Kehilangan semesta

190 7 8
                                    

Lagu rekomendasi saat membaca part ini : Universe - Minhyun nuest

Setelah pergi ke Dokter kandungan untuk berkonsultasi, beberapa hari setelahnya Amar dan Ayu juga telah merencanakan bulan madunya. Saat ini, Ayu bersama Amar sedang duduk di ruang tunggu bandara.

Amar yang sedang menatap ke depan, melihat beberapa pesawat dari balik kaca di ruangan itu. Beberapa pesawat sedang sibuk beroperasi di setiap jalurnya masing-masing, nampak Amar mengulurkan jemarinya untuk mengelus lembut tangan Ayu. Ia tersenyum bersamaan dengan tawa kecil dari Ayu.

"Lihatlah beberapa pesawat itu, salah satunya akan bersiap lepas landas dan tunggulah selama beberapa saat, setelahnya pesawat yang lain akan datang. Apakah kamu mengerti dengan itu?" tanya Amar pada Ayu

"Tidak," jawab Ayu polos. "Tapi, aku tau salah satu dari pesawat itu adalah kendaraan yang akan membawa kita berlibur ke Seoul."

Amar terkekeh. "Jawabanmu memang benar namun itu membuatku gemas."

Ayu sedikit menyipitkan matanya, "Jelas, jawabanku akan selalu benar, karena aku ini perempuan."

Amar kembali menggelengkan kepalanya, meskipun bukan itu penjelasan yang ingin ia ucapkan pada Ayu. Tapi ia tetap memahami bahwa Ayu akan sulit mengerti tebakannya itu.

Setelah beberapa saat berlalu, sebuah pengumuman terdengar. Amar dan Ayu langsung bangkit dari duduknya dan bergegas pergi ke tempat Boarding.

Saat mereka berdua telah kembali duduk di dalam pesawat, Ayu menggerakkan sedikit badannya mendekati Amar lalu menggerakkan bibirnya mendekati telinga Amar. Terdengar Ayu membisikkan sebuah kalimat manis untuk suaminya itu, "Suatu saat nanti, aku akan menjadi penumpang dari sebuah pesawat, kuharap kamu yang akan menjadi pilot dari pesawatnya. Terus kita akan terbang bersama sampai berada di dekat ribuan bintang, maka dari itu bersemangatlah suamiku!" Ayu mengakhirinya dengan sebuah kecupan manis di pipi Amar.

Dua minggu Amar dan Ayu habiskan untuk berjalan-jalan di Seoul dalam rangka bulan madu mereka. Lalu sebulan setelahnya, Amar mendapatkan kabar bahagia bahwa Ayu tengah mengandung anak dari buah cinta mereka, dengan usia kandungan kurang lebih telah berjalan selama dua minggu.

Awalnya setiap hari-hari yang Ayu lalui bersama Amar adalah hari yang membahagiakan apalagi setelah mereka telah memastikan kabar kehamilan Ayu. Tapi sebuah takdir buruk datang menguji kehidupan mereka, dan insiden yang tidak pernah Ayu harapkan terjadi begitu saja, tubuh Ayu tiba-tiba melemah setiap harinya. Terkadang ia bisa merasakan begitu kelelahan, dan berdampak pada wajahnya yang berubah memucat, lalu di iringi dengan sakit di kepala dan sesak yang terasa begitu menyakitkan.

Ayu yang saat itu tengah duduk di sebuah sofa, mencoba bangkit untuk membuka pintu ketika Amar telah pulang bekerja. Saat itu, Ayu tidak bisa menyeimbangi tubuhnya sendiri sampai akhirnya ia terjatuh dengan posisi perut yang membentur lantai.

Amar yang berada di luar, panik karena mendengar suara rintihan keras dari Ayu yang berasal dari dalam rumah.

Amar membawa Ayu ke rumah sakit, tepat beberapa saat sebuah kabar membuat hati mereka terluka.

Ayu keguguran di usia kandungannya yang baru mencapai tiga bulan.

Dan berikutnya seorang Dokter kandungan yang menangani konsultasi kemarin mendadak mendatangi Amar beserta Ayu di ruang rawat.

"Sebenarnya saya ragu untuk mengatakan ini kepada kalian, tapi bagaimanapun mengungkapkan masalah ini adalah kewajiban saya." Dokter Samuel tampak sangsi menatap pada Amar beserta Ayu. "Ayu telah mengalami keguguran dan dia tidak akan bisa mengandung lagi, karena rahimnya sangat lemah berikut juga dengan tubuhnya yang melemah karena sumsum tulang belakang telah berhenti memproduksi sel darah untuk tubuhnya. Dan saya baru menyadarinya setelah mengetahui fakta bahwa Ayu telah lama mengindap penyakit yang berhubungan dengan anemia aplastik."

My Perfect PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang