" Desiran itu lagi "

4.3K 272 5
                                    

   Sudah 3 hari kepulangan Fatimah ke Indonesia. Selama itu juga dia tidak pernah kluar rumah. Bahkan kluar kamar.

   Dia keluar kamar hanya ada keperluan saja. Ulya mengajaknya untuk melihat lihat pondok.

  " Dek, kita jalan jalan yuk. Kamu gak bosen dikamar trus? "

  " Bukan bosen, tapi mager mbak "

  " Terserah deh "

   Ulya menarik tangan Fatimah. Dia meringis kesakitan karna pegangannya kuat.

    " Astagfirullah mbak, sakit " Fatimah mengelus² tangannya yang dilepas dari pegangan Ulya.

     " 'Afwan dek. Makanya sii kamu gak mau " katanya tak bersalah.

     " Ayok... Atau mbak tarik lagi, mau? "

     Fatimah menggeleng dan membuntuti Ulya.

     Di dalam perjalanan " Mau ke mana mbak? "

     " Ke pondok santri " Fatimah melongo.

     Dia menghentikan langkahnya " Haaaa santri? Maksudnya putra? "

     " Iya adekku "

     " Ahh nggak mbak. Fatimah gak mau "

     " Kenapa? Cuma liat liat kok. Disana ada tembok yang dihiasi sama kaligrafi loh dek. Bagus pasti kamu suka "

     " Nggak sudah kak. Fatimah mau balik aja "

     Ulya harus mangalah. Dia mengurungkan niat untuk ke pondok putra.

      " Yaudah, ke pondok santriwati aja yuk. Mbak kasian sama kamu di kamar trus "

      Fatimah tersenyum, mengangguk. Pintu gerbang dibuka dan mereka masuk.

      Belasan pasang mata melihat ke arah keduanya. Lebih tepatnya hanya ke Fatimah saja.

      " Sopo iku lurd " bisik santriwati

      " Mosok ga rro. Iku putrane kyai Muhammad seng bungsu dewe "

      " Wayuuuu nemen yo. Bedo karo Ning Ulya "

       " Subhanallah ayune pwoll "

       " Aku lek dadi lanang, wes tak rabi bek aku lurd "

       Meskipun santriwati berbisik dan tidak akan terdengar oleh Fatimah. Namun Fatimah menyadari jika dia telah menjadi pusat perhatian.

  
       Mereka berdua menyusuri pondok abahnya. Satu persatu ruangan Ulya jelaskan. Dan Fatimah hanya manggut manggut.

       " Mbak, Fatimah laper " ucap Fatimah sambil memegang perutnya.

        " Kalo gitu kita makan di depan aja yaa. Disana makanannya enak " kata Ulya MODUS. Sekali lagi Modus

         Kenapa begitu? Karna jam segini pasti Yusuf dan kawan² ada disana.

         " Emang umma gak masak mbak? "

         " Masakkk.. Tapi sekali ini kamu harus mau makan disana "

         Fatimah pasrah, takut diseret lagi sama Ulya.

         Dannn benar adanya. Disana seperti biasa ada Yusuf, Faisal, dan Akin. Mereka sedang makan. Tempat makanan ini setiap hari rame, tetapi sekarang sepi. Hanya ada 3 sejoli itu.

         Fatimah membulatkan matanya ketika Yusuf ada di tempat itu. Benarkah dia akan makan disana? Yang benar saja.

         " Assalamualaikum " ucap Ulya. Sedangkan Fatimah menunduk.

Bagaikan Cinta Fatimah Dan AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang