SOR-36. Terungkap

20 0 0
                                    

"Tunggu saja sebentar" kata Adeline menenangkan enam orang yang berada di dekatnya itu.

Sudah dua jam lebih, mereka menunggu. Namun, ketukan pintu pun akhirnya terdengar. Roy memberi isyarat ke Thomas untuk membukanya dan dibalas anggukan oleh Thomas.

"Ini dia orangnya" kata Adeline menarik sosok ibu paruh baya yang terlihat tak terlalu tua.

Enam orang itu terlihat bingung dengan kehadiran sosok ibu tersebut.

"Ini siapa?" tanya Win penuh tanya disaat wajahnya seperti wajahnya sendiri.

"Ini ibumu. Dan kakakmu sebenarnya namanya Santika Alexia Christie" Adeline menunjuk kearah Santi. Santi terlihat kaku, walaupun ia sudah berada dekat dengan Thomas.

Semua orang menoleh kearah Santi terutama Win dan Thomas terlihat bingung.

"Santika Alexia Christie?" tanya Thomas dikejutkan karena nama Santi sangat berbeda.

Santi mengangguk, karena selama ini ia memang merahasiakan nama aslinya. Karena takut dicari oleh kedua orang tuanya, terutama orang tua dari Win juga.

"Kenapa kau begitu?" tanya Thomas kembali. "Aku mengenalmu selama ini dengan nama Clarie?"

Santi mengangguk kearah Thomas dan tersenyum kearahnya.

"Aku melakukan itu, karena kau sendiri tau kan jika aku yang selalu bekerja demi kedua orang tua. Karena kewalahan itulah aku merahasiakan nama asliku. Dan akhirnya aku bertemu sosok ibu itu yang ternyata ibu kandung kita. Orang tua selama ini yang mempekerjakanku adalah ibu tiri dari ayah kandung kita" Santi memperjelas semua konflik yang selama ini sangat ditunggu-tunggu Win.

Santi menangis perlahan dan Win segera memeluk kakak kandungnya tersebut.

"Maafkan aku" kata Santi menangis di pelukan Win tersebut. "Memang benar kok kamu berbuat seperti itu".

Thomas terharu, karena kali ini ia sukses memecah rahasia selama ini keluarga Win tersebut. Walaupun ia sedikit tidak tahu, jika Santi dan Win adalah saudara sebenarnya.

"Wih, aku sangat bahagia melihat keluarga kembali lagi. Tapi aku siapa?" James menunjuk kepada dirinya sendiri. Kemudian, Thomas bangkit dan memeluk James.

"Kamu adikku. Sungguh adikku" ucap Thomas membuat James tak percaya. Memang jika seumur hidup ia memanggilnya sebutan brother, tetapi bagi dirinya tidak mungkin karena jarak mereka sangat jauh.

"Tapi apa bisa? Kita jaraknya---" belum saja James mengatakan sesuatu, Thomas sudah menaruh telunjuknya didepan mulut James.

"Kau terlahir anak keempat" James membelalakan matanya. "Serius? Dimana kakakku lainnya?"

Thomas menggelengkan kepalanya. "Kakakmu yang nomer tiga meninggal saat masa kelahirannya, setelah itu aku tidak tahu kakak keduamu".

Sebenarnya Thomas tidak mau mengasih tahu kepada James, jika kakak nomer dua-nya itu meninggalnya, akibatnya. Mungkin suatu hari nanti ia akan mengatakan sebenarnya.

"Oke. Kalau begitu. Oh ya Win," Win menoleh kearah James saat sikutnya disenggol.

"Ada apa?" James mengernyitkan dahi sambil menahan tawa. Win melihatnya sedikit bingung, apalagi dengan orang di sekitarnya.

"Kau ingat, pada saat kita sama-sama menjabat menjadi direktur dan manager perusahaan?" tanya James membuat Win penuh penasaran.

"Andaikan kalau kamu tidak ada sangkut pautnya dengan Thomas, kau bisa memiliki Santi" James langsung gelak tawa disaat Thomas mulai geram karenanya.

"Apa maksud kalian?!" tanya Thomas sedikit keras. Santi yang di sebelahnya hanya menahan amarahanya, Ia juga mengetahui jika Win pernah menyukainya.

"Dulu saat kau memberi jabatan kepada kita. Kita sudah punya pasangan masing-masing. Aku dengan Icha dan Win dengan Adeline. Namun, setelah itu Adeline memutuskan untuk tidak bersama Win lagi, karena memilih ketua OB itu, Iksan---" Sebelum James melanjutkannya, Ia menunjuk kepada Iksan yang sudah penuh pipi yang merona merah.

"Aku tahu jika kau masih menyukainya. Bilang sajalah" sindir Icha dan Santi. "Apaan sih!!" geram Iksan.

"Lalu?" tanya Thomas yang sedari tadi menahan amarahnya, karena di sisinya masih ada kekasihnya. Jika saja tidak ada, ia masih menghajar kedua orang yang membuat dia geram.

"Lalu, Win tidak nyadar jika ia sedang cilok-cinta lokasi-sama sebelahmu" James tertawa kembali. Sehingga Win harus menjitak kepala James itu.

"Kok bisa?" Thomas masih memasang muka datar. "Ya terus dia mengatakan kepadaku jika ia menyukai Santi pada saat itu" Thomas menoleh kearah Win.

"Sudahlah jangan perpanjang. Kan aku sama Win sudah dekat dalam keluarga. Kau tidak usah cemburu" potong Santi sehingga semua orang tertawa terutama para bodyguardnya.
"Apa yang kau tawakan?" bentak Thomas kearah bodyguardnya. Mereka pun menunduk.

"Kalau misalnya aku ada disana. Kau pasti tidak akan menghindar dariku" Santi diam sejenak.

"Aku sebenarnya yang memecatmu, tapi aku menyuruh Win dalam surat pengunduran izin yang bersamaan dengan Tuan Fatah itu" -Santi memukul-mukul lengan Thomas yang kekar berkali-kali.

"Jahat! Kamu jahat! Itu pekerjaanku. Kenapa kau begitu?" Santi masih terus memukul.

Thomas tertawa kecil.

"Kau memukul atau memijatku? Tapi pijatanmu seperti semut, tidak terasa" Santi langsung mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Cup, cup jangan marah" Thomas menggoda kearah Santi agar kekasih yang akan menikah bersamanya tidak marah.

Mereka semuanya tertawa bersama dan akhirnya Santi pun ikut juga pada akhirnya.

-THE END-

Shades of Richard ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang