CH.8

2.5K 116 22
                                    

Happy Reading...

Please Vote+Commentnya...

Saya sarankan untuk 18+, karna ini part full adegan lemon, mohon di bawah umur sadar diri!

Adegan dilarang dipraktekan dirumah! kecuali sudah berhubungan sah!

*-*

Chanyeol menyeringai, menatap dalam kearah tubuh Wendy yang semua pria pastinya menginginkannya, tak ada yang bisa menolak apalagi Chanyeol yang pada dasarnya adalah pemain wanita.

"Wanita polos ya? ahh" guman Chanyeol sambil memainkan rambut halus Wendy.

Melihat itu Wendy segera melangkah kebelakang, bersikap waspada melihat ekspresi Chanyeol yang seperti serigala kelaparan, dan sebagai insting seorang wanita, Wendy tahu apa yang sekarang dipikirkan pria dihadapannya.

"S-sajan-gnim kenapa anda" saking gugupnya Wendy sampai kesusahan bahkan untuk merangkai kalimat saja.

"Mengapa tetap diam, kau harusnya melakukan tugas mu sebagai seorang jalang dengan benar" sinis Chanyeol pada Wendy yang diam dengan tubuh gemetaran.

Wendy semakin takut, apalagi mendenggar ucapan sarkas Chanyeol yang sangat menyakitkan.

Tapi ekspresi ketakutan Wendy, tidak berlaku bagi seorang Park Chanyeol yang membuat Wendy sebagai tersangka hancurnya rumah tangga orangtuanya, baginya ekspresi ketakutan Wendy hanyalah topeng semata.

Chanyeol langsung mengunci pergelangan Wendy tanpa membiarkan selangkahpun sang gadis lari darinya, Chanyeol lalu menarik Wendy kedalam apertemennya.

~ CEKLEK ~ Wendy yang melihat Chanyeol mengunci pintu apertemen, merasa berada dalam bahaya, dia jadi mengingat bagaimana Sehun memperlakukannya kemarin.

Wendy mengelengkan kepalanya berusaha menghilangkan perasaan negativenya pada seorang Park Chanyeol, dia sangat percaya Chanyeol sangat berbeda dari pria bejat yang selalu ditemui, dia sangat yakin Chanyeol tidak akan memperlakukannya dengan cara murahan -seperti yang dilakukan Sehun-

Tunggu apa lagi? Buka bajumu segera!—bukankah selalu caramu bekerja? Kurasa bermain di sofa tak masalah melihat diriku sudah tak tahan lagi dengan tubuhmu yang menggoda" ucap Chanyeol dengan senyum yang mengerikan di mata Wendy.

"Ku-kumohon..." Lirih Wendy, bibir merah muda itu bergetar memohon agar Chanyeol tak melakukan apapun padanya.

Chanyeol menghempaskan tubuh menggigil Wendy pada sofa.

"Tidak..." Gumamnya disela lelehan hebat matanya.

"Hhh... Hah..."

Chanyeol memejamkan matanya menikmati deru nafas hangat Wendy dan tubuh menggigil ketakutannya. Perlahan benda di antara kakinya bangun, membesar dan membesar membuat Wendy terbelalak terkejut merasakan benda itu bergesekan dengan miliknya.

"Fuck! disofa terlalu sempit, bagaimana kalau bermain di kamar hmm?"

Wendy semakin menggigil mendengar umpatan kasar Chanyeol. Chanyeol menariknya kearah kamar yang tak jauh dari tempat mereka tanpa peduli Wendy menangis begitu ketakutan.

Chanyeol menangkup wajah Wendy, menatapnya begitu terpesona. Terpesona pada betapa malangnya ia terlihat sekarang. Menyingkap poni manis yang menutup keningnya, Chanyeol membelai wajah bak porselen terawat itu.

"Bagaimana bisa seindah ini?" Gumamnya.

Wendy membelalakan matanya saat Chanyeol bergerak mengecupi pipinya, tak peduli air mata yang terus mengalir mengecap asin diindra perasanya, bahkan Chanyeol menghisap pipi Wendy.

Semakin gila terlihat saat Chanyeol menjulurkan lidahnya, menyapu air mata itu sampai pada tempatnya. Reflek kelopak mata Wendy mengatup saat lidah itu menyapunya.

"Aku bisa gila!" Gerutunya.

Chanyeol meraih tulang pipinya, meremas wajah manis Wendy lalu berakhir mencium bibir yang bergetar itu. Kasar dan menuntut, lumatan dan hisapan pada bibirnya hingga mengeksploitasi mulutnya. Wendy tak bisa menerima ini, semua terasa asing, menakutkan.

Chanyeol menyeringai.

"Kau selalu membuatku terangsang, kenapa?" Tanyanya tak dimengerti oleh Wendy.

"A-a...-" Kata yang akan keluar dari bibir ranum Wendy kembali tertelan, terlalu sulit untuk berbicara.

Tangan Chanyeol mulai kurang ajar, kini tangan yang seawalnya berada di pinggang itu merayap kemana-mana . Menyentuh privasi Wendy, memainkan jari-jarinya di lubang sempit itu.

"Kau sangat manis," Chanyeol mengusap bibir bawah Wendy dengan ibu jarinya. "Dan kau tahu, dadamu sangat menggoda." Chanyeol mengacungkan ibu jarinya, menggigit lalu berakhir menghisap payudara Wendy.

"Ngh..." Wendy melenguh pelan saat Chanyeol meremas payudaranya dan tak lupa tangannya yang bermain di bawah juga.

"Mmh...ughh ah"

Bibir ranumnya bergetar, matanya berkaca-kaca setelah menyadari desah demi desah yang tak bisa dihentikannya.

Ini semua membuat Wendy menangis, dia sangat takut melihat Chanyeol yang entah kenapa berubah seperti ini, dia tak tahu apa kesalahnnya sehingga Chanyeol sangat tega melakukan ini padanya.

Melihat sikap Wendy Chanyeol sedikit bingung -Bukankah seharusnya wanita ini menjalani ini dengan tenang, kenapa harus menangis seperti pemain noob? Tak dipungkiri Chanyeol agak sedikit iba. Tapi amarah di dada Chanyeol menepiskkan semua pikiran itu.

Tanpa Ba Bi Bu Chanyeol langsung menarik paksa handuk yang dikenakan yeoja itu tanpa memedulikan tangisan Wendy yang semakin pilu

"Buka! Oh apa kau perlu bantuanku?" bisik Chanyeol sambil melucuti dalaman Wendy

"Menjeritlah, aku makin tergoda sayang" ujar Chanyeol melihat Wendy yang memberontak.

Telah Bekunya hati Pria itu. Dirinya tak sehangat dulu, mengetahui bahwa yang menyebabkan tangisan ibunya adalah gadis yang menarik hatinya, ironis sekali. Chanyeol tak melupakannya. Perjuangan bertahan ibunya, dan semua rasa sakit itu, Sungguh tak sekalipun ia melupakannya.

Tak apa, setidaknya Ia bisa bersenang-senang di sini, setelah lama dia menahan hasratnya.

"Ughh...Le—phas!" Wendy kembali berontak, berusaha menyentak tangannya. Namun semakin ia mencoba semakin kasar pemuda itu menghisap lehernya. Meninggalkan bekas hickey yang mungkin telah berdarah.

"Nnh~ k—kau AH! BRENGSEK!" Umpat Wendy untuk ke sekian kalinya, ia menendang kuat perut Chanyeol. Tak peduli Chanyeol mungkin memecatnya esok atau nantinya. Jalannya buntu, dan hanya perlawanan kecil itu yang mungkin bisa Wendy lakukan untuk menyelamatkan diri

"Tch! "Chanyeol berdecih, lalu menyeringai kala menatap mata Wendy.

Chanyeol menghempas kasar tubuh Wendy di ranjang. Menciptakan suara debam yang cukup keras.

"Akh!" Pekik Wendy, kepalanya semakin berdenyut pening mendapat hempasan kasar itu.

.

..

LOVE IS BULLSHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang