Mencintainya?

276 12 2
                                    

Lagu rekomendasi : Exo - Love shot

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagu rekomendasi : Exo - Love shot

Sepertinya PART ini mesti diperingatkan sedikit.
Untuk yang merasa masih di bawah umur, bisa menghindari untuk membacanya atau menanggung dosa masing-masing.

Tapi kalau masih ngeyel, kalian harus berdoa agar bisa mensucikan diri setelah membaca cerita fiksi ini.

🍁

Malam yang telah menapaki langit, membuatku semakin takut. Amar dan Rumi masih serius memperdebatkan satu masalah hingga melewati batas waktu tertentu.

Aku tidak menyangka, jika Amar akan membalas kemarah Rumi dengan kemarahan pula. Dan semua kemarahan ini, sudah tersebar ke seluruh atmosfer rumah.

Aku tidak terbiasa melihat kemarahan sebesar ini.

Kedua orang tuaku tidak pernah membiarkanku merasakan aura seperti ini.

Dan aku juga tidak akan sanggup bertahan, jika berada dalam suasana semenyeramkan ini.

Jika saja mereka menghentikan ini, jika saja mereka sedikit mengerti kelemahanku. Mereka pasti tidak akan terus melakukan ini.

"Amar, kalian itu tidak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai," Rumi bergumam padaku dan Amar sambil menarik napas yang cukup panjang.

"Kau hanya belum mengetahuinya, Rumi," komentar Amar pada Rumi. Lalu, Amar melepaskan pelukannya padaku, dan menurunkan wajahnya hingga jarak yang cukup dekat. "Kamu mencintaiku'kan?"

Aku tergugu ketika melihat iris matanya mencoba menelisik ke dalam mataku, sepertinya Amar sedang mencari cela dari jawabanku.

Namun, aku langsung saja menutup mataku dan membalas pertanyaannya dengan singkat. "A-aku tidak mencintai-"

"Apa?" Amar memotong ucapanku sembari mencari kebenaran dibaliknya.

Sedangkan Rumi mengalihkannya dengan menjelaskan jawabanku pada Amar. "Bukankah sudah jelas, Cassie sendiri yang secara langsung mengatakan bahwa dia tidak mencintaimu. Dan mungkin dia akan benar-benar pergi meninggalkanmu, seperti yang hampir ia lakukan barusan!" Rumi mengertak dengan nada yang penuh emosi

Setelah mendengar gertakkan Rumi, Amar kembali menatapku dan kini sangat dalam hingga aku tak bisa lagi mengelak pada pandangannya.

Nanar matanya perlahan menghipnotisku.

"Apa kamu akan meninggalkanku?" Amar bertanya dengan wajah yang seolah memelas padaku.

My Perfect PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang