Aku takut

270 14 2
                                    

Berhati-hatilah dengan Amar disaat dia marah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berhati-hatilah dengan Amar disaat dia marah.

🍁

Aku baru saja terbangun dari tidurku lagi ketika menjelang malam, awalnya aku tidak sengaja mencoba untuk beristirahat sebentar, tapi akhirnya aku benar-benar menghabiskan separuh waktuku hanya untuk tidur. Penyebabnya tak jauh dari efek kelelahan, sebenarnya aku terlalu memforsir tubuhku untuk melakukan beberapa pekerjaan yang tak biasa kulakukan seorang diri.

Meskipun Amar sendiri telah lama memperkerjakan beberapa asisten untuk melakukan pekerjaan di rumah, tapi aku merasa jika ada sebagian pekerjaan yang seharusnya kukerjakan sendiri. Salah satunya membersihkan kamar, mencuci bajuku dan baju Amar, sekaligus mencuci piring. Namun, tetap saja pekerjaan kecil itu membuatku kelelahan.

Aku tidak bisa membayangkan betapa lelahnya orang lain saat mengerjakan pekerjaan yang jauh lebih berat dariku. Jika saja fisikku tidak selemah ini, aku tidak akan mengeluhkan sesuatu yang kukerjakan ini.

Tapi, kurasa sejak seharian ini Amar tidak menghubungiku. Biasanya, saat dia sedang tidak berada di dalam pesawat, dia pasti akan mengabariku lewat video call atau sekedar membalas pesan Line-ku. Sekarang, aku jadi cemas karena dia tidak memberikan kabar apapun padaku.

Begitu aku sedang mendudukkan tubuhku di tepi ranjang sembari mengelus pelan rambutku, untuk mengisi sedikit tenagaku. Agar aku bisa berpikir jernih saat sedang memikirkan Amar. Tiba-tiba saja terdengar sebuah suara yang langsung mengintrupsi pikiranku.

Suara yang berasal dari klakson mobil yang terdengar di luar rumah, membuatku segera bergegas lari keluar kamar untuk mengeceknya. Dari balik sebuah lubang kecil di depan pintu, aku bisa melihat seseorang yang akan datang.

Tapi dia bukanlah Amar, aku jelas mengetahui hal itu. Mana mungkin Amar datang dengan memakai berpakaian perempuan, serta bergaya layaknya perempuan.

Aku kembali meneliti wajahnya di balik lubang pintu, dan ternyata perempuan itu adalah Kak Rumi.

Tanganku langsung membuka engsel pintu dan menyambut kedatangannya dengan suka cita. "Kak Rumi..."

Perempuan yang sedang kupanggil itu memanndangku dengan tatapan menilai. Seperti ada sesuatu yang menganjal di pikirannya saat melihatku.

"Kak Rumi?" ucapku sekali lagi

Rumi mengernyitkan dahinya, sebenarnya aku tidak tau mengapa dia membalas sambutanku dengan pandangan tidak suka. Jadinya aku merasa sedikit takut untuk memanggil namanya lagi, dan kupilih untuk mendiamkannya untuk beberapa saat.

Belum lama kudiamkan, Rumi langsung berkomentar. "Apa yang sedang kau lakukan di rumah Ayu dan Amar."

Entah kenapa saat mendengar nama Ayu dengan Amar disebutkan olehnya. Membuatku sedikit kecewa, takut dan khawatir. Aku baru ingat, jika Kak Rumi adalah sahabat dari Kak Ayu. Dia tidak mengetahui kebenaran bahwa aku dan Amar sekarang telah menikah.

My Perfect PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang