SOR-26. Penasaran

20 0 0
                                    

Di sudut ruangan, seorang gadis yang sedang bersandar di dinding hanya terus mengeluh. Memikirkan sesuatu yang baru ia temui. Mondar-mandir selama hampir 50 kali ia lakukan sedari tadi disaat turunnya hujan.

"Aku masih tidak paham siapa gadis berbaju hitam tadi?"

Ucapnya dan demi sedikit tetesan air matanya pun keluar.

"Apa benar selama ini dia kekasih yang pernah dilamar Thomas? Tapi kenapa aku merasa cemburu sekarang?"

Ia secepat dia bisa menghapus air mata yang tak berhenti itu. Tiba-tiba saja, ia membuka memori lama bersama mantan kekasihnya yang pernah dikhianati tersebut.

Santi. Santi membuka foto kebersamaannya bersama Thomas dengan air mata yang semakin deras seperti cuaca di luar. Kali ini, dia memang benar-benar ingin bersamanya kembali.

Tidak! Aku tidak bisa kembali dengannya. Ia sudah mengkhianatiku pada saat itu —gumamnya sambil menutup wajahnya dengan telapak tangannya.

Seseorang memeluknya erat. Beserta dua orang yang selalu bersamanya sejak dulu.

"Hello... Santi ada apa dengan elo?" tanya sosok temannya berparas artis korea tersebut.

"Sejak kapan elo seperti ini? Gue gak pernah tau elo kek gini?" tambah gadis yang sama-sama berparas korea dan terlihat fancy.

Sosok lelaki satunya hanya mengangguk. Santi kemudian menoleh kearah 3 insan yang baru mengetahui keberadaannya yang berada di sudut ruangan sambil menangis. Santi hanya menggelengkan kepala, tetapi bukannya diam, mereka bertiga penuh penasaran.

"Ayolah, elo tuh ya gak pernah kek gini sebelumnya. Ceritalah. We are here!" ajak sosok gadis tersebut.

Santi menceritakan kepada sahabatnya, Iksan, Icha, dan Win dan sontak membuat mereka bertiga terkejut dan menunjukkan ekspresi yang terlihat berlebihan.

"Seriously???!!!" tanya mereka bertiga.

Santi menganggukan kepala.

"Jadi apa maumu sekarang?" tanya Win penuh penasaran. Iksan dan Icha hanya manggut-manggut.

"Balikan sama Thomas"

DEG
DEG
DEG

Jantung sosok tiga insan tersebut hampir berhenti sesaat Santi mengatakan sesuatu yang sebenarnya dalam pikiran mereka bertiga adalah sebaiknya tidak balikan ke Thomas, melainkan cari hiburan yang ada. Namun, sebaliknya.

"Kamu serius?" tanya Win sekali lagi.

Santi menganggukkan kepala dengan mulut cemberut.

Icha dan Iksan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Sementara Win berpikir keras.

"Gila elo, san. Pas di Bali elo sakit hati gara-gara Thomas nglecehin elo, sekarang? Elo minta balikan ke dia cuman gara-gara wanita entah nama siapanya berbaju hitam dan merupakan kekasih lamaran Thomas dulu. Gilaa sumpah elo" Icha menggelengkan kepalanya dan berusaha tenang.

Iksan hanya diam, karena ia tidak tahu harus mengatakan apa. Ia saja tidak cakap dalam melakukan atau mengucapkan sesuatu dengan cepat.

"Oke. Kalo itu mau kamu, saya bawa kamu ke Thomas" —Icha dan Iksan menoleh tidak lain juga dengan Santi sama-sama kearah Win dengan perasaan tak bisa diucapkan.

"Seriously? Kita balik ke Amerika gitu buat ketemuan?" tanya Iksan tiba-tiba tangkas dalam mengikuti alur dialog.

Win menggelengkan kepala, "ia punya rumah di Indonesia juga".

Dua kali lipat mereka bertiga secara bergantian menoleh satu sama lain dengan perasaan campur aduk. Dalam masing-masing pikirannya adalah pantesan saja dia pengusaha kaya raya.

"Mau tidak?" tanya Win pasrah kearah Santi.

Santi bingung dan akhirnya memilih menganggukan kepalanya.

"Oke kita berangkat besok" ucap Win memutar badannya untuk ke kamar namun ditarik Santi. Win memasang ekspresi ada apa?

"Sekarang aja"

Lima kali lipat, Icha dan Iksan terkejut dan akhirnya pasrah untuk mengantarkan Santi ke rumah Thomas yang sebenarnya Win mengetahui tempatnya.

Akhirnya, keempat insan tersebut pergi menuju rumah Thomas yang berada di Tangerang dengan mobil milik Icha. Sebelumnya mereka berpamitan kepada orang tua dari Icha, keluarga Siregar dan pergi ke tempat tujuan.

***

Di ruangan kerja, terdapat beberapa macam minuman jenis alkohol mulai dari persentase rendah hingga tinggi berada di meja kerja yang terlihat besar dan cukup diisi berbagai barang. Sosok lelaki berbadan tegas, tampan, dan berotot tersebut meneguk satu botol vodka.

Semenjak kepulangannya dari kantor perusahaan di Jakarta Selatan tersebut, ia tak langsung menuju kamarnya namun menikmati minuman Vodka yang ia beli di salah satu Mall terbesar di Jakarta tersebut.

Ia meneguk satu demi satu cairan memabukkan itu sambil memikirkan kekasihnya dahulu yang pernah ia sakiti dan tinggalkan. Ia berharap suatu hari nanti, gadisnya akan kembali ke hadapannya dan menikmati percintaannya serta melanjutkan ke pernikahan yang sah.

"Kapan aku bisa menikahimu?" katanya penuh harap.

Namun, ia berpikir lagi dengan perkataan salah satu mantan manajer yang pernah menjabat di perusahaannya.

'Suatu saat nanti kalau kau seperti ini, Santi tidak akan bisa menemuimu. Aku percayakan itu. Ubah sikapmu, jika ingin Santi kembali kepadamu'

Pikirannya masih teringat disitu. Ia memang terlihat arogan dan selalu memiliki hak untuk dirinya sendiri.

"Aku rasa aku harus perlahan-lahan merubah sikapku yang kejam dan arogan kepada siapapun termasuk dia"

Dengan pikiran penuh itu, ia tidak menyadari sosok yang selama ini dicari oleh kalangan polisi dan wartawan mengenai sosok Black Girl.  Gadis yang dikenal Santi mantan kekasih Thomas yang pernah dilamarnya datang tiba-tiba di ruangan kerjanya dengan senyuman manisnya.

Tampilannya sudah bukan lagi sosok Black Girl, namun dia sudah seperti gadis semestinya. Dengan balutan gaun satin tanpa berlengan serta punggung mulus terekspos jelas dengan batas gaun hanya sepangkal paha yang membuat sosok lelaki takjub.

Thomas menoleh kearah sosok gadis yang entah darimana datang ke ruangan kerjanya. Karena keadaan mabuk, ia sedikit lupa tentang siapa gadis seksi di hadapannya itu.

"Hai Thomas" —dengan senyuman manisnya itu untuk menggoda Thomas.

Tanpa membuang waktu lama, ia mendekati Thomas dan mencium bau Vodka yang menyengat di tubuh Thomas. Thomas terlalu fokus dengan apa yang ia lihat sekarang. Belahan dada yang terlihat bulat, padat, dan jelas terutama puting yang mengecap di gaun tersebut. Thomas berpikir gadis ini tidak memakai bra.

"Kamu ingat siapa aku?" tanya gadis itu yang masih saya tersenyum menggoda di hadapan Thomas.

Tak lama, ia memilih berpangku dan menghadap Thomas sambil menggoda belahan dadanya untuk menarik perhatian Thomas serta bongkahan pantat untuk menggesek kejantanan milik Thomas itu.

Perlahan-lahan ia menarik tangan Thomas dan menyuruhnya untuk memeluknya, sehingga Thomas dapat merasakan punggung mulus yang ia miliki. Dengan gerakan cepat, kejantanan milik Thomas berdiri tegak akibat rangsangan bongkahan pantat yang besar, padat,  dan berisi milik gadis itu.

"Gabriel?"

***

Shades of Richard ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang