" Dadakan "

3.5K 266 19
                                    

" Fatimah sini " ajak abahnya, menepuk nepuk kursi di sampingnya.

Dengan segera Fatimah menuruti perkataan abinya itu " iya abah, ada apa? "

" Begini nak. Kamu sudah besar, abah bangga sama Fatimah. Abah sama umma  sudah tua tidak sepenuhnya abah mampu menjaga Fatimah. Bukannya abah tidak mau mengurus Fatimah, tapi dengan umur dan kesiapan yang kamu perlihatkan, abah yakin anak abah ini sudah siap "

Ucap abahnya panjang lebar. Jujur Fatimah paham akan maksud abahnya ini. Tak terasa air matanya menetes.

Bukan sedih, tapi terharu. Kata² abahnya mampu menyihir Fatimah sehingga ia sangat emosional.

" Kamu kok nangis? "

" Mboten abah. Fatimah kelilipan, banyak debu disini hehe " elaknya.

" Tentu kamu sudah mengerti kan? "

Suasana kembali tegang.

" Nggeh abah. Eem apa abah ingin Fatimah menikah? Insya Allah Fatimah siap dengan keputusan abah, dengan siapa saja. Fatimah terima "

Ucapnya dengan yakin dan lancar. Sungguh setelah mengucapkan itu ada rasa penyesalan disana.

Kenapa mulut ini terlalu lihay untuk mengucapkan itu? Siap dengan siapa saja? Ah yang benar saja. Pikir Fatimah.

" Apa kamu yakin dengan siapa saja?"

" Eumm nggeh abah " mau jawab mboten gak enak sendiri.

" Baik, dua minggu akan datang akadnya di laksanakan " ucap Muhamad yang mendapat tatapan terkejut Fatimah.

" Haaa? " kagetnya. "Ee maksudnya secepat itu abah? Dan calonnya sudah ada? "

" Tentu sudah ada, bagaimana mungkin akad dilaksanakan dua minggu kalo tidak ada calonnya?" Abah.

" Lebih cepat lebih baik kan? " lanjut abahnya dengan senyuman.

Ketika abahnya ingin beranjak Fatimah mencegahnya " Abah? "

" Iya nak? "

" Kalau setelah lulus kuliah gimana? Kan Fatimah sudah tinggal satu semester lagi " bujuk nya.

Abahnya kembali duduk

" Nakk.. Kan enak nanti suami kamu ajak ke Mesir, abah jadi gak khawatir kan kamu disana. Sekalian bulan madu disana"

Ini gak bohong kan? batinnya.

Fatimah diam mencerna ucapan abahnya itu. Bulan madu? Menikah? Jujur secara lahir Fatimah siap, namun secara batin dirinya jujur tidak siap.

Dan satu lagi. Hatinya masih dihuni oleh Yusuf. Bagaimana nanti hatinya menerima seseorang kecuali Yusuf?

Mengingat  Yusuf kembali bagaimana mungkin orang yang telah datang kerumah menghadap abahnya itu Yusuf?

Rasanya tidak mungkin.

" Nggeh abah. Fatimah nurut "

Lalu abahnya mengusap kepala Fatimah dan pergi.

Jujurr ucapannya tadi sangat ia sesali. Bagaimana mungkin bibirnya iniiiiiiii arghhh.

......

Di sebuah kamar ada seseorang wanita yang setiap malamnya bangun untuk mengisahkan ceritanya pada Sang pencipta.

Mencurahkan semua isi hati yang telah ia bebani sepanjang hari. Kenikmatan yang luar biasa ketika seorang hamba mencurahkan seluruh keluh kesahnya.

Karna sebaik baik teman curhat adalah Allah semata.

Tak terasa airpun mengalir, bahkan sangat deras. Mungkinkah seorang Fatimah Az Zahra yang masih berumur 19tahun akan menikah lusa nanti?

Bagaikan Cinta Fatimah Dan AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang