" Gak boleh "

4.1K 269 0
                                    

   Fatimah duduk di belakang pesantren. Melihat indahnya alam yang ada. Dia menghembus nafas pelan dan membuangnya.

   Tiba tiba seseorang mengejutkannya dari belakang " Daaaaa"

  Spontan Fatimah mengucap "Astagfirullah, isshh mbak ngagetin aja "

   Ulya menyengir kuda " Ngapain disini dek? "

   " Gak ngapa²in cuma liat alam aja, bagus" jawabnya.

   " Iya dek emang bagus, tempat ini juga kesukaan Yusuf " ucapnya membuat Fatimah menoleh ke arahnya.

   " Yusuf? Gus Yusuf mbak? "

   " Iyaa siapa lagi " Ulya senyum senyum seperti orang tak waras.

    " Mbak kok senyum² sendiri? " tanya Fatimah merasa aneh dengan sikap Ulya.

    " Mbak bayangin Yusuf sama mbak sama anak² mbak nanti maen maen disini "

    Fatimah tersentak bukan main. Apakatanya? Anak anak? Maen? Disini? Apa benar mbak Ulya suka sama Gus Yusuf? Tapikan wajar saja mbak Ulya suka, toh Gus Yusuf mapan.

    Fatimah diam, sibuk dengan pikirannya. Ulya menoleh dan bertanya kenapa dengan adiknya?

   " Dek "

   "......"

   " Dekk "

   " Eh iya mbak, ada apa? "

   " Kamu ngelamunin apa si? "

   " Emm itu hafalan " Fatimah berdusta.

   " Hafalan? Hafalan apa dek? "

   " Hadist yaaa hadist mbak "

     Ulya ber "o" ria.

   " Menurut kamu Yusuf itu gimana dek? " sambung Ulya.

   " Kok nanya ke Fatimah. Kan baru kenal maksudnya baru tau "

   " Yakan yang jemput kamu waktu itu si Yusuf pasti kamu langsung menilainya kan? "

   Pikiran Fatimah tertuju pada kejadian mobil mogok itu. Ekspresinya lucu sekali ketika Fatimah tau menyalakan mesinnya.

   " Dekk kamu kok diem "

   " Astagfirullah.. Emm menurutku Gus Yusuf baik "

   " Masa cuma baik doang? "

   Sebenarnya banyak nilai plus dari Yusuf. Tapiii jika Fatimah memujinya berlebihan, pasti Ulya curiga jika ia mengagumkan nya.

    " Kan Fatimah blum kenal banget. Mbak kan udah kenal pasti lebih tau "

    " Iyaa juga. Tapi kan mbak maunya penilaian dari kamu "

    Beberapa detik kemudian...

    " Kenapa mbak nanya kaya gitu? " pertanyaan itu lolos dari mulut Fatimah.

    Tampak Ulya sedang berpikir dan dia mengangkat mulutnya " Jangan bilang sapa sapa ya dek " Fatimah mengangguk.

   Ulya seperti malu malu " Mbak suka sama Yusuf "

  Degg.

   Fatimah tersentak. Ntah kenapa Dia tidak suka Ulya berkata seperti itu. Benarkah Fatimah cemburu? Ahh yang benar saja.

   " Kamu kok nglamun lagi si dek " sontak lamunan Fatimah buyar.

   " Nggak kok mbak. Biasa aja "

   " Biasa gimana, apa jangan jangannn " perkataan Ulya tergantung, dia melanjutkan kembali " Kamu suka juga "

    Jarinya menunjuk hidung Fatimah dekat.  Fatimah kaget, Mbak Ulya tau dari mana? batinnya.

    " Ahh nggak lahh. Mana mungkin aku suka sama Gus Yusuf "

   " Beneran kamu gak suka? "

   Iya mbak aku suka, batinnya lagi "Nggak mbak..  "

   " Yaudah.. Kamu tau gak dek. Dia itu udah ganteng, sholeh, rajin, cekatan, keren, pokoknya mah MasyaAllah Subhanallah banget lahh " pujinya kepada Yusuf.

   " Mbak suka sama Dia dek. Tapii "

   " Tapi apa mbak? "

   " Kayanya Yusuf biasa aja deh sama mbak " raut wajah Ulya berubah seketika.

   " Mm mungkin Dia juga suka sama mbak, tapi sukanya diem diem " ujar Fatimah menyemangati Ulya. Sebenarnya Dia juga butuh penyemangat.

   " Iya juga yaa. Bisa jadi.. Uhh makasii ya dek gak nyesel mbak curhat sama kamu "

   Ulya memeluk erat Fatimah dan melepaskannya.

   " Yasudah mbak ke ndalem dulu ada janji sama umma " Fatimah mengangguk.

    Ulya pergi meninggalkan Fatimah yang sedang duduk. Dia menatap kepergian Ulya yang semakin menghilang.

    Fatimah membuang nafas kasar. Bagaimana mungkin aku suka sama orang yang saudaraku sendiri suka. Batinnya dan menendang batu besar di depannya.

    Fatimah manusia biasa. Dia belagak menendang batu dan itu cukup keras. Dia meringis karna kesakitan.

   Tiba tiba suara seseorang muncul di belakangnya.

  " Batu diem di tendang "

   Fatimah menoleh, respon dia mengucapkan " Astagfirullah "

   " Loh kenapa ning? " sambil menyungging senyum di bibirnya.

  " Kaget aja " Fatimah masih sibuk menggosok gosok kakinya.

  " Ngapunten nggeh ning. Saya lancang "

   Hadduhhh sopan sekali ucapannya. Siapa saja yang berbicara dengannya pasti mengira jika Yusuf suka. Yaa padahal mah nggak. Pantas saja Ulya suka padanya. Pikiran Fatimah berbicara.
 
   " Ning? "

Tak ada respon

   " Ningg "

Sama saja

   " Ning " kini nada Yusuf seperti orang mau merayu. Lamunan Fatimah buyar

   " Eh iya. Iya gus "

   " Ngelamun? "

  Fatimah menyengir.

    " Ngapain nendang batu ning? Lagi kesel? " ujarnya lagi sambil duduk di sebuah batu.

    " Mm mm nggak papa "

    Yusuf menggut dan Dia berdiri " Astagfirullah saya lupa. Punten ning saya permisi dulu Assalamualaikum "

    " Waalaikum salam " tampak Yusuf terburu buru masuk ke pesantren kembali.

Manis. Batin Fatimah.

   Dia langsung ber istigfar. " Aku gak boleh suka sama Gus Yusuf. Gak boleh! " Dia seperti membantak dirinya sendiri.

" Bagaimanapun mbak Ulya berhak bersanding sama Gus Yusuf. Aku mah siapa? Ilmu aja dikit "

   30menit Fatimah disana. Lalu terdengar suara adzan. Dia langsung berdiri berniat untuk ke masjid.

   Mengingat masjid, Fatimah teringat subuh tadi.

Fatimah
Andai itu kenyataan...

Bagaikan Cinta Fatimah Dan AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang