" Sii Bungsu "

5K 314 0
                                    

" Gus, kyai nyari smpean " ucap salah satu suruhan kyai Muhammad.

" Iya. Saya akan menghadap " kata Yusuf.

Ada apa ya kyai nyari saya? Yusuf membatin. Langkahnya terhenti saat Akin dan Faisal datang dari arah berlawanan.

" Mau kemana gus? " tanya Akin.

" Ke ndalem. Kyai nyari saya "

" Baru aja mau di ajak makan bakso " ucap Faisal.

" Nanti saja njeh sal. Saya ada urusan "

" Njih gus. Kami gak maksa "

" Ngapunten semuanya " ucap Yusuf.

" Kamu gus kaya sama siapa aja " Akin.

" Mbotaa selow gus " Faisal.

" Yasudah saya ke ndalem dulu. Takut kyai nunggu saya. Assalamualaikum "

" Waalaikum salam gus "

Yusuf berjalan kembali. Mengingat jika ndalem berada di pembatas santri putra dan putri. Dan juga hari ini hari jum'at.

Pasti santriwati banyak yang berada di ambang gerbang. Ntah apa yang mereka tunggu, itu bukan urusan Yusuf.

Yusuf memang terkenal cuek plus jutek. Tapi kedua sahabatnya membantah, begitu pula teman sekamarnya.

Kata mereka Yusuf orangnya gak jutek, dia orangnya lembut kadang perhatian juga. Jika ada yang sakit di kamarnya, sebagai ketua kamar Yusuf akan merawatnya sampai sembuh.

Tentu perlakuannya akan manis. Disinilah sikap perhatian Yusuf muncul.

" Assalamualaikum kyai "

" Waalaikum salam. Masuk gus " ucap lembut pengurus pondok.

Yusuf langsung menyambar tangan Muhammad dan menciumnya.

" Punten kyai. Ada apa nyari kulo? "

" Lho, kamu sudah lupa gus? Kan kemarin saya sudah ngajak kamu untuk ikut saya "

Yusuf tersentak " Astagfirullah. Ngapuntem njih kyai. Kulo lupa "

" Tidak apa² gus. Sekarang kan kamu sudah ada disini "

Malunya Yusuf... Kenapa harus lupa sii.

" Jadi begini gus. Saya mau kamu untuk menjemput anak bungsu saya "

Yusuf mengerutkan keningnya. Tapi kyai Muhammad tidak akan tau, karna dia saat ini tertunduk.

Yang Yusuf tau kyai hanya punya dua anak. Yang pertama Gus Zulfikar yang sekarang sudah menjadi ulama seperti kyai Muhammad. Dan yang satu Ning Ulya, yang sekarang menuntut ilmu disini.

" Punten kyai. Bukannya kyai punya anak 2 saja. Gus Zulfikar sama Ning Ulya? "

Kyai Muhammad tersenyum " Tidak gus. Saya punya 4 anak "

Ucapan itu membuat Yusuf kaget. 4 ? Trus yang dua mana?

" Kamu tidak tau gus. Memang ini di rahasiakan. Mari saya ceritakan sedikit " kata kyai Muhammad.

Sungguh sangat terhormat sekali jika ada kyai yang ingin curhat tentang keluarganya. Yusuf bersyukur kepada Allah. Karna Allah telah mempercayakannya.

" Jadi saya punya 4 anak. Saya memang merencanakan agar yang 2 ada disini dan 2nya lagi di Mekkah "

Beberapa detik kemudian

" Anak saya pertama itu Zulfikar. Yang kedua Ulya. Yang ketiga Qodir. Dan yang terakhir Fatimah. Qodir ada di Mekkah sedangkah Fatimah awalnya ada di Mekkah, namun dia sekolah di Cairo tepatnya Al Azhar "

Yusuf tersentak sedikit. Dia akan kenjemput Ning Fatimah? Yang sekolah di Al Azhar? Jujur Yusuf sangat mendambakan bisa sekolah disana.

" Astagfirullah saya hampir lupa waktu. Yasudah kamu berngkat sekarang gus"

" Njih kyai " Yusuf menyalaminya dan memberi salam.

Sempat kaget awalnya. Kenapa Ning Ulya atau Gus Zulfikar tidak ikut? Ini benar kalau dia akan sendirian menjemput Fatimah?

Yusuf berusaha husnudzon. Mungkin mereka merencanakan kejutan bagi Fatimah.

Sesampainya di Bandara Yusuf menunggu Fatimah muncul. Tadi ada pesan masuk kalau kyai Muhammad sudah mengirimi ciri² Fatimah.

" Dimana sampeyan Ningg " gumam Yusuf matanya masih kesana kemari.

Akhirnya mata Yusuf menemukan ciri² seperti Fatimah. Dia bergamis ping, krudung pink bermotif, memakai sepatu putih. Persis yang dikatakan kyai Muhammad.

Namun gadis ini membelakanginya.

Yusuf sudah berpikir kalau wajah Ning Fatimah akan membuatnya jatuh cinta mungkin.

Bagaimana tidak, dulu saja hanya bertemu Ulya sekali. Yusuf dibuat kagum dengan kecantikannya.

Yusuf beristigfar berulang kali. Dia menghampiri gadis ini.

" Assalamualaikum "

" Waalaikum salam " tampak gadis ini memutar badannya.

Masya Allah. Ya karim sungguh indah ciptaanmu. Batin Yusuf.

Yusuf menetralkan dirinya. Dan bersuara

" Punten. Apa betul njenengan Ning Fatimah putri kyai Muhammad? "

" Nggeh betul saya Fatimah. Smpeyan suruhan abah? " tanya Fatima lembut. Ia tertunduk sopan.

" Njeh Ning. Mari, mobilnya ada disana "

Fatimah mendahului langkah Yusuf. Sudah sepantasnya dia menghormati anak gurunya.

Yang dipikirkan Yusuf benar adanya. Jujur dia lebih cantik paras dan akhlaknya daripada Ulya. Matanya bulat, bulu matanya lentik, kulitnya putih, hidungnya mancung, alisnya tercetak bagus, bibirnya merah alami.

Astagfirullah. Yusuf menyadari dia sudah membandingkan anak gurunya beristigfar.

Fatimah duduk di belakang. Di dalam perjalanan hening tidak ada suara.

Fatimah hanya melihat ke luar jendela dan melirik Yusuf yang ada di depannya.

" Emm kira kira berapa lama lagi... "

" Yusuf " dia menyebut namanya, dikala Fatimah memberinya kode.

" satu jam lagi Ning "

Fatimah manggut.

Tiba² pesan masuk dilayar hp Fatimah

Abahkyuu.

Assalamualaikum kamu sudah ketemu sama orangnya nak?

Me

Waalaikum salam. Nggeh bah sudah.

Abahkyuu

Abah mau kamu panggil dia gus ya nak. Sebagai tanda hormat. Dia juga anak dari seorang ulama besar di Jakarta.

Fatimah tersentak. Haa? Seorang gus?

Me

Nggeh abah. Fatimah akan menghormatinya. Seperti dia hormat sama Fatimah.

Setelah itu hanya di balas emotic senyuman oleh Muhammad.

Bagaikan Cinta Fatimah Dan AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang