kenapa-kenapa." Aditya mengucapkan itu dengan nada khawatir.

"Baik pak." Ujar dokter wanita  yang berjaga disana.

Aditya lalu menghubungi Arlan untuk membelikan pakaian wanita. Baju Ana kebasahan ia akan semakin sakit. Aditya tidak akan membiarkan Ana memakai pakaian basah seharian. Ia melakukan ini bukan karena menyukai na tapi ia kasihan kepada gadis miskin itu. Jika Ana sakit  parah pasti gadis itu tidak akan bisa membayar biaya rumah sakit.
Beberapa menit kemudian Arlan datang dengan penasaran. Ia kaget ketika Aditya memintanya untuk membeli pakaian wanita. Hey wanita beruntung mana yang mendapat perhatiann dari bos pelit seperti Adit, Arlan penasaran. Lagipula ini pertama kalinya Aditya menyuruhnya untuk membeli pakaian wanita. Walau ia sedikit kesal karena lagi-lagi Aditya menambah beban kerjanya.

"Jadi wanita itu Ana?" Tebak Arlan ketika mendengar kasak kusuk aksi heroik Aditya yang menyelamatkan Ana dari beberapa karyawan di lobby.

"Diam jangan ikut campur." Aditya merebut bag paper yang digenggam Arlan membawanya masuk ke dalam klinik. Arlan tertawa, bosnya itu memang sedikit mengkhawatirkan. Gengsinya terlalu tinggi.

"Senjata makan tuan, niat mau balas dendam malah jadi bucin." Gumam Arlan mentertawai nasib Aditya yang malang. Mungkin Aditya terlahir menjadi bucin sejak lahir.

"Dok tolong gantikan baju untuk Ana." Aditya memberikan bag paper tersebut pada dokter wanita tersebut.

"Baik pak." Tanpa mengatakan apa-apa Aditya pergi meninggalkan klinik tersebut.

Aditya tidak ingin Ana tahu bahwa ia yang telah menolong gadis itu. Ia tidak ingin Ana kegeeran dan berpikir ia telah berubah menjadi baik. Sampai kapanpun ia tidak bisa mememaafkan Ana. Dendamnya masih ada.

***

Ana membuka mata, kepalanya terasa pening. Ia menatap sekeliling bingung. Bukannya tadi ia pingsan di loby. Kenapa ia bisa disini? Siapa yang membawanya kesini? Ana harus berterimakasih kepada orang yang telah menolongnya itu. 

"Akhirnya kamu sadar juga." Suara seorang wanita menyadarkan Ana jika ia tidak sendirian.

"Maaf aku dimana?" Tanya Ana.

"Di klinik kantor. Tadi bos yang membawa kamu kesini, jawab seorang dokter wanita yang berjaga disana.

Deg!

Ana edikit tidak percaya jika Adityalah orang yang menolongnya, bukannya pria itu membencinya Pria yang telah mendiamkannya lebih dari seminggu itu menolongnya. Sungguh ajaib, ia seperti tertimpa reruntuhan. Ana penasaramn kenapa aditya mau menolongnya?

"Dia juga memberikan pakaian baru untuk mengganti pakaianmu yang basah." Seketika itu Ana sadar bahwa pakaiannya telah berganti. Ana tersenyum tanpa sadar dengan sikap perhatian Aditya. Apakah ini awal dari tanda berakhirnya perang diantara mereka.

"Benarkah?"

"Tentu saja. Kamu sangat beruntung diperhatikan oleh bos." Ada sedikit nada cemburu disana. Ana hanya diam tidak menjawab. Ia juga tidak tahu apa alasan Aditya peduli kepadanya. Bukannya pria itu sangat membencinya bahkan ia membalas dendam padanya.

"Lebih baik kamu minum teh hangat ini dulu." Dokter tersebut membantu Ana minum.

Ana terdiam sejenak mencerna kejadian yang baru ia alami. Ia pingsan di kantor, lalu Aditya menolongnya bahkan memberikannya pakaian baru.

Apa itu tandanya Aditya tidak marah lagi padanya? Ana tersenyum senang. Sepertinya Aditya membuka sedikit celah hatinya untuk dia masuki. Ana akan berusaha agar Aditya memaafkannya sepenuhnya. Ana akan berjuang sekuat tenang meraih hati Aditya kembali apapun rintangannya.

*""*

Lanjut atau tidak?

Atau hapus aja 😂😂

Semoga suka ya ♥️♥️

Ayo spam komen...

Salam

Gulla

Istri sahnya Lee min ho

Boss With Love  (WEB SERIES)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang