"Di daerah menteng"
Degg...
Jantung Santi seolah-olah berhenti mendengar jawaban Win. Ternyata selama ini, Win adalah adiknya sendiri?
"Oke. Mungkin aku bisa meminta bantuan seseorang" ucap Icha layaknya detektif.
"Memangnya kau meminta bantuan ke sapa?" tanya Iksan.
"Sudah jelas. Kau lupa, hah? Apa kau berniat move on ternyata?"
Santi tertawa sejenak disaat Iksan benar-benar melupakan sosok kekasihnya dulu, Adeline. Semua orang melirik kearah Santi yang mulai gila.
"Honey, are you okay?" tanya Thomas melihat Santi dari atas hingga bawah bergantian.
"Santi aja paham kok apa yang aku maksud. Iya kan, san?" tanya Icha beralih kearah Santi. Santi menaikkan kedua alisnya berkali-kali.
"Siapa sih, maksud kalian?" tanya Iksan penuh tanya besar.
"Sepertinya dia sudah di Jakarta deh. Coba aku telpon" Icha mengambil handphone-nya yang berada di tas kecilnya. Mencari kontak seseorang yang akan ia telpon, dan menunggu sambungan, sambil menyalakan speaker.
"Hallo, Icha"
Suara sambungan terdengar, Santi dan Icha tertawa tanpa bersuara dan membuat pipi Iksan seperti udang rebus.
"Apa yang kalian lakukan?" bisik Iksan menyuruh Icha untuk me-reject.
Semua orang yang berada di sekitar mereka hanya tersenyum kecil, tidak hanya Thomas melihat Santi yang tertawa senang membuatnya lupa apa yang ia lakukan.
"Hallo, Adeline. Aku boleh minta bantuan, gak?" tanya Icha melirik sebentar kearah Iksan yang memalingkan wajahnya.
"Minta tolong apa?"
"Kamu dulu pernah tinggal di daerah Menteng kan?"
"Iya. Kenapa?"
"Bisa ketemuan gak? Gak enak bicara disini"
"Oke. Maunya dimana?"
Icha memberi kode ke siapapun. Mereka pun berpikir keras.
"Bagaimana di klub aja. Lumayan" bisik James membuat semua orang meliriknya dengan pandangan tidak suka.
"Kenapa?"
"Ramelah"
Apalagi Santi memberi bahasa isyarat kearah James, sehingga James paham apa yang ia katakan.
"Oke terserah"
"Bagaimana di tempat apartemen dimana kita menginap masa SMA?"
Semua orang tak memikirkan tempat yang sekarang mereka jadikan tempat perawalan dimana konflik terungkap.
"Ku lupa" kata James tertawa kecil.
"Oke makasih, Adeline"
Sambungan terputus.
"Shiaappp!!! Ada yang ketemu mantan nih" kata Santi hingga lupa pikiran sebelumnya.
"Hash.. Kau membuatku gagal Mop on" Iksan setengah kesal membuat kedua sahabatnya lepas tawa kembali.
"Tertawalah semaumu" Iksan memalingkan wajahnya hingga ketiga sosok pria yang sekarang sahabatnya memegang pundaknya tanda sahabat.
"Sudah. Sebaiknya kalian beristirahat di sini dulu" bu Sarah datang, karena semenjak konflik mengenai Win memilih pergi sejenak."Oke. Aku sekamar sama mereka saja" Iksan menunjuk dua pria yang memegang pundaknya tadi.
"Tidak sama Adeline aja?" seringai Santi dibalas dengan Iksan yang tak mau kalah.
"Kamu sana lanjut bareng kekasihmu" Iksan menunjuk Thomas yang selesai mengurusi wajahnya yang dipukuli habis-habisan oleh Win.
Santi melirik dan menggandeng tangan Icha segera.
"Tidak mau. Dia arogan!" Santi meninggalkan semua orang dan pergi ke kamar dimana ia menginap disini.
Iksan pun meninggalkan bersamaan dengan James, namun Win memilih berhadapan sebentar dengan Thomas yang masih diekori oleh Roy.
"Mengapa kau berbuat seperti itu? Kau membuatku berusaha melupakan semua kejadian dan tidak menyuruhku menemui keluargaku?"
Win membaca pikiran Thomas yang masih menunduk.Thomas menggelengkan kepala. Namun, ia bersikeras untuk tidak mengatakan itu sekarang. Butuh waktu, setelah ia berhasil menemukan keluarganya.
"Apa kau bisu, hah?" Thomas tak mengindahkan apa umpatan yang diucapkan Win. Ia tetap meninggalkan dan menyuruh Roy para bodyguard menjaga sekitar apartemen.
Di kamar, Thomas menyandarkan tubuh kekarnya di pintu sambil duduk dengan kedua kaki terbuka. Thomas meratapi nasib, semua yang ia lakukan sungguh kejam. Ia tidak berniat untuk menabrak Win, namun karena Santi yang telah meninggalkannya tanpa penjelasan ia depresi dan frustasi hingga ia benar-benar mabuk berat.
"Maafkan aku, Win. Maafkan aku, Clarie. Aku tak berniat menyakiti kalian. Kalian orang satu-satunya yang spesial bagiku. Terutama kau, Clarie, aku tidak ingin lamaranku tertunda karena soal ini" kata Thomas demi sedikit suara tangisan pecah.
Thomas benar-benar meratapi nasibnya. Ia memilih menyendiri. Namun, ketukan pintu terdengar, sehingga Thomas tak berniat enggan membukanya.
Tok tok tok
Suara pintu terdengar begitu keras. Thomas berdiri dengan tangisan itu dan membukanya. Ia terkejut jika sosok di hadapannya itu adalah kekasih yang ia lamar. Santi. Santi Clarie.
"Maafkan aku" Santi memeluk erat Thomas. Thomas tak berkutik hanya merasakan pelukan hangat itu membuatnya sedikit tenang.
"Aku yang minta maaf bukan kamu" kata Thomas perlahan menangis. Sementara ia melihat jika di belakangnya ada Icha, Iksan, Win, dan James.
Thomas bertanya-tanya kepada mereka. Namun ada jawaban jelas.
"Kami sudah tau sebenarnya jika kau akan melamarnya" kata James.
"Sebelum kami tau kenapa kau mengajaknya berdua kami paham apa yang kau lakukan kepadanya" tambah Icha dambil menahan tangisan.
"Jadi?" Thomas melepas pelukan namun Santi masih berusaha enggan melepas pelukan itu.
"Aku menyetujui lamaran itu"
Deg...
Thomas ingin berteriak sekencang-kencangnya di dalam hati yang sangat dalam itu. Disaat lamarannya telah diterima. Namun, apa daya ini bukan di pantai.
"Seriuskah?" tanya Thomas kembali dan terdapat anggukan darinya.
Thomas memeluk kencang Santi dan mencium puncak kepalanya berkali-kali dan menangis.
"Terimakasih kau sudah menerima kekuranganku selama ini" bisik Thomas.
Keempat orang itu langsung memeluk erat pasangan yang akan segera menikah itu.
"Kapan kalian akan menikah?" tanya Iksan penasaran.
"Aku urus keluarga Win terlebih dahulu dengan jelas. Baru aku akan menikahinya" jelas Thomas.
Mereka pun mengangguk dan memeluk kembali Thomas dan Santi.
Dilihat Roy beserta bodyguard lainnya terharu dengan apa yang dilakukan majikannya tersebut membuat Thomas beralih ke Roy.
"Terimakasih kalian sudah menjalani hidup bersamaku" ucap Thomas dan dapat banyak anggukan senang dari Roy dan bodyguard.
Sementara sosok gadis di belakang para bodyguard Thomas, membuat Iksan pipinya memerah. Adeline datang dengan perasaan senang.
"Selamat ya, Santii" kata Adeline berlari kearah Santi dan memeluknya erat.
"Terimakasih banyak, Adeline" ucap Santi.
"Jadi apa yang ingin kalian bicarakan?" tanya Adeline.
Mereka semua memasuki kamar yang akan digunakan Thomas, mereka memilih untuk beristirahat disana, karena kamar yang dipakai Thomas terdapat pisah kamar. Sementara Roy dan para bodyguard sebagian berjaga di dalam dan diluar kamar.
"So...
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Shades of Richard ✔
Romance"Semua berawal dari masa lalu yang begitu tercekam bagiku. Aku sudah pernah pergi tuk meninggalkannya, namun aku telah bertemu dengannya di kemudian hari. Disaat aku tidak ingin bertemunya lagi." - SC NB : - Pemain dalam tags (#) hanyalah imajinas...