" Lelah "

4.3K 272 0
                                    

Thola'al badru alaina.

    Suara hadroh mewarnai pintu gerbang pesantren. Mobil yang ditunggu² akhirnya datang juga.

    Fatimah kluar dari mobil. Disana ada kyai Muhammad, nyai Laila, Ulya, Zulfikar dan para santri santriwati.

    Para santri dan santriwati dibuat bungkam akan kecantikan Ningnya ini. Dia sangat sangat cantik, jika boleh jujur Ulya kalah dengannya.

    Air mata lolos dari pelupuk matanya. Membasahi pipi bersih Fatimah. Dia berlari sampai jatuh kepelukan Muhammad, abahnya.

    " Assalamualaikum anakku "

    " Waalaikum salam abah "

    " Masya Allah. Anak abah sudah besar ya "

     " Kan dikasih makan " pelukan itu lepas. Dia beralih ke Laila, umma nya.

     " Umma, Assalamualaikum "

     " Waalaikum salam sayang. Anak umma cantik sekali "

    Setelah Yusuf memakirkan mobil. Dia bergabung dalam acara temu kangen.

    " Aku gak dipeluk? "

    Tampak Fatimah berpikir sejenak, lalu  "Kakakk Zulfikar... Ini beneran kakak? "

" Iya adekku " Dia memeluknya juga.

    Setelah itu Ulya. Fatimah tidak mengenalinya sama sekali. Mereka berpisan semenjak Fatimah berumur 4tahun dan tak pernah kembali.

    Fatimah menyipitkan matanya pada Ulya. Ulya membalasnya dengan melototinya.

    " Ulyaa. Anti mbak Ulya? "

    " Nggeh dek. Sini peluk mbak "

    Katakanlah. Jika Ulya sudah melotot berarti dia adalah Ulya.

     " Ya Allah.. Dek kamu kok yo cantik banget sii " ujar Ulya.

     " Alhamdulillah. Kan anak umma, adeknya mbak Ulya " jawab Fatimah

     Semua orang terkekeh.

    Faisal menyenggol tangan Yusuf " Gus, gimana di perjalanan? Gak deg degan? "

    " Alhamdulillah biasa saja " Maafkan Yusuf Ya Allah, ucapnya di dalam hati karna dia berdusta.

    " Hallahhh aku dak percaya gus. Pasti deg degan kan, iyakan?" goda Faisal.

    Yusuf memutar bola mata malas.

    " Masya Allah cantiknya yaa gus. Kaya bidadari " puji Akin.

    " Nggeh kin. Kayanya yang menjadi idola kali ini bukan Ning Ulya deh, tapi Ning itu"

    " Ning Fatimah " ucap cepat Yusuf.

    " Kamu tau gus? "

     " Iyalah kan saya yang jemput tho "

    Mereka berdua ber " oo " ria.

     Setalah acara peluk² an. Kyai Muhammad memperkenalkan Fatimah kepada warga pesantren.

   " Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh "

   " Saya disini mengumpulkan kalian disini bertujuan untuk mempekenalkan anak saya yang bungsu. Dia Fatimah anak saya dan Laila " Muhammad menunjuk Fatimah yang menjaga padangan.

   " Ehh, Ning Fatimah sangat menjaga pandangannya ya. Lain sama Ning Ulya " bisik Akin.

    " Husss. Gak boleh membandingkan anak guru kita " jawab Yusuf.

    " Faisal tolong bantu mangangkat koper Fatimah ya " ujar kyai Muhammad.

     " Njeh kyai "

     Faisal membawa koper milik Fatimah ke ndalem. Dia hanya membawanya sampai ke ruang tamu, tak berani masuk. Karna tidak sopan.

    Langkah Faisal terhenti dikala Ulya memanggil namanya.

     " Njeh, kulo Ning? "

     " Nggeh kamu. Saya mau tanya, Yusuf ada di kamar tidak ya? "

      Faisal mengerutkan keningnya. Dia bertanya tanya, mengapa harus bertanya Yusuf? Hmm ada yang aneh, katanya.

      " Kulo mboten ngertos ning. Ngapunten"

      " Oh yasudah kamu boleh pergi "

      " Njeh, assalamualaikum "

      " Waalaikum salam "

     Setibanya di kamar. Faisal menemukan badan Yusuf yang bergeletak di lantai. Sepertinya dia capek habis menyetir seharian.

    " Capek nggeh gus " mata Yusuf terbuka karna Faisal sedang mengurut bagian betisnya.

     Memang sahabat de bes dahh. Faisal merasa dia punya hutang sama Yusuf. Karna hampir Faisal mengeluh akan kepalanya yang sakit. Yusuf bersedia memijatnya.


   " Ehh Faisal. Nggeh sal, saya capek. Sudah sudah sal kamu pasti capek juga " Yusuf menepis tangan Faisal pelan.

   " Mboten gus aku gak capek. Izinin aku mijit ya gus " Yusuf mengangguk.

Hahhh hari ini hari yang cukup lelah bagi Yusuf. Lelah lahir dan batin.

Lahir karna tubuhnya sakit semua. Batin karna hatinya lelah dengan drama kehidupan ini.

Kadang bahagia kadang sedih.

Yusufpun tertidur nyenyak. Faisal menatapnya penuh arti.


Bagaikan Cinta Fatimah Dan AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang